Perginya Alana

321 15 1
                                    

Aku tak tau jika aku akan berpisah darimu
Kamu sesuatu yang indah dalam hari-hari ku
Mungkin kini saatnya aku pergi, jagalah mataku.
Ku ingin melihat dunia bersamamu, namun tak ada waktu ku untuk bersamamu lagi.

Selamat ulang tahun Xavir, hadiah terindahku untukmu adalah sepasang bola mataku.
Kita akan berjumpa di surga nanti, ternyata aku pergi lebih dulu sebelum kau pinang diriku. Jaga Alisa putriku, aku tak ingin dia merasakan apa yang aku rasakan. Buatlah namaku di kenang olehnya, diriku sangat mencintaimu dan juga putriku. Aku akan terlelap untuk selamanya, carilah penganti ku di luar sana.

Setidaknya kamu belum menyandang status duda atau duren (duda keren)  aku percaya putriku padamu.

Ahdan meremas kertas pemberian Alana, ajal menjemputnya sebelum dia menghalalkan nya. Tak menyangka, ketika dia membuka matanya dia tak menemukan kekasihnya. Dia menangis, mengapa ini terjadi padanya dan kekasihnya. Kecelakaan itu membuatnya buta, tapi mengapa kekasihnya mendonorkan matanya. Bukankah mereka sudah berjanji untuk hidup bersama?

"Lo jahat Alana, ninggalin gue untuk selama-lamanya"
Ahdan merintih, memukul-mukul dadanya yang terasa sakit. Semua orang hanya bisa menatapnya iba, baby Alisa menangis melihat Ahdan mengamuk saat tau Alana pergi untuk selama-lamanya. Mungkin Alana menunjukkan sedihnya melalui baby Alisa.

Sudah empat hari lama-nya Alana dikebumikan, makamnya masih basah. Hari ini hari raya tiba, seluruh kerabat terdekatnya datang menjenguk Alana di kuburan. Ahdanpun ikut menggunakan kursi roda, dirinya kembali menangis ketika melihat terpampang jelas nama Alana di nisan itu.

Dengan berat hati, Ahdan mengusap-usap nisan. Segala doa dia lafalkan untuk kekasihnya, dirinya bersimpuh luruh di tanah. Menggenggam tanah dengan sangat kuat, menangis meminta kekasihnya untuk hidup kembali. Begitu tersiksanya dirinya, tidak ada lagi yang akan berada di sampingnya. Gadis itu sungguh berpengaruh bagi dirinya, dunianya telah hancur, senyumnya sudah pudar tak ada niatan untuk hidup lagi. Separuh nafasnya telah hilang, belahan jiwanya telah pergi.

"Kamu jahat ninggalin aku," cicit Ahdan.

"Katanya kita akan tinggal bersama, kita akan membuat keluarga kecil yang bahagia. Nyatanya itu bohong, kamu pembohong. Aku ingin menyusul mu, mengapa kita tak mati bersama? Kau tega meninggalkan aku bersama Alisa, dia membutuhkan mu termasuk aku!" Racau Ahdan, posisinya tengkurep memeluk makam Alana.

Di hari berbahagia ini, hanya Ah dan yang terlihat menyedihkan. Koko putihnya kotor terkena tanah basah milik makam Alana, sudah 2 jam lamanya dia berdiam di makam kekasihnya. Berbagai cara keluarga nya mengajak dirinya untuk pulang, namun di marah dan mengusir mereka yang memaksanya untuk pulang.

"Pergi, aku mau di sini! Alana kesepian di dalam sana!!"

Ibunya menatap iba melihat anaknya seterpuruk itu, ingin menyalahkan takdir. Mengapa nasib anaknya seperti ini, apalah dayanya yang sama-sama ciptaan tuhan. Terbuat dari tanah lalu kembali ke tanah, kita sebagai umat manusia tak tau kapan datangnya kematian. Siapa yang akan kita temui lebih dulu jodoh atau kematian, itu hanya tuhan yang tahu.

"Sudah nak, dia sudah hidup dengan tenang" Mey menenangkan anaknya, dia pun sama merasa kehilangan calon menantunya, dia sudah sayang seperti anaknya sendiri.

"Aku mau bersama dia bund," Ahdan menangis dalam pelukan ibunya.

"Kematian gak ada yang tahu nak, lihatlah Alisa dia sama seperti mu kehilangan ibunya"

Ahdan baru sadar jika dirinya kemari membawa putri kecilnya, dia akan menepati janjinya untuk merawat Alisa penuh kasih sayang. Di bantu oleh Jordan, Ah dan beranjak menaiki kursi roda yang ia kenakan tadi.

"Gue akan balas semua perbuatan lo Tiara!" gumam Ahdan, tangannya mengepal kuat lalu beranjak meninggal kan makam karena waktu sudah menjelang sore. Sebelum itu, dia mengecup nisan seperti dirinya mengecup kening kekasihnya.

"Selamat tidur tuan putri, kita akan bertemu di surga nanti. Aku janji akan merawat putrimu dengan segenap hati, besok aku kemari lagi." Pamit Ahdan, dirinya menguatkan hati agar bisa meninggalkan tempat ini dan bertemu besok nanti.

ALANA AIBILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang