Lembar Ke Sembilan

3.3K 301 10
                                    

Jagoan kecil Papa

᯽•••᯽ AFKARA ᯽•••᯽

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

᯽•••᯽ AFKARA ᯽•••᯽

Dua mobil berbeda warna itu, kini terlihat memasuki area latar kediaman Pranata.

Sepasang bola mata dengan manik hitam milik seorang Devano Ravendra menelisik sekitar. Memperhatikan setiap inci bangunan luas dihadapannya.

Tidak buruk. Bahkan terlampau bagus.

Pemikirannya melayang pada suatu kejadian.
Jika rumah dengan seluas ini, tentu di dalamnya akan ada beberapa ruang bahkan banyak kamar, bukan?

Lantas dengan alasan apa tante Adara menolak si bungsu waktu itu? Karena kedatangan mertua? Apa jika mertua nya datang, kamar di rumahnya tidak akan cukup?

Atau karena wanita itu malu? Karena berfikir Afkara hanyalah sosok pengganggu baginya? Ibu macam apa jika---

Ah tidak.

Devano menggelengkan kepalanya, dia tidak boleh terlalu berburuk sangka seperti ini. Bunda nya tidak pernah mengajarkan hal yang tidak tidak.

Lama bergelut dengan pemikirannya sendiri, Devano sampai lupa untuk turun. Dirinya segera membuka pintu mobil dan berjalan keluar menghampiri para adiknya yang sudah berada di teras rumah itu.

"Makan yang banyak gak boleh bandel bandel, kal--"

"KAKAK!!!" Petuah Askara terpotong dengan teriakan si kecil itu yang tiba tiba, saat Devan terlihat berjalan mendekat ke arah mereka.

"Hm?"

"Tuh, Mas, kakak udah keluar. Udah mau pulang pasti. Iya 'kan, Kak?" Alibi si kecil untuk menghindari pidato keibuan seorang Askara.

Askara hanya menghela napas. Baiklah, mungkin dirinya memang sudah terlalu banyak bicara hari ini.

"Ya sudah, iya. Inget semua pesan Mas tadi, hm?" Afkara mengangguk memberi jawaban.

"Mas pamit dulu," Pamit Askara mencium kening adik tersayangnya sebentar. "Ayo, Kak."

Devan mengangguk. Berjalan mendekati Afkara, tangan kekarnya terangkat untuk mengusak surai kecoklatan si kecil. "Jaga diri, Ka."

"Kita percayakan Afkara bersama kalian." Ujar Devan kepada dua remaja di sampingnya. Sebelum benar benar pergi meninggalkan kediaman Pranata tersebut.

Askara tak mengatakan apa apa, hanya melirik sekilas tanpa berpamitan pada mereka.

Hubungannya dengan sang kakak kembar memang sedang tidak terlalu baik, keduanya sama sama seperti melemparkan perang dingin. Entah siapa yang memulai, tapi kejadian itu resmi dimulai sejak peristiwa malam itu.

AFKARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang