"Apa yang kamu suka?" tanya Zefran seraya kembali menyalakan mesin mobilnya, kembali melanjutkan perjalanan menuju kantor.
"Senyum kamu," celetuk Jane tanpa sadar mengucapkan kalimat itu.
Baru mau menginjak gas, Zefran malah urung, dia menatap wajah Jane sejenak, dia lalu menutupi wajah dengan telapak tangannya.
Bisa-bisanya ada perempuan yang bilang suka dengan senyumku, Zefran berucap dalam hati.
"Maksudku, hal apa yang kamu suka? Hobi kamu misalnya, warna kesukaan, makanan yang kamu sukai atau film dan musik yang biasanya kamu dengar. Itu maksudnya," ucap Zefran, kali ini gantian pria itu berhasil membuat Jane menutupi wajahnya yang memerah seketika.
"Aku salah tanggap, aku malu," akunya.
Zefran tersenyum, dia lalu mengelus kepala Jane sambil lalu. "Terima kasih sudah jujur," ucapnya.
"Aku penyuka banyak hal, Arter. Aku bingung kalau harus merincikannya satu-persatu," ucap Jane.
"Tapi aku paling suka makan," tambahnya seraya menyengir memamerkan deretan giginya yang putih dan rapih.
"Tapi kenapa tubuhmu kecil?"
"Hah serius nih badan aku kecil? Padahal aku sering dikatai gendut loh oleh Mama," kata Jane seraya melihat pantulan wajahnya di dalam cermin kecil yang selalu ia bawa-bawa di tas.
Tawa Zefran terdengar beberapa saat. "Nggak apa-apa kan kalau berbeda pendapat dengan mamamu? Atau aku harus sependapat dengannya?"
"Oh jangan, dong! Sudah bagus kamu bilang aku nggak gendut." Jane tersenyum sumringah, mengakhiri ucapannya.
"Boleh kita lanjut ngobrol sambil jalan? Aku takut Kak Ros dan teman-teman kantor menunggu kita," usul Jane yang merasa gemas karena kekasihnya itu beberapa kali menghentikan laju kendaraannya.
Zefran mengiakan dengan senyuman.
Sepanjang perjalanan mereka terus saja berbicara, memulai dengan saling tanya dan jawab, untuk mengetahui secara instan hal-hal yang disukai dan yang tidak disukai oleh masing-masing dari mereka. Selebihnya mereka memutuskan mengenal sambil seiring waktu berjalan.
"Jadi, aku harus panggil kamu siapa?" tanya Jane saat mobil milik Zefran baru saja parkir di tempat parkir mobil kantor mereka.
"Arter? Kamu lupa?" Zefran membalas pertanyaan Jane dengan pertanyaan lain. Pria itu baru saja membukakan pintu mobil untuk kekasihnya.
"Terima kasih," ucap Jane seraya keluar dari dalam mobil mewah milik pria tampan dengan kemeja berwarna biru, pria itu mengiakan dengan senyuman.
"Maksudku, kamu kan bos aku, jadi aku harus panggil kamu Pak Bos atau Pak Pacar, atau apa ...?" lontar Jane dengan kerlingan matanya bermaksud untuk menggoda sang kekasih.
"Aku suka kamu panggil aku, Arter. Aku anggap itu panggilan kesayangan kamu," ungkap Zefran, seraya tersenyum lebar membuat wajahnya semakin menawan. Sekali lagi Jane merasa kalah telak dari Zefran.
"Kamu siap dengan segala hal yang akan kamu dengar di kantor, Arter?" tanya Jane saat ingat kalau para penghuni kantornya rata-rata memiliki mulut yang lemes.
Zefran mengangguk, dia lalu berkata, "Aku sudah terbiasa mendengar ini-itu, dan biasanya kudengarkan sambil lalu, masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri." Zefran santai seraya menggulung lengan panjang kemejanya hingga siku.
"Belajarlah untuk bersikap lebih bodo amat, jangan terlalu dibawa perasaan tenang orang-orang yang berbicara ini dan itu. Perkara mereka berbicara, biarkan saja, lagipula kita nggak bisa membungkam mulut semua orang. Jadi, coba saja bersikap untuk lebih cuek," ucap Zefran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Get Married ✔️ (TERBIT) ‼️
RomanceBagaimana jadinya kalau pepatah "Mulutmu harimaumu" menimpa Jane wanita cantik berusia 30 tahun bermulut besar yang hobi melantur hanya untuk menutupi statusnya sebagai jomlo sejati, dari keluarganya maupun dari rekan kerjanya. "Aku sudah bilang k...