"Mami"
Rosé terdiam mematung saat melihat Juna yang sudah berdiri di depan kamarnya entah sejak kapan. Apa Juna mendengar percakapan mereka? Itulah yang Rosé pikirkan sekarang.
"Y-ya? Dari kapan Juna diem disini?" Tanya Rosé berusaha menutup ke gugupan nya dengan menoleh ke belakang sejenak untuk menghapus air matanya. Sedangkan Jeffrey hanya berdiam diri di belakang tubuh Rosé dengan menatap Juna kebingungan, pasal nya terlihat wajah pucat yang tertera di wajah anak bungsu nya itu.
"Mi" ucap Juna dengan nafas tercekat berusaha untuk menyampaikan apa yang baru saja dikabarkan oleh tante nya di telepon tadi.
Melihat ada yang tidak beres dengan putranya, Rosé pun segera membawa Juna ke pelukannya yang membuat tangisan Juna pecah seketika.
"Hei anak gantengnya mami, Juna kenapa hm? Ayo cerita sama mami" Rosé mengusap punggung sang anak berusaha untuk menenangkan nya.
"Gama mi, Gama meninggal" ucapnya dengan tangan yang bergetar.
Mendengar apa yang baru saja diucapkan Juna mampu membuat Jeffrey terdiam mematung, begitupun dengan Rosé yang sama terkejut nya langsung menoleh menatap sang suami. Bahkan Rosé dikejutkan kembali oleh kehadiran Jeno dan Jere yang turut terkejut mendengar nya sehingga terdiam di tempat dengan tangan Jeno yang tidak sengaja menyenggol Guci hingga pecah.
"Gak, gak mungkin" lirih Jeffrey menggelengkan kepalanya tidak percaya.
Juna melepas pelukan nya dan menatap sang ayah dengan tatapan sedih nya. "Tadi Tante ital nelepon Juna pi, terus kasih tau kalo Gama udah meninggal dan minta kita buat dateng ke rumah Gama. Tante ital bilang kalo handphone mami sama papi gak aktif, makanya tante ital telepon Juna karena tante ital telepon Kak Jeno sama kak Jere mereka gak angkat-angkat" Jelas Juna membuat Rosé langsung mengecek handphone nya sehingga ia baru menyadari bahwa handphone nya memang lowbat.
"Gak gak mungkin, kak ital pasti bohong. Gak mungkin nenek meninggal" ucap Jeffrey tidak percaya.
"Hei Jeff tenang" ujar Rosé memegang tangan Jeffrey yang berkeringat dingin.
"Gak, aku harus pergi ke rumah nenek sekarang juga" Rosé dan anak-anak kompak memanggil nama Jeffrey saat lelaki itu berlari menuju garasi yang membuat Rosé segera menyusul suaminya itu, begitupun dengan Jeno dan Jere.
Juna yang ingin menyusul ayah nya pun terhenti seketika dan menoleh menatap pintu kamar orangtua nya yang terbuka, Juna kembali berlari menuju kamar orangtua nya untuk menuju nakas. Juna dapat melihat cincin berlian yang tersimpan diatas nakas, yang biasanya selalu tersemat di jari-jari lentik ibunya sekarang tersimpan begitu saja. Juna mengambil cincin tersebut dan ia masukkan ke dalam saku kemeja tidur nya, sebelum kembali menyusul keluarga nya yang sudah terdengar keributan di bawah.
------------
"Jeffrey! hei kamu tenang dulu Jeff" pekik Rosé menahan tubuh Jeffrey yang akan masuk mobil.Jeffrey menatap Rosé dengan mata berkaca-kaca nya. "Gimana aku bisa tenang! Nenek aku meninggal Rosé, meninggal!" Pecah Jeffrey sehingga tidak menyadari bahwa ia baru saja membentak sang istri dengan suara keras nya sehingga membuat Mina, Wina dan Sagar turut menghampiri mereka di bagasi.
"I know! But, kalo kamu mengemudi dengan keadaan kaya gini apa kamu bisa jamin kalo kamu sampai dengan selamat? Apa kamu bisa ketemu nenek kamu untuk terakhir kali nya? Apa kamu bisa buat meluk nenek kamu? Enggak!" Ucap Rosé dengan nada yang turut meninggi sehingga membuat Jeffrey terdiam.
"Kalau kamu nyetir dengan keadaan panik kaya gini,nnyetir nya yang gak tenang, kamu bisa aja kecelakaan Jeff. Please tenang, ayo kita kesananya bareng-bareng. aku tau kamu sedih kamu kaget, dan kita juga turut merasakan apa yang kamu rasakan Jeff." Jeffrey terdiam mematung dengan tatapan kosong nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Keluarga Cemara
Fanfiction"kamu yang hancurin ini semua kenapa kamu juga yang berharap keluarga kita menjadi keluarga cemara?" "aku minta maaf, tapi apa gak bisa kita perbaiki ini semua dan menjadi keluarga cemara seperti yang diharapkan anak-anak?" "dengan tambahan 3 anggo...