26. Happiness

1.5K 228 27
                                    

Enjoy!

"Aku mau kita cerai."

Deg.

Wira diam mematung setelah mendengar ucapan Kaluna, tubuh nya terasa lemas. Dada nya sesak, air mata memupuk di kedua mata nya, jika laki-laki itu berkedip maka air mata itu akan jatuh.

"Why? Aku ada salah sama kamu? Atau apa? Ayo bilang Kaluna."

"Maaf, Mas. Aku beneran minta maaf hiks..."

"Ayo kita bicara baik-baik Kaluna, nggak semua masalah bisa selesai dengan perpisahan. Ayo bilang, apa salahku?"

"Aku yang salah Mas... Aku nggak bisa bahagiain Kamu. A-aku cacat Mas, aku malu sama kamu." Jawab Kaluna, wanita itu akhirnya jatuh terduduk di lantai dengan kedua tangan yang menutup wajahnya.

Runtuh sudah pertahanan Kaluna, ia lemas, ia sakit melihat Wira menangis karena nya. Hari ini ia benar-benar malu sudah membuat orang yang menyayangi nya menangis seperti ini.

"Kaluna..."

"Ayo bilang sama aku, kamu kenapa?" Tanya Wira lembut, laki-laki itu berjongkok di hadapan sang istri.

"Maaf Mas, aku pengen sendiri dulu."

Setelah berucap, Kaluna lantas pergi meninggalkan Wira yang terdiam kaku di ruang tamu. Wanita itu menjatuhkan dirinya di dekat pintu kamar, ia menangis sejadi-jadinya. Jujur, ia tak pernah berfikir untuk berpisah dengan Wira, tapi ia tak ingin laki-laki itu kecewa karena dirinya yang cacat.

"Maafin aku, Mas..."

Sedangkan di ruang tamu, Wira terduduk di atas sofa, selama ia menikah dengan Kaluna, ia tak pernah merasa setakut ini. Ia bingung, entah apa yang terjadi dengan Kaluna sehingga wanita itu ingin berpisah dengannya.

"Sebenarnya kamu kenapa, Kaluna..."

Di lantai dua, Kiddos menatap baba nya Iba, raut wajahnya kedua anak itu terlihat sangat khawatir. Sebenarnya mereka cukup mengerti apa yang terjadi dengan Ibun dan Baba mereka.

"Kak, kita nggak samperin Baba aja? Kasian nangis gitu, jadi sedih..."

"Jangan, kita nggak boleh ikut campur urusan orang dewasa, mending kita ke kamar yuk!" Ajak Ning.

Jeje mengangguk, "Ayo, tapi aku mau nanya dulu sama Kakak..."

"Apa?"

"Cerai itu apa, sih?"

***

Wira menatap pintu berwarna coklat itu, ia sudah berdiri selama dua jam disini menunggu sang istri keluar. Wira tahu, tak seharusnya ia mengganggu Kaluna yang meminta untuk sendiri dulu, tapi Wira tidak bisa bohong bahwa ia benar-benar mengkhawatirkan sang istri.

Ceklek

Pintu terbuka, menampakan Kaluna dengan keadaan kacau, pipi dan hidung wanita itu merah, mata yang bengkak, Wira meringis sedih melihat Kaluna yang tampak sangat kacau.

"Kaluna..."

"Ayo kita ngobrol, Mas."

Wira mengangguk, laki-laki itu mengikuti langkah Kaluna untuk masuk ke dalam kamar. Ia menghampiri Kaluna dan duduk di samping sang istri.

"Sebenarnya kamu kenapa?" Tanya Wira seraya menggenggam tangan Kaluna.

"Aku minta maaf..."

Baba's Kiddos [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang