Lembar Ke Enam Belas

3.2K 282 26
                                    

Harapan lama Bagaskara

Harapan lama Bagaskara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

᯽•••᯽ AFKARA ᯽•••᯽

Di sepanjang perjalanan pulang, Afkara hanya banyak diam. Anak kecil itu terlihat lebih nyaman bersandar menikmati pemandangan luar yang lebih menarik perhatian. Sambil fokus mendengarkan pujian pujian Bagaskara terhadap salah satu peserta peraih kejuaraan tadi.

"Keren pokoknya. Pasti berprestasi sekali di sekolahnya." Bagaskara berdecak kagum. Sembari fokus mengemudikan mobilnya.

"Sepertinya dia ini dari sekolahan lain, tidak satu sekolah dengan Afkara. Iya 'kan, Dek?" tanya Fazira sedikit menoleh ke kursi belakang, dimana bungsunya duduk dengan nyaman.

Afkara mendongak, turut mengangguk sekilas sebagai jawabannya. "Iya, bukan." jawabnya pelan dan kembali fokus menatap luar jendela kembali.

"Pasti orang tuanya bangga sekali sama dia. Bisa borong piala sekaligus." pujian itu kembali terdengar dengan nada bangganya.

Syeila Anastasya, gadis pemenang lomba itu kini juga berhasil memenangkan perhatian Bagaskara rupanya. Gadis asing yang berhasil membuat Bagaskara terus melemparkan pujian bangga terhadapnya.

"Adek juga hebat, Mas. Anak kita hebat." suara Fazira juga tak kalah bangganya.

Bagaskara terlihat mengangguk, "Iya, tau,"

"Pokoknya aku bangga banget sama Adek,"

"Iya,"

Afkara yang mendengar semua itu hanya tersenyum simpul. Berbeda, nada suara sang ayah berbeda ketika membahas tentang gadis itu dan juga tentang dirinya.

Tak ada senyuman bangga, tak ada wajah berseri seri di setiap cerita. Tak ada nada semangat ketika membahasnya. Jauh berbanding terbalik ketika Bagaskara dengan senang hati menceritakan gadis asing bernama Syeila Anastasya tersebut.

Semua nya terasa hampa ketika membicarakan sosok Afkara. Sang ayah justru terlihat enggan membahasnya.

Tapi tak apa, Afkara mengerti. Bagaskara tidak bermaksud seperti itu. Bagaskara juga pasti bangga terhadapnya. Pasti.

Dan Afkara juga cukup memahami sikap sang ayah tersebut. Maklum saja, keinginan Bagaskara untuk memiliki putri kecil dalam hidupnya belum sempat tercapai oleh sang Maha Kuasa. Dan harapannya saat Adara mengandung dulu, justru pupus kala ternyata yang terlahir justru Afkara, yang lagi lagi adalah bayi laki laki.

Bahkan, harapan itu sempat pupus juga ketika berita duka datang menghampiri mereka. Rahim Adara yang harus diangkat paksa ketika wanita tersebut sempat mengalami kecelakaan besar saat Afkara berumur tujuh tahun lalu, membuat dirinya tak akan bisa mengandung lagi.

Yang lagi lagi, membuat harapan Bagaskara hilang saat itu juga.

Jadi wajar, jika Bagaskara sangat kagum pada seorang gadis yang sangat berprestasi tersebut. Karena mungkin dirinya juga akan bangga, dan berharap gadis itu menjadi putri kecil yang sejak dulu ia damba damba kan.

AFKARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang