Lembar Ke Dua Puluh Dua (END)

5.6K 311 66
                                    

Bahagia dan Luka

᯽•••᯽ AFKARA ᯽•••᯽

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

᯽•••᯽ AFKARA ᯽•••᯽

"Adek gimana sekarang, hm? Udah enakan?" tanya Fazira mengelus lembut tangan kurus Afkara.

Afkara tersenyum menanggapi. "Udah kok, Bunda."

"Dadanya masih sakit gak, Dek?" Fazira kembali bertanya sembari mengusap dada anak itu lembut.

Afkara menggeleng pelan. "Sudah nggak, Bunda."

"Masih kerasa sesak?"

"Adek okey, Bunda. Sesaknya cuma sedikit, segini..." jawab Afkara sembari menunjukkan celah kecil diantara jari telunjuk serta jari jempolnya.

Fazira terkekeh gemas melihat tingkah anak itu. "Gemes banget sih, Dek. Tapi beneran gapapa 'kan?"

"Astaga, beneran Bunda ku sayangg." Afkara menekan seluruh katanya guna benar benar meyakinkan.

Fazira pun akhirnya mengangguk percaya. Bukannya apa, tadi sekitar dua puluh lima menit yang lalu, setelah kembalinya Afkara dari taman rumah sakit untuk mencari udara segar, anak itu tiba tiba kembali down. Si bungsu itu kembali mengeluh kesakitan pada area dada, hal itu tentu saja membuat mereka semua panik bukan kepalang. Para tim medis pun dengan segera datang memberi bantuan.

Berbagai alat bantu sempat melilit kembali daksa mungil Afkara. Tapi untung saja, kabel kabel yang bertengger di dada itu kini telah dilepas kembali atas permintaan si kecil yang meyakinkan semua bahwa dirinya telah baik baik saja. Menyisakan nasal cannula yang masih bertengger apik di hidung runcingnya.

"Bunda," panggil Afkara memecah hening yang beberapa saat menerpa.

"Iya, Dek?"

Afkara terdiam sesaat, sebelum  akhirnya mengutarakan keinginan. "Adek mau minta peluk, boleh?"

"Heum?" Beo Fazira cukup heran. Ia kira Afkara akan meminta sesuatu, tapi ternyata hanyalah sebuah pelukan.

"Adek mau peluk dedek bayinya, boleh?" tanya Afkara sekali lagi ketika sang bunda masih belum memberi jawaban.

Fazira segera mengangguk mendengarnya. Wanita itu beranjak dari duduknya, memajukan diri agar sang anak dapat memeluknya.

"Anak Bunda kayaknya lagi kangen banget, ya, sama dedek bayinya?" tanya nya sembari membalas pelukan erat sang bungsu.

Wanita itu dapat merasakan sebuah anggukan dari kepala Afkara disela sela pelukan hangat mereka. "Banget, Bunda. Adek udah lama gak sapa dedek perut."

"Dedek perut pasti gelap, ya, di sana? Dedek gak takut kan?" celetuk  yang Afkara melakukan interaksi dengan calon adik barunya.

"Jangan takut, oke? Disini ada Kakak Afka yang bakalan jagain Dedek."

Fazira menunduk sesaat, ketika kepala si bungsu Afkara beralih mendongak menatap kearahnya. "Dedek perut bisa denger suara Adek 'kan, Bunda?"

AFKARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang