28. Ungkapan Hati

604 37 3
                                    

Keinan begitu segan ketika ia harus ikut berjalan memasuki perusahaan untuk mengikuti meeting dengan Pak Byan. Walau Keinan sempat menolak, Pak Byan bahkan mengancamnya untuk menunda perkuliahannya. Padahal ia sebentar lagi akan sidang dan wisuda. Hal itu membuat kesal Keinan dan mau tidak mau ia harus ikut dalam meeting tersebut.

Di sana, Keinan begitu bingung apa yang harus ia lakukan. Ia bahkan hanya disuruh mendengar dan memperkenalkan dirinya di hadapan beberapa orang penting. Namun, kedua mata tak henti menatap Keinan membuat Keinan merasa tak nyaman karena hal itu. Ya, seorang pria sedari tadi menatapinya. Pria itu terlihat lebih muda dari yang lain.

Beberapa menit setelah meeting, Keinan lantas keluar untuk menemui Arizona di mobil. Namun, langkahnya terhenti karena ia dihadang oleh seorang pria.

"Hai!"

Keinan terkejut karena pria itu lah yang di meeting tadi menatapinya dengan aneh.

"Kenalin, gue Galang. Anaknya Pak Gunawan, direktur perusahaan bokap lo."

Pria itu berkacamata, ceria, juga sepertinya terlihat lebih enerjik dari pria biasanya.

"Oh. Iya iya." Keinan menyeringai aneh setelah berkenalan dengannya.

"Mau minum kopi?"

"Euhh tapi gue harus ..."

"Cuma sebentar, ayo!"

Galang terdiam heran melihat Keinan dikawal oleh Ari saat mereka sampai di cafè. Sementara, setelah Keinan mengenalkan Galang kepada Ari, Ari sendiri menatapi aneh Galang. Pakaiannya formal, namun ia berkacamata.

"Dia lebih cocok jadi staf perpustakaan," bisik Ari membuat Keinan melirik Galang dengan aneh. Keinan pun menendang Ari dengan kakinya ketika duduk.

"Dia pacar lo ya?" tanya Galang dengan senyum membuat Keinan mengernyitkan dahinya. Sementara, Arizona yang awalnya kaget, malah senyum-senyum sendiri.

"Apa? Pacar? Bukan, dia bodyguard gue." Keinan menjawab dengan salah tingkah.

"Tapi kalian keliatan lebih cocok jadi pasangan."

Keinan dan Ari malah salah tingkah bersama karena ucapan Galang.

"Oh iya, dari raut wajah lo tadi ... gue liat ketidaksukaan lo sama meeting."

"Kenapa lo mau tau soal itu?"

"Gue punya pemikiran yang sama. Gue dipaksa bokap gue suruh ikut. Bokap gue katanya mau masukin gue jadi karyawan di perusahaan lo. Tapi asal lo tau, ini bukan gaya gue banget. Gue maunya nerusin S2 ke Oxford University, tapi bokap gak ngizinin. Kata dia, duit lebih berharga dari apapun. Sementara, gue lebih suka duduk di perpustakaan."

"Nah, kan benar apa yang gue bilang!" Arizona antusian menanggapi ucapan Galang, membuat Keinan dan Galang menatapinya aneh.

Ucapan Galang membuat Keinan terkesiap. Karena sebelumnya ia pikir, Galang adalah bagian dari tim untuk proyek besar tersebut.

"Oh iya, kapan-kapan kita bisa ketemu lagi kan? Gue pamit dulu karena gue udah ditunggu sama teman gue. Bye."

Keinan dan Arizona berjalan bersamaan di sebuah jalan di dekat kantor. Arizona terus tersenyum sendiri ketika Galang bahkan menganggapnya sebagai pacar Keinan. Hal itu membuat Keinan heran atas sikap Ari.

"Ngapa lo? Kesambet?"

"Ah nggak. Gue lucu aja sama tuh orang tadi. Gue kira suhu, ternyata cupu."

"Sok banget lo. Tapi di sisi lain, gue punya teman yang senasib sama gue." Keinan tersenyum senang.

BUDDY GUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang