49. Are we getting married?

766 33 1
                                    

Pak Byan terlihat mengobrol bersama Pak Danu di ruang tengah. Setengah bodyguard pun sudah mulai bekerja di perusahaan TR. Dan Heru terlihat menghampiri Pak Byan.

"Maaf Pak, mereka yang tersisa di sini, rata-rata ingin terus menjadi bodyguard dan mengabdi untuk kebaikan Bapak."

"Biarkan mereka seperti itu. Semua sama di mata saya. Saya senang mereka selalu ada untuk keluarga saya. Saya akan berangkat ke Swiss untuk membahas masalah kerjasama minggu depan, dan mereka harus ikut menemani saya."

"Baik Pak. Nanti saya sampaikan pada mereka."

"Dan H4, di mana A5?"

Ari kemudian berjalan menghampiri Pak Byan. Ia menundukkan kepalanya hormat pada Pak Byan.

"Siap Pak!"

"A5, nanti sore saya mau bicara empat mata sama kamu, nanti kamu datang ke ruang kerja saya."

"Baik Pak."

Keinan terlihat menuruni anak tangganya untuk pergi ke perusahaan dengan sang Papa.

"Kamu sama Papa dan Pak Danu. A5 punya urusan yang harus diselesaikan di sini. Jadi, ayo Keinan."

Pak Byan dan Pak Danu berjalan sambil tersenyum melihat Keinan kebingungan karena Arizona bahkan tidak mengantarnya hari itu.

"Tapi ... tapi ..." Keinan berusaha menatapi Arizona, namun Ari hanya tersenyum menyuruh Keinan agar cepat menyusul sang Papa.

Sepanjang siang melakukan aktifitas, akhirnya sore mulai menjelang. Ari memasuki ruang kerja Pak Byan karena hari itu Pak Byan pulang lebih dulu dari Keinan. Arizona terus menunduk di hadapan Pak Byan. Dan ia belum tahu apa yang akan Pak Byan bicarakan padanya karena Pak Byan sendiri memintanya untuk berbicara empat mata dengannya.

"A5?"

"Iya Pak?"

"Kamu benar mencintai Keinan?" Pertanyaan Pak Byan membuat Ari terkejut. Ia mengangkat kepalanya yang sebelumnya tertunduk untuk menatap mata Pak Byan.

"Saya sungguh mencintai Keinan Pak ... dan hari ini saya punya niat buat mela ..."

Ari terhenti karena ia baru teringat kalau dirinya keceplosan depan Pak Byan. Hal itu membuat Ari kemudian tertunduk malu dan merasa takut.

"Kamu mau mela ...?"

"Maksud saya, saya serius mencintai Keinan Pak. Saya nggak main-main."

"Jangan takut. Anggap juga saya Heru yang mengejek kamu karena mau melamar Keinan."

Hal itu membuat Ari lebih kaget karena Pak Byan bahkan sudah lebih tahu kalau Ari hendak melamar puterinya. Ari merutuki Heru dalam batinnya karena sungguh menyebalkan bahwa ia tak bisa menjaga rahasia sang teman.

"Maafkan saya Pak."

"Jangan minta maaf. Mencintai itu bukan kejahatan. Hemmmm ..." Pak Byan menghela napasnya sejenak. Ia kemudian berdiri dan berjalan santai di ruang kerjanya sambil menikmati pemandangan di luar tembok kaca tebal yang mengarah langsung ke luar rumah.

"Saya gak menyangka kalau Keinan sudah dewasa kini. Dan saya gak banyak merasakan bagaimana bermain dengannya di masa kecil atau mengajaknya bicara disaat dia remaja. Ambisi dan dosa saya telah merebut kebahagiaan Keinan selama ini. Saya bahkan gak tau kalau Keinan begitu suka sama cimol. Kalau saja Heru tak menceritakan tentang kalian, saya mungkin telah buta perasaan sampai saat ini."

Pak Byan melamun dengan Ari yang terenyuh atas curhatannya tentang Keinan selama ini.

"Namun, saya merasa sudah cukup menjaga Keinan untuk tetap selamat hingga saat ini walau saya tau manusia tidak bisa melawan takdir selain berdoa pada yang Kuasa. Saya sudah membesarkannya cukup baik walau tak ada kebahagiaan dalam kehidupannya. Lantas ... hari itu datang, dimana kamu datang sebagai bodyguardnya menjaga Keinan untuk mewakili saya dan juga ... mengajarkan tentang hidup dan kebahagiaan pada Keinan."

BUDDY GUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang