Hari ini kini tepat hari dimana keberangkatan Rose menuju Jerman untuk menemani sang buah hati berobat disana, tentunya kepergian Rose ini membuat suami dan anak kembarnya dengan berat hati merelakan sang ibu pergi duluan karena Jeffrey akan menyusul nanti setelah mengurus perceraian nya dengan Mina selesai dibantu oleh Ghina sebagai pengacaranya, sedangkan si kembar selain karena harus sekolah mereka berdua juga harus rutinitas menjalani psikiater mental mereka dengan rawat jalan dirumah rutin setiap seminggu duakali.
Dan sekarang mereka sedang mengantarkan Rose ke bandara dengan posisi Rose yang diapit oleh ketiganya, bahkan terlihat wajah ketiganya yang terlihat lesu tidak ada semangat.
"Mi nanti mami jangan lama-lama di sananya ya" ujar Jere seraya menggenggam erat tangan sang mami.
"Ya tergantung sayang, kalau keadaan Juna sudah membaik terus boleh dirawat di Indonesia ya mami pulang." jawaban Rose membuat Jeno maupun Jere menghembuskan nafasnya lesu.
"Makanya kalian harus banyak berdoa sama Tuhan buat kesembuhan adik kalian" lanjutnya yang diangguki oleh si kembar.
"Pasti mi, yakali Jere gak do'ain adik Jere sendiri yang lagi berjuang disana"
Rose mengangguk dan mengusap rambut Jere dengan sayang, begitupun kepada Jeno.
"Mami" rengek Jeno yang kini melepaskan genggaman tangannya dan memeluk sang mami erat dengan wajah yang terbenam di ceruk leher ternyaman nya itu.
Rose tersenyum dan membalas pelukan anak sulungnya itu. Setelah kejadian kala itu Jeno sekarang berubah menjadi anak yang lebih manja dan selalu mengungkapkan apa yang dia pikir dan rasakan, Jeno menjadi lebih terbuka kepada keluarganya.
"Mami nanti disana harus terus kabarin Jeno! Jangan sampai nggak, atau Jeno spam chat sama telepon ke handphone mami!" ancam nya yang dibalas kekehan oleh mami, papi dan Jere.
"Iya sayang iya. Nanti mami kabarin yaa"
"Oh iya Jeno sama Jere juga harus nurut sama papi, jangan nakal! Jangan berantakin rumah, makan yang teratur, jangan makan junkfood terus harus makan sayur sama buah-buahan juga" jelasnya yang diangguki oleh si kembar sebelum keduanya memeluk Rose erat.
Nah kini giliran sang suami yang menghampiri Rose dengan wajah tidak rela nya. "Kenapa lesu gitu sih?" tanya Rose seraya merapihkan rambut Jeffrey yang terlihat sedikit berantakan.
Bukannya menjawab Jeffrey malah menubruk Rose dengan pelukan dan mengecupi bahu serta leher jenjang wanita itu. "Gimana gak lesu orang istrinya mau pergi gini" ucapnya sedikit tidak jelas.
Rose terkekeh kecil seraya mengelus pundak sang suami. "Yaampun nanti juga kamu nyusul kan, makanya selesaiin dulu semua urusannya baru kamu nyusul"
Jeffrey melepaskan pelukannya tersenyum tipis dan mengangguk. "Pasti, aku pasti bakal urusin semua masalah nya dengan cepet terus langsung berangkat nyusulin kamu sama Juna"
Tak lama suara pemberitahuan bahwa pesawat yang Rose tumpangi akan segera Take off.
"Nah udah mau berangkat, yaudah kalo gitu mami berangkat dulu ya" pamitnya yang segera dicegah oleh mereka bertiga.
"Kiss dulu!" serempak ketiganya yang membuat para pengunjung lainnya sedikit menolehkan kepalanya pada mereka.
Rose pun hanya bisa menghela nafas nya pelan sebelum menghampiri mereka satu-satu untuk dikecup kening nya, dan saat Rose akan mengecup kening Jeffrey yang membungkuk tiba-tiba saja Jeffrey mengangkat kepalanya sehingga kecupan Rose mengenai bibir plum lelaki tersebut.
Rose berdecak kesal sedangkan Jeffrey hanya menyengir penuh kemenangan. "Ada anak-anak Jeff" tegur Rose memukul bahu Jeffrey pelan.
"Gapapa mereka udah besar jadi pasti paham" Rose merotasi kan matanya sebelum menyeret kopernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Keluarga Cemara
Fanfiction"kamu yang hancurin ini semua kenapa kamu juga yang berharap keluarga kita menjadi keluarga cemara?" "aku minta maaf, tapi apa gak bisa kita perbaiki ini semua dan menjadi keluarga cemara seperti yang diharapkan anak-anak?" "dengan tambahan 3 anggo...