*Entahlah, tapi dengerin lagu Imagine Dragons-Believer lumayan juga Hihihihi-Happy Reading-
•
•
°My name is NINE and I'm not PRINCESS.
Aku ingin memperkenalkan kalian pada teman-temanku yang paling bersemangat saat hari pembebasan, atau freedom day.
Saat itu kami bebas untuk membunuh, melukai, menjarah dan melucuti segala amarah yang tersimpan dalam relung terdalam selama satu tahun.
"Kalo disakiti orang lain, kenapa harus kita yang menderita?"
Ya.
Kami membebaskan diri dari telunjuk mereka yang memerintah dan dari mulut mereka yang membual.
Kami terbang malam itu dan menenteng kepala, sembari mengenakan topeng bayi selayaknya segerombolan remaja nakal yang gila.
Kami bersenang-senang dan tertawa saat menghadapi masalah, itu 'kan adrenalin yang menyenangkan.
Malam ini kami mengabulkan sebuah permintaan yang dikirim seseorang melalui DM-Instagram, siswa cupu berkacamata yang menjadi korban kdrt.
Ada kalanya aku dianggap sebagai peri anonim di dunia nyata.
"Sucker d*ck! jomblo sialan! ini malam minggu, asu!" cicit Finn Fauré, mesin mengumpat sejenis big mouth yang banyak melontarkan omong kosong.
Tentu saja saat ini dirinya tengah menjadikanku korban, Finn tidak suka begadang apalagi menyetir mobil rongsokan tua yang berdecit ini.
Nancy Harmone, gadis berambut orange itu kemudian menampar belakang kepala Finn menggantikanku.
"Nyewa anjing mana lo malam ini?" katanya, cukup sinis.
Finn memukul setir dengan frustasi, kemudian beradu arguman dan saling mengungkit keburukan masing-masing di masa lalu.
Kami sebenarnya sangat akur dan melakukan banyak hal bersama, mungkin karena telah lama mengenal bahkan saat belum memiliki nama, kita jadi terlalu mudah menyulut keributan.
"Apartmentnya terlalu tinggi, bisa lo pastikan sama Jacob?" pintaku pada cowok bertopi yang duduk di samping kursi kemudi.
Namanya Aidan, si paling kalem dan tampan. Ia terhubung lewat Ear monitor dengan Jacob, ahli IT kami yang memantau pergerakan korban dari tempat rahasia.
Tak lama aku mendengar suara kecil itu, lalu Aidan berujar. "Lagi nonton siaran ulang love island--variety show inggris."
"Gue suka love island," balasku, bergumam pelan.
Ketiga pasang mata itu langsung menatap padaku, Nancy sepertinya sudah mengalami euphoria hebat dan merogoh kantong makanan cepat saji di sampingnya.
"Gue gak bisa menunggu lagi!" keluh Nancy.
Dia tidak sabaran sekali.
"Bersiap!" seruku kemudian.
Seketika mereka bergerak secara spontan setelah mendengar interupsi dariku, mengambil senjata berupa pistol revolver atau pisau yang telah diasah.
Seorang pemuda berpakaian serba hitam yang baru datang dengan motor kerennya menggeser pintu mobil van bobrok kami. Ia Raven Sky, ahli strategi yang telah debut sparring bebas awal tahun lalu.
"Bad night, my princess," sapa Raven, tersenyum miring.
Responku seperti biasa hanya terlihat tidak peduli, namun terlampiaskan lagi oleh ulah Nancy yang nyelonong melewatiku lalu dengan sadisnya menendang bagian selangkangan Raven.
Nancy tahu jika aku membenci panggilan itu dan seharusnya merekapun memahaminya.
"Aku? fuck, Princess," sinisku.
Sudahlah, tidak berguna mengoceh pada berandalan sok tuli itu.
"Informasi?" tanya Finn, keluar dengan topeng rubah merahnya.
Aku lantas menutup pintu mobil dan menghampiri kerumunan sembari memeluk bungkusan besar snack udang pedas.
Aku melahapnya lalu menjelaskan. "Nama Tony, umur 37 tahun, pengangguran, kekayaan kurang dari 40 ribu pounds, 5 kali masuk penjara dengan kasus pelecahan sexual, ia adalah paman dari klien kita. Keterangan lainnya tidak berguna."
"Oke, Nine," seru mereka.
Gadis itu lalu bersahut. "Udah lama gue gak nelanjangin perjaka tua."
"Hush, Nancy!" cekat Aidan, si paling alim.
Nancy, Finn, Aidan lebih dulu bergegas menuju pintu utama apartment. Sedangkan Raven, sesuai rencana hanya memantau dari luar dan sedikit bermain dengan akting buruknya.
Aku lalu berteriak dari balik topeng bayi pucat yang tersenyum tanpa gigi ini. "Guys, iris pelan-pelan."
Finn mengacungkan pisaunya tanpa berbalik. "Persetan Princess!"
Aku tersenyum di belakang, kegirangan yang hanya mampu kalian ketahui atau rasakan setelah membunuh atau melukai.
Feel free, oxigen bahkan sangat lezat malam itu.
Adrenalin gila yang bisa meledakkan lampu jalan serta merusak cctv.
Inilah malam yang A level nikmati, memulai bersama dan membakar rongsokan itu bersama.
"Ingin melihat dunia barumu, Tony?" Sapaan pertama ini tidak terlalu hangat, aku bahkan tidak mendapat respon baik dari pria shirtless itu.
Ia hanya menggeleng, tak ada kata dan hanya raungan kecil yang keluar dari mulutnya yang telah aku susupi pistol glock itu.
"Jangan takut, Tony. Ini bukan kejahatan, aku sedang belajar darimu..."
"...cara berekspresi dengan benar, aku tidak tahu itu."
"Aku tidak belajar cengeng jika kamu ingin kenalan."
"Apa aku tidak boleh belajar? ayo menangis."
Duar!
"Muncrat ke gue, bego!"
"Gue lupa! pengen bedah belakang kepalanya."
"Jangan sinting, Nine! gue benci lendir-lendir itu."
"Banci."
"Sakadewek sia lah--terserah lo deh."
"Sadar, Finn. Lo sekarang ada di Inggris bukan di Cibaduyut."
Akreditas kami adalah A-Level, kelas yang berisikan makhluk paling mengerikan dalam kastil putih yang gila itu.
Jujur, kami tidak bisa hidup normal dalam tong sampah yang disebut keluarga. Apalagi hanya mampu menyimak perilaku bodoh manusia yang egois, serakah, pembohong.
Beban? maka lenyapkanlah! memangnya kau mampu bertahan berapa lama untuk meniduri bangkai pengganggu?
Kami memiliki kekuatan itu dan akan mempergunakannya dengan bijak.
Apakah kau tertarik untuk menyewa jasa?
-A+ Level, Nine-
KAMU SEDANG MEMBACA
NINE : LOST MYSELF
Mystery / ThrillerTentang bagaimana seorang dengan gen psychopath memandang orang-orang di sekitarnya, lingkungan dan sifat yang sangat berbeda dan tidak efisien menurutnya. Nine, gadis manifulatif yang toxic.