Bertengkar

201 17 0
                                    

Seminggu lamanya, Alana tinggal di rumah minimalis. Di rumah yang begitu sederhana hanya terdapat 2 kamar, 1 ruang tamu, dapur dan kamar mandi kecil. Alana hanya mampu membeli rumah seperti itu, tidak apa-apa. Yang terpenting dirinya bisa berteduh dengan nyaman. Sudah satu minggu juga, dirinya tak masuk sekolah.

Bukan keinginan nya, melainkan Ahdan yang meminta untuk tetap di rumah sampai situasi membaik. Tentang dirinya yang jadi topik utama di media, kini sudah mereda. Hanya sekali atau dua kali beritanya tayang di televisi. Begitu cepat berlalu, gosip dan gunjingan pun sudah berteman dengan Alana.

Toh ada yang bilang, ini sudah jadi hal lumrah di kalangan masyarakat. Mungkin karena perubahan global atau pergaulan semakin meraja rela di sekitarnya.
Kali ini, Alana ingin memaksakan sekolah, walaupun Ahdan melarangnya.

Jika di sekolah Alana menjadi bahan bullying, tak akan segan-segan. Dia akan mengeluarkan siapa saja orang yang mengusik ketenangan gadisnya, sungguh cinta itu buta.

"Kamu yakin mau sekolah hari ini," tanya Ahdan. Dirinya baru saja datang ke rumah baru Alana, "Aku bosen di rumah terus, aku ingin sekolah." Jawab Alana, dirinya sudah berdandan rapih. Tidak memakai baju kebesaran lagi, satu set baju sekolah lengkap dengan pita di rambutnya melekat dalam tubuh mungil Alana.

"Ya sudah, cepetan naik. Sengaja aku bawa mobil, agar calon anak ku tidak kedinginan." Ah dan mengapit tangan Alana, lalu menuntunnya menuju mobil.

Butuh waktu 10 menit mereka sampai sekolah, jalanan cukup sepi. Sehingga mereka cepat datang ke sekolah. Baru saja sampai halaman, banyak pasang mata yang melihat Alana dengan pandangan yang berbeda-beda. Terlebih sahabatnya sendiri, Mela.

Cacian, makian, di sepanjang koridor. Ada pula gambaran dirinya yang terpasang di mading, siapa lagi kalo bukan ulah orang yang di kenal nya.

"Mel," sapa Alana dengan senyuman khas miliknya.
"Siapa lo?." Ketus Mela, dirinya enggan menatap Alana. Pandangan jijik dari orang-orang membuat Alana tak nyaman.

"Lo kok gitu, Mel?" tanya Alana, dia tau jika temennya ini berubah. Semenjak pengumuman olimpiade, Mela sedikit berubah. Apalagi di tambah dirinya yang hamil di luar nikah. Membuat Mela memandang remeh dia, bukan hanya itu. Temen sekelasnya pun begitu.

"Lo tanya gue?," Mela balik bertanya.

"Kita masih temenan kan?"

"Sorry lo siapa? Gue gak punya temen yang udah gak perawan, hamidun lagi." Kata-kata Mela mencubit hati, dirinya sakit mendengar penuturan Mela.

"Lo kok bilang gitu Mel," tanya Alana

"Ya gue gak mau lagi bergaul sama cewek murahan kayak lo, apalagi lo itu aib. Upss," ejek Mela.

"Gue korban Mel, lo tau gue gak akan seperti ini kalo kakak gue gak ngelakuin hal bodoh!" Alana menjelaskan apa yang terjadi padanya, dia kira. Dengan penjelasan begitu, Mela masih bisa menerimanya, ternyata tidak. Mela semakin mengejek, mereka berdua menjadi bahan tontonan satu sekolahan. Terlebih Alana yang terlihat membuncit, ada juga mereka yang tak suka dengan Alana. Melemparinya dengan kertas, di mana Ahdan berada? Di saat ceweknya di bully!

"Gue iri sama lo Lan, lu cantik, pinter, kaya raya, bahkan lo selalu jadi topik utama di sekolah ini. Tapi sekarang gue senang, karena sebentar lagi gue yang akan gantiin lo di olimpiade. Apa lagi sama Ahdan! Gue suka sama dia!! Tapi kenapa lo yang dapet Lan? Apapun caranya, gue akan rebut dia dari lo!." Ujar Mela, sebenernya dia enggan berteman dengan Alana. Namun dengan cara dia berteman dengan Alana, dirinya akan ikut terkenal dan banyak yang mengenalnya.

"Ternyata lo sejahat ini Mel!." Alan tak percaya dengan Mela, ternyata selama ini mereka berteman hanya karena popularitas?

"Lo perebut Alana, setelah lo rebut Deros dari gue, lo juga rebut  Ahdan dari gue. Laki-laki yang gue suka tapi kenapa sukanya sama lo!!" bentak Mela, dadanya naik turun. Nafasnya tidak terkontrol.

"Ya karena gue cantik, gloswing smiwing terkiwing kiwing. Lo bisa apa kalo laki-laki yang lo suka tapi sukanya sama gue?," jawab Alana santai. Tidak emosian seperti Mela, Alana santuy menjawab siap kata yang Mela lontar kan. Sebenarnya dia tidak ingin seperti itu, mau bagaimana lagi. Jika dirinya dia, harga dirinya akan terus di injek-ijek.

"Lo ya Alana!!!" geram Mela, belum sempat Alana mengeluarkan kata. Dirinya sudah basah kutuk karena Mela membanjirnya dengan air kotor, hal itu mengundang banyak tawa dari siswa lainnya.

Byur

Mata Alana kian memanas, tapi tak menggoyahkan hati nya. Dirinya memandang Penuh emosi. Namun dia tahan, hal itu membuat Mela semakin senang.

"Gara-gara lo, gue harus patah hati lagi. Karena orang yang gue suka, sukanya sama lo!" Teriak Mela

"Nasib!." Satu kata yang keluar dari Alana, membuat segudang tawa. Mungkin para penonton di sini, hanya menikmati film gratis bukan untuk memilih dan mendukung siapa juaranya. Mela semakin tersulut emosi, dia mengeluarkan lipstik di dalam sakunya lalu mencoret asal di muka Alana. Bukannya marah, Alana malah menyodorkan 2 buah lipstik lagi, sebercanda itu dunia. Hingga orang yang serius di anggap bercanda.

"Sekali lagi lo bilang gitu, gue pastiin lo akan ngerasain hal yang sama. P.E.L.A.C.U.R." Kali ini Alana yang berucap, semakin panas. Semakin seru perdebatan ini.

"M-maksud lo apa?," tanya Mela dengan gugup.

Alana tersenyum menyeringai, baru permulaan. Sudah gugup saja, waktu yang pas untuk membalikan keadaan.

"Ngak, gue cuma bilang pelacur. Apa salahnya? Ohh iya," Alana mendekatkan wajahnya ke kuping Mela, "Gue sering liat lo masuk keluar hotel. Lo open BO ya?," tanya Alana polos.

Tubuh Mela menegang seketika, bagaimana Alana tau jika dirinya bekerja seperti itu, "Lo jangan asal fitnah. Mana ada gue lakuin itu!" sungut Mela.

"Emang BO apa? Bisnis Online kan?!" Tanya Alana dengan polos.

"Ah-ahiya itu artinya," jawab Mela ragu.

"Oooo, berarti lo bisnis sama om-om?." Benar seperti pikiran Mela, Alana masih cukup lugu untuk mengetahui hal ini, pantas saja dirinya mudah di bodohi Deros.

"Iya, gue kerja tanam saham."

"Wahhh, ajarin gue ya jangan lupa. Marahan nya di pending dulu, lanjut lagi kalo gue udah mood." Ucap Alana, yang benar saja. Apakah ada marahan seperti ini? Jika mereka yang melihat itu adalah pertengkaran yang jelas nyata adanya, tapi ternyata salah. Bagaimanapun juga, Alana dan Mela sudah berteman dari kecil. Jika mereka berpikir Mela akan meninggal kan Alana karena aib, ternyata salah.

"Lo, mau kemana Lan?," tanya Mela.

"Serahin diri ke ruang bk, g mungkin gue jadi perwakilan. Sedangkan gue lagi hamil gini, bisa malu nanti sekolah." Jawab Alana se adanya, dia sudah meninggalkan Mela yang berdiri di depan pintu kelas.

Di buat heran oleh tingkah mereka, semua siswa bingung dengan persahabatan mereka. Tadi aja mereka bertikai, hingga Mela menyiram Alana dengan air kotor. Tapi apa sekarang? Mereka berbaikan lagi. Sungguh persahabatan yang langka, bertikai karena gabut dan ingin berkesan. Ide konyol itu adalah ide Alana, awalnya Mela menolak. Tapi dengan paksaan Alana akhirnya dia menyetujui dan berakhir seperti tadi.

🐘🐘🐘

"Lo yakin suka sama Ahdan?," tanya Alana.

"Ya, ngaklah anjir. Gue g suka sama sepupu gue sendiri ya, hilih lo ngada-ngada deh." Jawab Mela, pada dasarnya Alana ini lemot. Bisa-bisanya dia tercengo dengan perkataan Mela.

"Maksud lo apa?," belum sempat Mela menjawab, Alana kembali sadar.

"APA???LO SEPUPUAN SAMA DIA? KOK GAK KASIH TAU GUE? APA JANGAN-JANGAN LO BARU SEPUPUAN SAMA DIA? ATAU LO DI KUTUK JADI GAJAH BERCULA 1 TERUS SEPUPUAN SAMA DIA?," memang dasar Alana, tanya kok beruntunan.
"Mana ada gue di kutuk jadi gajah bercula satu." Sarkas Mela, jika sudah begini. Dirinya pasar mendengar pertanyaan-pertanyaan konyol dari Alana.

Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata mengamati mereka dari kejauhan. Tangannya mengepal kuat, "Ternyata lo masih bisa ketawa ya Alana." Seseorang itu berlalu pergi dengan perasaan yang bercampur aduk.

Dug

Orang itu mengeluh sakit, pasalnya kepalanya tertubruk dada bidang seseorang.
"Ra, ngapain lo liatin mereka gitu banget." tanya Ahdan, dari gerak-geriknya seperti mencurigakan.
"Hah, ngak kok. Gue g sengaja liat." Jawabnya, tidak ingin curiga. Dirinya berlalu pergi sebelum Ahdan menanyainya lebih jauh lagi.

ALANA AIBILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang