Lembar Ke Dua Belas

3.4K 298 11
                                    

Lelah

᯽•••᯽ AFKARA ᯽•••᯽

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


᯽•••᯽ AFKARA ᯽•••᯽

Dua insan berparas cantik itu tampak beberapa kali menghela napas gusar. Netra kedua nya tak bisa lepas dari pintu ruang UGD yang tertutup rapat sejak satu jam setelah sang bungsu keluarga dibawa masuk ke dalam ruang tersebut.

Rasa cemas dan khawatir sangat kentara pada raut wajah keduanya. Bahkan, seorang Adara yang beberapa saat lalu tengah diliputi rasa murkanya, kini, pandangan wanita itu hanya bisa menatap kosong pintu bercat putih tersebut.

Apa yang telah dirinya lakukan? Apa ia sudah keterlaluan? Ada apa dengan bungsu nya? Apa anak itu akan baik baik saja, atau justru sebaliknya?

Pertanyaan pertanyaan itu terus bermunculan dipikirannya. Mencoba mencari jawaban meski tak dapat ia pastikan.

Pikiran negatif mulai bermunculan. Entah apa yang akan dikatakan dokter setelah keluar dari ruangan itu. Pernyataan baik atau buruk yang akan ia terima?

Semoga, semua akan baik baik saja.

Cklekk

"Keluarga pasien?" Tanya pria berjas putih tersebut setelah keluar dari ruangan. Membuat dua insan tadi spontan berdiri dari duduknya

"Saya mamanya, Dok. Bagaimana keadaan anak saya?" sahut Adara cepat.

Anak? Kata kata yang selalu ingin Afkara dengar. Kata dimana Adara mengakui statusnya.

Andai anak kecil itu mendengarnya. Sudah bisa dipastikan, Afkara akan tersenyum paling lebar seolah menjadi manusia paling berbahagia dimuka bumi ini.

Dokter bername tag Raka tersebut tampak tersenyum sebentar, "Bisa ikut saya ke ruangan?"

"Iya, baik, Dokter." Jawab Adara sebelum dokter itu pergi mendahuluinya.

Sebelum pergi, Adara sempat menoleh pada Jingga. Mengelus sebentar surai lembut sang anak. "Mama mau temui dokter dulu, ya? Kakak disini dulu. Jaga adiknya sebentar, ya, sayang." Gadis itu tampak mengangguk pelan.

"Adek baik baik aja 'kan, Ma?" Lirihnya pelan.

Adara mengangguk yakin. "Pasti, adek pasti baik baik aja. Percaya sama Mama." Ujarnya penuh keyakinan meski dirinya sendiri ragu dengan ucapan tersebut.

Direngkuhnya tubuh sang anak. Mengusapnya pelan, berusaha memberikan ketenangan. Setelahnya, terlihat siluet Adara yang perlahan pergi meninggalkan Jingga dengan segala kekalutannya.

"Harus. Adek harus baik baik aja. Afkara pasti kuat, adiknya Jingga pasti baik baik aja."

✰•••••☾︎ ✵ ☽︎•••••✰

AFKARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang