Joanna pulang dengan keadaan berantakan. Wajahnya bengkak karena menangis sepanjang perjalanan Benar-benar menangis tanpa ditahan. Karena dia naik taksi sendirian. Tidak ikut Jeffrey yang ternyata mengikuti di belakang.
"Di mana Joanna?"
"Baru saja naik. Ada apa? Kalian bertengkar lagi? Bayinya tidak kenapa-kenapa, kan?"
Jeffrey tidak menanggapi pertanyaan Jayden. Dia langsung lari menaiki tangga. Ingin menjelaskan pada Joanna perihal foto yang baru saja dikirimkan.
Ceklek...
Jeffrey memasuki kamar. Dia mencari keberadaan Joanna di sana. Namun sayang dia tidak ada. Tetapi Jeffrey dapat mendengar suara gemricik air di dalam kamar mandinya
Ceklek...
Pintu kamar mandi dikunci dari dalam. Membuat Jeffrey lekas menggedor pintu dari luar. Serta mengeluarkan suara agar Joanna lekas membukakan.
"Sayang, buka! Dari mana kamu dapat foto-foto itu? Kamu salah paham! Aku tidak selingkuh. Aku tidak---"
Ucapan Jeffrey terjeda ketika ponsel yang ada di saku celana bergetar. Pertanda ada panggilan datang. Dari Jelita karena ada masalah sekarang. Sehingga dia harus cepat-cepat berkmas dan berangkat ke LA pada dua jam yang akan datang.
"Baik! Aku siap-siap sekarang!"
Setelah mematikan telepon, Jeffrey langsung menggedor pintu kamar mandi kembali. Lalu mengatakan jika dia harus bergegas menuju LA saat ini. Karena ada masalah genting yang harus segera ditangani.
"SAYANG! BUKA SEBENTAR! AKU MAU BICARA! AKU HARUS KE LA SEKARANG! KALAU KAMU TIDAK MAU DIAJAK BICARA SEKARANG, FINE! AKU BERANGKAT, YA? KITA BAHAS MASALAH INI LAGI SETELAH AKU PULANG!"
Jeffrey sengaja berteriak agar Joanna mendengar. Dia juga langsung mengambil koper dan mengisinya dengan beberapa potong pakaian. Hanya pakaian santai sja, tidak ada jas kerja.
Di dalam kamar mandi, Joanna hanya bisa menangis sembari menutup mulutnya sendiri. Agar suaranya tidak terdengar Jeffrey. Agar pria itu tidak besar kepala karena telah berhasil menghancurkan dirinya seperti ini.
11. 30 PM
Jayden masih belum tidur. Dia menunggu Joanna turun. Namun wanita itu tidak kunjung menampakkan diri padahal Jeffrey sudah pergi pada beberapa jam yang lalu.
Tok... Tok...
Karena tidak ada jawaban, Jayden langsung memasuki kamar yang memang tidak dikunci dari dalam. Dia melihat Joanna yang tidur miring dengan rambut basah. Sisa air mata juga masih membasahi pipinya. Entah karena dia menangis dalam tidurnya atau justru baru saja terlelap.
Jayden menatap kasihan Joanna. Perlahan, dia jongkok di samping ranjang. Mengusap air mata Joanna menggunakan ibu jarinya. Sebab dia benar-benar tidak tega ketika melihat wanita sebaik itu disia-siakan oleh kakaknya.
Jayden berdiam diri di sana cukup lama. Hingga akhirnya keluar kamar setelah memastikan Joanna tidak menangis lagi sekarang. Lalu mengunci pintu depan dan pagar. Kemudian tidur di ruang tengah agar Joanna dapat dengan mudah memanggilnya jika butuh apa-apa.
6. 50 AM
Joanna baru saja bangun tidur. Kepalanya terasa sakit entah karena apa. Rasa mual juga kian terasa. Membuatnya semakin merasa lemas saja. Namun dia harus segera menuju kamar mandi guna memuntahkan isi perutnya.
Setelah keluar dari kamar mandi, Joanna berniat tidur lagi. Namun dia juga berniat memesan makanan untuk sarapan Jayden pagi ini. Sebab dia tidak sanggup turun apalagi memasak saat ini.
