1. Pelarian

5K 160 13
                                    

Lidstudioo Presents

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lidstudioo Presents


BUDDY GUARD

Please follow, vote, dan komen sebelum membaca! Terima kasih apresiasi kalian. Selamat membaca!

- BUDDY GUARD -

"Mau gue bukan bodyguard lo, gue tetap gak mau kehilangan lo."

Sepatu sneakers berwarna hitam terlihat terus bergesekan dengan aspal. Kedua kaki jenjang terus berlari melewati setiap celah gang rumah-rumah orang yang tengah terlelap. Kaki itu melompat ke sana ke mari melewati dinding-dinding pagar yang kokoh berdiri menghalangi jalannya. Keringat sudah saling menetes dari wajahnya yang basah karena berlari. Baju kemeja yang terbuka menampakkan kaus oblong berwarna putih yang telah basah. Otot-otot dadanya keluar setelah berlarian terengah layaknya dikejar orang.

Kakinya terus berlari hingga ia berhenti di satu titik dimana tempat itu sunyi terlihat. Di samping dirinya ada sebuah rumah kosong yang terlihat begitu lapuk kayu-kayunya. Dindingnya dipenuhi oleh lumut dan rumput yang sudah tinggi menjulang . Pria yang berlari itu lantas merebahkan dirinya di atas tanah, bersandar tong minyak kosong yang telah berkarat. Napasnya masih terengah-engah karena berlarian berkilo meter tanpa henti.

"Akhirnya lo sampe juga, mana barang yang gue mau?"

Pria yang tengah kelelahan itu lantas melemparkan sebuah kantung kecil berwarna hitam. Ditangkaplah kantung itu oleh seorang pria dengan jaket berwarna hitam. Di dahinya terlihat begitu jelas bekas luka jahitan.

"Ahahahahaha, akhirnya lo bisa dapetin ini. Kerja bagus. Tapi, kenapa lo dikejar kayak buronan? Lo main curang?"

"Sial lo bang. Buat gue jadi buronan gini tiba-tiba. Udah jelas gue yang menang taruhan, tapi mereka malah gak terima dan ngejar gue. Lo udah bikin nyawa gue hampir melayang," jawabnya dengan napas yang masih terengah.

"Ahahahaha. Gue paham. Gue paham. Tapi lo tenang aja, gue pasti akan ganti capeknya kaki lo dua kali lipat dari bayaran sebelumnya."

"Nah, gitu dong."

Rumah yang begitu sederhana terlihat diujung mata. Seorang pria memasuki rumah itu dengan tenang sambil menyoren tas di punggung sebelah kanannya.

"Bu, Ari pulang," ucap Pria itu. Rambutnya yang sebelumnya lusuh, begitu terlihat rapih. Ia mencium punggung tangan sang Ibu dengan penuh sayang. Kemeja yang sebelumnya terbuka pun rapat tertutup kancing.

"Kayaknya kamu capek banget. Mandi dulu gih, nanti kita makan."

"Iya bu iya ..."

Pria itu merogoh tasnya. Ia mengeluarkan amplop coklat dari tasnya. Matanya menatap amplop itu dengan bahagia.

"Bu?"

"Iya, kenapa?" tanya Ibu paruh baya itu yang tengah merapihkan makanannya di meja makan. Lauk mereka pun terlihat begitu sederhana, hanya ada sambal, sayur asam ditambah dengan kerupuk yang selalu melengkapi.

Pria itu menyodorkan amplop coklat itu pada wanita yang sedari tadi ia panggil Ibu.

"Apa ini?"

"Em, tadi ... tadi Ari dapat kerja paruh waktu di salah satu perumahan. Jadi, ini buat Ibu. Tolong Ibu simpan buat jaga-jaga. Sekalian, buat bayar SPP Alvin."

Setelah menyodorkan amplop itu, pria itu lantas beralih untuk mengambil handuknya di kamar. Namun, ekspresi kebingungan terlihat dari Ibunya yang terus menatapi amplop itu dengan heran.

"Ari, kenapa seharian kamu bisa dapat sebanyak ini? Kamu kan kerja serabutan di pasar. Ari, Ibu mohon kamu tolong berhenti buat kerja seperti itu nak, Ibu gak mau kamu masuk penjara lagi. Tolong berubah."

Mendengar ceramah sang Ibu yang tiba-tiba, membuat pria itu menoleh heran pada sang Ibu.

"Ari ngerti Bu. Ari gak mau ngecewain Ibu. Ari udah berubah Bu. Apa Ibu gak percaya sama Ari? Ari dapat bonus dari bos perumahan itu. Jadi ya segitu yang Ari dapat tadi. Udah Bu, Ari mau mandi."

Di kamar mandi, ia melamun memikirkan ucapan sang Ibu dengan khawatir. Kebohongan itu benar-benar telah menyiksanya saat ini. Ia mengucurkan tubuhnya dengan gayung yang berisi air. Walaupun masalah begitu berat menyiksa pikirannya, menurutnya air adalah obat untuk menghilangkan segala masalah, kekesalan ataupun kemarahan yang tertunda di kepalanya saat ini.

Arizona. Nama sebuah negara di wilayah Barat Daya Amerika Serikat ini telah ditanamkan pada seorang anak yang lahir dari seorang Ibu bernama Erika. Nama yang mereka ambil karena mendengar nama itu di sebuah stasiun televisi yang tengah membicarakan kasus yang terjadi di Arizona. Bu Erika berharap jika anak laki-laki yang ia lahirkan nanti bisa menjadi kebanggan orang-orang seperti mereka membanggakan negaranya. Arizona tumbuh di lingkungan yang sederhana dengan banyak gang untuk memisahkan beberapa rumah. Bisa dibilang, mereka tumbuh di pemukiman padat penduduk di wilayah Jakarta Selatan. Ayahnya meninggal ketika ia berusia enam tahun. Saat itulah dimana sakit hatinya dimulai. Arizona tumbuh menjadi pria tampan incaran banyak gadis di SMAnya. Namun, hanya karena seorang gadis lah ia masuk penjara. Di usia 19 tahun, Arizona sudah menjadi tersangka pembobolan ATM. Digadang-gadang, ia melakukan itu hanya untuk memanjakan setiap pacarnya. Karena kasus tersebut, Arizona dipenjara selama enam tahun.

Penyesalannya dipenjara berbuah manis walaupun sedikit. Gertakan sang Ibu tiap hari terus ia masukkan ke dalam pendengarannya dan menyimpannya dalam hati. Walaupun begitu, ia masih sulit untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Terlebih lagi, ia adalah mantan napi. Dari sekian banyak pekerjaan di Ibukota, Arizona begitu sulit mendapatkan pekerjaan. Padahal, ia sangat ingin menyenangkan Ibu dan adiknya. Karena Ibu dan adiknya lah, Arizona bisa tetap hidup hingga saat ini.

Di kota metropolitan, persaingan bisnis merajalela. Banyaknya teknologi, inovasi, dan canggihnya kehidupan modern saat ini membuat para organisasi berlomba untuk bisa memenangkan pasar. Namun, walaupun banyak perusahaan yang merajalela, tetap saja angka pengangguran terus bertambah. Kompetensi sumber daya manusia di jaman saat ini sungguh berarti bagi kehidupan karir. Dengan sumber daya manusia yang bermutu, kemajuan perusahaan pun semakin maju pesat. Hal itu terlihat dari sebuah perusahaan bernama TR Group atau Taruna Restu Group ini digadang menjadi perusahaan pertambangan emas yang sedang melayang diatas udara. Pabrik mereka mampu memproduksi sekitar 7-8 juta ton emas setiap tahunnya. Bisa dibayangkan bagaimana profit yang mereka dapat tiap tahunnya.

"Bagaimana perkembangan kasusnya?" tanya Pak Byantara, selaku CEO TR Group pada salah satu ajudannya.

"Kami masih belum menemukan titik terang Pak. Tapi, kalau kami menemukan siapa pengendara itu, kami akan segera tuntaskan kasus ini."

"Saya gak akan biarkan dia mengincar Keinan. Ini gak adil. Apa yang harus saya lakukan sekarang Arya?"

"Untuk saat ini, kami akan tetap menjaga Keinan untuk tetap aman Pak. Tapi Pak, apa Keinan harus tetap kuliah secara online?"

"Itu tetap saya akan lakukan demi keselamatan dirinya."

"Baik, kalau begitu, saya permisi dulu Pak."

Terdengar suara nyanyian dari dalam kamar mandi dengan rumah berdesain eropa klasik. Kamar yang bernuansa merah mudah itu terlihat begitu berserakan dengan beberapa baju yang tergelatak di atas kasur. Setelah menyanyi di kamar mandi, gadis bernama Keinan itu terlihat menghampiri cermin. Ia menghela napasnya begitu pasrah.

"Percuma pake make-up, kalau gue selalu dikurung sama Papa. Eittss, tapi kali ini gue harus pikirin cara buat kabur lagi," gumamnya dengan senyum menyeringai menatap diri sendiri dalam cermin.




NOTE :

Hai guys. Aku comeback lagi bawa cerita baru nih. Semoga 'Buddy Guard' bisa menghibur kalian. Tinggalkan vote dan komen untuk kritik dan sarannya. Buat sesama penulis semangat nulisnya. Buat para pembaca, semangat membacanya! I Love u.

BUDDY GUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang