Lembar Ke Dua Puluh

3.6K 281 30
                                    

Mereka yang telah lelah

Mereka yang telah lelah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

᯽•••᯽ AFKARA ᯽•••᯽

Kondisi Afkara sudah bisa dikatakan membaik. Namun meski begitu, binar indah itu terlihat masih enggan untuk terbuka.

Sudah dua hari mata itu terpejam rapat. Rona ceria di wajah tampan itu, kini didominasi oleh warna pucat dengan masker oksigen yang terpampang apik memenuhi setengah wajahnya. 

Ruangan sunyi yang dipenuhi suara dari mesin elektrokardiogram itu terasa cukup mencekam. Tubuh ringkih tersebut semakin terlihat menyedihkan dengan alat alat yang memenuhi anggota badan.

"Adek mimpinya indah banget, ya, Nak? Sampe belum mau bangun gini bungsunya Bunda. Ada apa sih sayang di sana? Adek ketemu sama alien yang biasanya Adek ceritain ke Bunda, gak? Pasti ketemu, ya, makanya Adek masih pengen main sama mereka 'kan." Fazira bersuara dengan menatap fokus sang putra yang masih belum menunjukkan tanda tanda kesadaran. Fazira berharap netra indah itu kembali terbuka dan berseru memanggilnya.

Segera ditepisnya air mata yang kembali meluncur dipermukaan pipi wanita itu. Dirinya tak boleh terlihat lemah. "Jangan lama lama tidurnya, ya, sayang. Bunda kangen, semua orang kangen sama Adek. Kangen sekali."

Fazira bersyukur, karena si bungsu masih mau kembali berjuang. Memberi sedikit harapan pada mereka semua yang tengah mengkhawatirkan sosok rapuh yang terbelenggu di ruang pesakitan.

Tak hanya Fazira saja, bahkan semua anggota keluarga juga turut berterima kasih kepada Tuhan karena telah mengembalikan detak yang dua hari lalu itu sempat menghilang, menghebohkan semua orang.

"Bunda..." Si kembar tertua memanggil dengan suara pelan. Membuat Fazira sedikit terkejut dengan kehadirannya yang sempat wanita itu abaikan.

"Iya, Abang, kenapa, Nak? Maaf, ya, Bunda gak tau tadi pas Abang masuk."

Aksara mengangguk tersenyum. "Gapapa, Bunda." jawabnya menenangkan rasa bersalah Fazira karena tak mengindahkan remaja itu.

"Abang ke sini mau ngajak Bunda istirahat. Bunda belum makan 'kan? Makan dulu, ya, Bun. Bunda harus istirahat dulu,"

"Gapapa, Bang. Bunda baik baik saja, kok. Abang saja yang istirahat, ya. Bunda masih mau disini nunggu adek kamu bangun." ujar Fazira dengan senyum tulusnya.

"Bunda, Bunda juga harus memperhatikan kesehatan Bunda juga. Kalau adek tau Bunda gak mau istirahat dan gak mau makan karena jagain adek, pasti adek juga gk bakal suka, Bun. Jadi, sekarang Bunda harus makan. Biar energi Bunda sama dedek bayinya bertambah."

Fazira hanya mendengarkan. Dalam diamnya, wanita itu membenarkan perkataan sang anak. Afkara pasti tidak suka bila ia sampai menyakiti adik bayi yang tengah dikandungnya.

"Iya, Abang. Yaudah kalau gitu, Bunda keluar dulu, ya? Nanti Bunda balik lagi."

"Iya, Bunda makan dan istirahat yang cukup. Abang yang bakal jagain adek disini." jawab Aksara meyakinkan.

AFKARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang