17. Acara Amal

697 36 0
                                    

Note : Vote before read ya 🥰

Mentari pagi Ibukota menyinari kaca jendela mansion Pak Byan. Pak Byan terlihat memasuki markasnya untuk melakukan rapat lagi dengan para pengawalnya. Ia pun sibuk mengusut tuntas pencarian Baron yang begitu sulit dilakukan dari tahun ke tahun. Padahal, tim khusus Pak Byan adalah tim yang disewanya dari sebuah perusahaan jasa terkenal di Indonesia. Namun, Baron yang cukup cerdas, mampu mengelabui setiap tim yang mencarinya.

"Gimana kabar Baron di Spanyol? Kenapa bisa kecolongan begini?"

"Baron benar-benar luar biasa Pak. Saya yakin dia bukan orang sembarangan dan ada kemungkinan dia mungkin adalah mata-mata Pak," ucap Arya.

"Apa di sana, dia mengganti identitasnya lagi?"

"Saya yakin seperti itu. Tapi, keberadaannya di Spanyol, memudahkan kita sedikit Pak karena tim investigasi mampu menitikberatkan lokasi keberadaannya."

"Di mana titiknya?"

"San Sebastiàn. Kota ini ada di sebelah utara Spanyol Pak."

"Bagus! Teruskan pencarian. Saya gak mau masalah ekspor impor saya hancur karena Richard!"

Pak Byan kemudian menghampiri Pak Danu. Ia pun menanyakan keadaan Keinan dan lingkungan sekitarnya. Pak Danu pun menceritakan apapun yang ia tahu seputar Keinan.

"Benar apa kata kamu?"

"Benar Pak. Mereka resmi berpacaran."

Pak Byan tersenyum setelah tahu informasi bahwa Keinan telah berpacaran dengan Noah.

"Ini jauh lebih baik untuk bisnis kita. Siapa tau kita akan menjalankan ini hingga ke Italia. Saya senang, kalau Keinan senang."

Libur di hari minggu, Ari sempatkan untuk mendatangi temannya. Ia biasanya berganti shift di hari minggu dengan bodyguard lainnya. Biasanya di hari minggu pun, Keinan tak punya jadwal untuk keluar rumah. Di sebuah kursi kayu, Ari terduduk sambil merokok.

"Ada apa lo nelpon gue kemarin?"

"Jawab dulu. Lo jadi bodyguard siapa? Gue bahkan gak bisa bayangin kalau lo bisa dapetin kerjaan yang halal. Hahahaha." Seseorang dengan penuh tato di tangannya menertawakan Ari sambil merokok.

"Biasa lah, anak orang kaya."

"Lo serius? Kenapa lo gak manfaatin aja?" tanya Bang Odin.

Ari melirik Bang Odin dengan malas. Jujur saja, perkataan Bang Odin kini malah menyakitinya.

"Gak bisa gue manfaat cewek sebaik dia."

"Halah, masalah cewek lagi. Lo mah sih terlalu peka sama cewek jadinya kena batu mulu. Eh iya, lo free kaga sekarang?"

"Gue kan tadi bilang, gue udah kerja. Gimana bisa gue ambil kerjaan lo Bang."

"Ya elah, bentar doang kok, ini cakep banget nih omsetnya. Lagian lo kan lagi libur nih hari. Di Bar si Toni main billiard, ayo buru lah."

Ari menghela napasnya pasrah. Ia pun hari minggu itu mengikuti permintaan Bang Odin. Arizona selalu menjadi kartu truf para rekan-rekannya untuk bisa memenangkan billiard. Bukan hanya jago karate, Arizona pun memiliki skill permainan billiard yang luar biasa.

Sampai di sebuah Bar. Sebuah tumpukan beberapa emas tergeletak di atas salah satu meja dekat papan billiard.

"Gue yakin, jagoan gue bisa bawa emas hari ini," kata Bang Odin pada mereka.

"Lo yakin?"

"Liat aja nanti."

Setelah bola billiard berjejer dengan rapi, kini giliran Ari yang terus memperhatikan dengan baik stick billiardnya. Ia pun memperhatikan papan target dengan baik. Beberapa menit kemudian, Bang Odin terlihat memegangi emasnya dengan girang. Sementara rekan taruhannya bergeming menatapi kepiawaian Ari dalam menyodok bolanya. Akurasinya sangat tepat dan dia begitu fokus konsentrasi ketika melihat tujuannya.

BUDDY GUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang