Enjoy!
Kaluna menatap Wira yang kini terlelap di sebelahnya, mereka baru saja kembali dari rumah sakit. Ini baru hari ke lima belas mereka di belanda, dan masih ada setengah bulan lagi. Dalam hati Kaluna tidak terlalu banyak berharap, ia takut sakit dan kecewa jika semua nya tidak sesuai ekspektasi nya, ia hanya berdoa supaya semua nya lancar dan keinginan untuk memiliki anak segera tercapai, walau kecil kemungkinan.
"Sayang?"
Kaluna menoleh saat Wira terbangun dan memanggil dirinya, di tatap nya wajah sang suami yang selalu berada di sisinya. Di Belanda, Wira tak pernah sedikitpun meninggalkan Kaluna, laki-laki itu selalu menjaga Kaluna sesuai pesan Jesselyn padanya.
"Kenapa, Mas?"
"Kok kamu belum tidur? Sini tidur, pasti kamu capek banget kan," ucap Wira seraya menarik Kaluna ke dalam pelukannya.
"Aku kangen anak-anak Mas, mereka lagi ngapain ya sekarang? Akhir-akhir ini Jeje nggak mau ngobrol sama aku," keluh Kaluna pada suaminya.
Memang benar, setelah mereka pergi ke Belanda, ada yang berbeda dari Yujenka. Anak berusia 7 tahun 5 bulan itu tidak merengek atau pun memaksa Kaluna dan Wira untuk segera pulang. Bahkan saat melakukan panggilan video pun Jeje enggan merespon Kaluna.
"Kata Ibu, Jeje masih kesel karena kita nggak pamit sama dia. Kamu tau sendiri kan kalo Jeje kayak gitu, nanti juga biasa lagi dia," balas Wira seraya mencium kedua pipi Kaluna.
"Nggak usah di pikirin, mending kita bobo yuk." Lanjut Wira
"Iya, Mas."
Mereka berdua terlelap dalam keadaan saling memeluk. Sedangkan di Jakarta, kedua anak Wira tengah berada di ruang keluarga dengan si bungsu yang mengamuk dalam pangkuan kakek nya, Tama.
"Cah bagus kalo nangis terus nanti nggak cakep lagi lho le," ucap Tama pada cucu nya.
"Huaaaaa!"
"Jeje mau apa? Nanti opa belikan deh."
"Mau Ibun hiks, Jeje sakit tapi ibun tidak ada!" Teriaknya.
Jeje memang sedang sakit, dua hari yang lalu bocah itu jatuh di sekolah mengakibatkan pelipisnya sedikit sobek dan harus di jahit, berakhir demam. Wira dan Kaluna sengaja tidak di beri tahu, takut mereka khawatir katanya.
"Adik, kamu nggak boleh teriak-teriak sama opa itu nggak sopan!" Tegur Ning pada adiknya, namun sepertinya Jeje enggan mendengar.
"Mau ibun hiks..." Ucapnya melirih, ada nada pilu di setiap kata nya.
Gianna yang melihat itu mengambil alih Jeje dari gendongan opa nya, menenangkan si bungsu agar memberhentikan tangisan nya.
"Sudah ya, Jeje kemarin kan sudah janji tidak akan rewel. Jangan nangis terus, nanti sesak dadanya sayang," bujuk Gigi.
"Aku kangen ibun tante mama, kemarin ibun aku cuekin hiks... Aku sedih hiks..."
Gianna tertawa dalam hati, ini konsep nya bagaimana sih? Jeje yang mendiami sang Ibun, kenapa malah bocah ini yang sedih? Harusnya Kaluna kan? Ada ada saja.
"Sudah nangis nya, nanti kita hubungi Ibun. Sekarang Adik makan dulu terus kita ganti perban, oke?"
Jeje mengangguk, Gigi tersenyum dan mendudukkan Jeje di sebelah Kakak nya dan dengan cepat Jeje memeluk Kemuning yang asik menonton tv bersama Tama.
"Aku kangen Ibun," adu nya pada Ning
"Aku juga, kangen ibun sama Baba. Nanti kalau ibun sama Baba pulang kita main bareng lagi ya, kamu jangan nangis terus masa udah gede masih cengeng. Umur kamu sekarang berapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Baba's Kiddos [End]
Fiksi UmumTentang Baba Wira dan kedua anaknya. ©️ abyks_ 2022