22. Perisai

597 31 0
                                    

Pulang dari bimbingan, Keinan bersama Ira mengendarai mobil menuju rumah Arizona. Bu Erika terheran ketika ia sedang berjemur, melihat mobil yang terparkir di halaman depan rumahnya.

"Mobil siapa itu?"

Ia melihat Keinan keluar bersama seorang wanita. Bu Erika kaget dan segera berlari ke belakang rumahnya untuk memberitahu Ari soal itu. Di dalam, Ari merapihkan dirinya dan keluar dengan terkejut.

"Non Keinan. Rere. Kalian ... kalian ngapain ke sini?" Arizona begitu canggung menyambut Keinan ketika ia sedang cuti atas perintah Pak Byan.

"A5, gimana kondisi lo?"  tanya Rere.

"Seperti yang lo liat, gue baik-baik aja."

Keinan menyurang menatap Arizona. Ia pun sempat heran karena sebelumnya, ia melihat kondisi Arizona begitu parah. Tapi nyatanya, Ari bisa sebaik yang lihat sekarang ini.

"Eh, aduh, ayo masuk dulu. Kalian ini tamu. Ayo Non, masuk."

Mata Rere memencar ke setiap bangunan rumah Ari yang begitu sederhana. Mereka pun duduk di dasar lantai beralaskan tikar. Bu Erika lantas datang menemui mereka. Keinan dan Rere menyalami Bu Erika. Sementara Bu Erika begitu minder ketika Keinan menangkap tangannya.

"Gak usah gini Non. Maaf ya, cuma air mineral."

"Gak apa-apa Bi. Bibi kan udah kenal sama saya, jangan canggung lagi," ucap Keinan.

Bu Erika melirik Arizona sesaat. Ia kemudian kembali ke dalam rumah untuk memberikan waktu Keinan dan temannya mengobrol bersama Ari.

"Gimana kondisi lo? Dokter Aris itu Dokter hebat kan?" tanya Keinan pada Ari..

Ari memencarkan matanya canggung karena Keinan sampai datang ke rumahnya menanyakan kabar. Padahal, ia bisa saja menelpon Ari saat itu juga.

"Gue sembuh sama herbalnya Ibu. Gue udah baik-baik aja. Kenapa lo sampe datang ke rumah?"

"Tau nih si Kei, dia kekeh banget pengin ke rumah lo."

Keinan terkejut dan menggubris Rere dengan menyenggolnya.

"Ya nggak, gue pikir, gue harus minta maaf sama Ibu lo karena bikin anaknya dapatin pekerjaan yang berbahaya."

Bu Erika tersenyum ketika ia menguping ucapan Keinan dari dalam. Sungguh mulia pikiran Keinan, membuat hati Bu Erika begitu menyenanginya. Namun, ia termenung lagi ketika ingat bahwa Ari menyimpan perasaan pada puteri orang kaya tersebut.

"Woh gila, itu foto lo waktu juara karate ya?" Rere antusias menatapi foto yang terpajang di rumah Ari.

"Iya, cuma foto itu yang keliatan bagus buat dipajang."

"Kalau lo udah baikan, boleh kita keluar sebentar?" tanya Keinan pada Ari. Ari terlihat bingung atas ajakan Keinan. Namun, ia akhirnya menuruti majikannya itu.

Mereka bertiga duduk di sebuah cafè. Keinan pun begitu penasaran pada alasan sang Papa melakukan penyerangan hari itu.

"Gue belum tau alasannya. Tapi gue dengar dari Pak Danu, kita berhasil menangkap dua orang banditnya Marco," tukas Ari.

"Berarti, kita harus interogasi mereka secepatnya." Rere ikut memberikan argumen.

Ponsel Rere berdering. Ia kemudian menjauh beberapa meter untuk menerima telepon.

Arizona menyerudup kopinya dengan canggung karena ia duduk bersama Keinan. Keinan sendiri pun merasa tak enak hari itu, baru kali itu ia merasa tak nyaman ditinggal berdua dengan Ari oleh Rere.

"Kapan lo mulai kerja?"

"Besok. Kenapa? Lo kangen gue ya?"

Lagi-lagi ejekan Ari memang buat Keinan jengkel. Memang aneh jika mereka satu hari tak bertengkar. Keinan melirikan matanya malas karena ejekan Ari.

BUDDY GUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang