Final Extra Part [Our Next Life]

765 24 0
                                    

Keinan mengerem mendadak ketika ada sebuah mobil yang menghalau jalannya. Matanya melotot ketika banyak orang yang keluar menuju mobilnya. Wajahnya sudah sangat panik. Ia mencoba untuk memainkan gas mobilnya namun beberapa orang menodongkan senjata padanya tanpa segan. Ya, pria itu yang sempat Keinan lihat di luar perusahaan diam-diam. Pria itu pun yang Keinan lihat mengobrol secara privat dengan Desi. Dari awal Keinan sudah curiga dan ingin memberitahu Ari. Namun saat itu, Ari tak mengerti dan tak memberikan waktu untuknya menjelaskan hanya karena perempuan bernama Desi. Keinan sudah keringat dingin ketakutan. Namun, tak ada cara lain selain dirinya menyerah karena ia pun tak ingin mati sebelum bertemu dengan Arizona dan menjelaskan semuanya.

"Keluar lo! Mau mati tragis di sini, atau lo ikut kita, dan kita bisa kasih waktu buat lo bernapas sebentar?"

Keinan dengan berani keluar mobilnya. Ia mengangkat tangan untuk menyerah. Ya, lagi-lagi, kehidupannya pun terancam seperti dulu. Keinan pikir, setelah ia menikah, hidupnya pun akan lebih tenang. Namun nyatanya, hidup tak akan bisa tenang jika kita belum mati. Namun kali ini, walaupun begitu takut, Keinan berusaha untuk berani demi hidupnya selamat untuk orang-orang yang ia sayang, termasuk Arizona walau sebelumnya ia sempat bertengkar dengannya.

Dahi Arizona berkeringat banyak. Wajahnya sangat cemas terlihat sambil memainkan stir mobilnya dengan tergesa. Ia menempelkan walkie talkie ke mulutnya.

"H4 DENGER GUE H4!" teriak Ari dalam walkie talkie tersebut.

"H4 di sini! Ri, lo di mana?"

"Kirim pasukan buat masuk ke jalan Anggrek sekarang. Gue dapat kabar dari Hp Desi kalau mereka bawa Keinan ke bekas gedung kesenian! Tolong gue please," ucap Ari sambil bernapas terengah. Sebelah tangannya pun memainkan stirnya dengan lihai. Tak sadar, Ari pun menangis saat itu juga.

"Siap A5!"

"CEPETAN! KEINAN SENDIRIAN!" teriak Ari menyudahi. Ia membuang walkie talkienya sembarang dan ia menangis sejadinya di sana mengingat pertengkarannya dengan Keinan beberapa saat yang lalu. Ari terlihat sungguh menyesal.

"Maafin aku Kei, maafin aku," gumamnya. Matanya basah karena air mata bersambung kecemasan mendalam. Ia pun memukul stirnya dengan penuh penyesalan.

Sampai di gedung kesenian, Arizona menyelinap masuk diam-diam. Begitu banyak preman di dalam sana yang membuat Ari sempat takut karena dia hanya seorang diri. Ari menyelinap melewati setiap jendela untuk sekedar memantau. Ia lihat Keinan tengah duduk dengan tenang tanpa diikat sama sekali. Satu sisi Ari heran karena Keinan bahkan tak kabur, malah terlihat murung sambil terduduk tenang. Ari begitu bingung untuk memanggil istrinya saat itu.

"Bagaimana ya? Mereka cuma haus emas, bukan nyawa. Tapi, kalau Papa kehilangan pengiriman itu lagi, TR pasti bermasalah dan mereka pun gak segan juga mencelakai Papa terus menerus kalau mereka gak dapat apa yang mereka mau," batin Keinan. Matanya terlihat lembab di mata Ari.

"Apa sih yang Keinan pikirin?" batin Ari. Ia menatapi setiap penjagaan ketat terhadap Keinan yang duduk dengan tenang.

"Keinan!" Akhirnya, Ari dengan berani berjalan santai memasuki gedung itu dan mengejutkan banyak orang di sana. Seluruh preman melotot dan menodongkan senapa pada Arizona.

"Ari? Bagaimana bisa kamu ke sini?" Keinan berdiri terkejut. Ia pun ketakutan ketika seluruh orang menodongkan Arizona senjata. Ari bahkan tak membalas menodongkan senjata ke mereka dan terlihat begitu cemas menatapi Keinan. Matanya berkaca dengan tak tega melihat Keinan yang lagi dan lagi harus tertawan.

"Keinan maafin aku Kei."

"Ari, bukan saatnya untuk minta maaf sekarang," tukas Keinan yang akhirnya pun menangis.

BUDDY GUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang