Rumah Daddy & Suapan brownies di sore hari
᯽•••᯽ AFKARA ᯽•••᯽"Dek? Pulang bareng Mas 'kan, hari ini?"
Afkara menolehkan kepalanya mencari sumber suara, tatkala merasa ada seseorang yang mengajaknya bicara.
Afkara terdiam saat netranya tak sengaja bertatap langsung dengan manik gelap sang penyapa.
Bola mata hitam legam disertai bulu mata lentik, lengkap dengan alis tebal yang semakin menambah kesan menawannya.
Sungguh, perpaduan antara daddy dan mama yang sangat indah.
"Dek?"
Afkara mengerjapkan matanya beberapa kali saat si pemilik suara kembali memanggilnya.
"Hah? Mas? Iya, hooh. Kan sekarang jadwalnya Adek nginep di rumah daddy. Tapi, Adek bawa motor sendiri, kok, Mas."
"Pulang sama Mas aja, yok. Biar motor Adek tinggal dulu disini." Saran yang cukup bagus, bukan?
"Ih? Nggak, nggak. Kalo hilang gimana? Itu motor dari daddy tau, Mas." sewot Afkara mendengar saran yang lumayan beresiko itu.
"Ga mungkin lah, Dek. Ini sekolah punya sistem penjagaan yang cukup ketat kalo kamu lupa." Aksara ikut menyahut, menggelengkan kepala atas perkataan polos sang adik.
"Tapi motor Adek--,"
"Udah, biar Abang yang bawa motornya."
"Kok jadi Abang? Terus mobil Abang gimana?"
Aksara dan Askara saling pandang, sama sama menghembuskan napas lelah.
Cerewet sekali si bungsu ini?
"Gampang, mobil ilang? Abang masih bisa beli lagi," jawab Aksara enteng. Berjalan ke arah jejeran motor yang terparkir rapi di sana.
"Eh, Ga boleh gitu Ab--,"
Askara segera membekap mulut si kecil itu dengan gemas. "Sstt, udah diem. Ayo masuk mobil Mas. Mobil Abang gampang, ada mang Danang nanti yang ambil."
Jika sudah begini, Afkara bisa apa? Dirinya hanya bisa pasrah saja, saat Askara menyeretnya menuju mobil dan pulang bersama.
Membiarkan sang sulung yang akan membawa motor kesayangannya itu.
Afkara turun dari mobil diikuti sang kakak dari samping, ketika dirinya telah sampai di tempat tujuan.
Rumah besar nan megah yang dilengkapi halaman serta taman yang cukup luas di bagian depannya. Rumah yang terlihat tenang dan tentram. Cukup membuat siapapun merasa tenang hanya dengan melihatnya.
Baru saja kedua remaja itu menginjak teras bagian rumah, pintu utama rumah itu terbuka. Menampilkan pria paruh baya dengan setelan jas hitam yang mampu menambah kesan wibawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFKARA [END]
Novela Juvenil_______________________________ Seorang anak memang tak pernah meminta untuk dilahirkan. Namun dia ada karena sebuah permintaan, perjuangan, dan juga harapan. Tetapi mengapa ketika sudah dilahirkan, kalian malah bersikap seolah tak pernah mengingin...