32. Harapan Baru

1.2K 172 14
                                    

Enjoy!

Wira memarkirkan mobilnya di garasi, setelah nya laki-laki itu keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah dengan wajah yang berseri. Jam masih menunjukkan pukul sepuluh pagi, tapi Wira sudah pulang ke rumahnya. Dalam hati ia tak sabar memberitahu kan sesuatu pada istrinya, pasti istrinya akan amat senang mendengar berita bahagia ini.

"Hi, sayang."

Kaluna yang tengah melipat baju milik Ning dan Jeje lantas menoleh dan sedikit terkejut melihat suaminya, padahal ini masih pagi pikirnya.

"Hi, tumben kamu udah pulang jam segini, kenapa? Kamu nggak enak badan?" Tanya Kaluna seraya menghampiri Wira dan memegang dahinya.

"Nggak panas," gumam Kaluna setelah memegang dahi suaminya.

"Aku nggak sakit kok sayang, kerjaan aku juga cuman sedikit. Daripada gabut di kantor, mending aku pulang terus berduaan sama istri cantikku," ucap Wira seraya memeluk Kaluna

"Apa sih!"

"Hahaha, cie salting! Oh iya, Kakak sama Adik belum pulang ya?"

"Belum, mereka kan pulang nya jam setengah tiga, Mas. Kamu mau makan?" Tawar Kaluna

Wira menggeleng, "Aku masih kenyang. Sayang, sini deh. Aku mau ngomong," ucap Wira seraya menepuk tempat di sebelahnya agar Kaluna duduk.

"Kenapa? Kayaknya serius banget deh."

Wira tersenyum dan memegang kedua tangan Kaluna, mata teduhnya menatap dalam ke arah mata Kaluna.

"Keinginan kamu untuk punya anak masih ada kan, sayang?"

Kaluna menatap heran ke arah suaminya, kenapa Wira tiba-tiba bertanya demikian? Tak mau ambil pusing, Kaluna mengangguk sebagai jawaban.

"Sebentar lagi keinginan kamu pasti terwujud," ucap Wira tersenyum manis.

Kaluna masih bingung.

"Maksudnya, Mas?"

"Aku tadi ketemu teman lama aku, dia dokter obgyn terus aku sempet ngobrol sebentar dan tanya-tanya juga. Aku juga cerita tentang kamu ke dia, dan dia mau bantu kita Kaluna. Kata dia, kita nggak boleh asal telan informasi cuman dari satu dokter dan nyerah gitu aja, kita masih bisa usaha buat punya anak."

Kaluna menatap tak percaya setelah mendengar perkataan Wira, dada nya tiba-tiba bergemuruh dan rasa bahagia mulai hinggap di hati nya. Ia bisa hamil? Itu artinya ia bisa membahagiakan Wira dengan memberikan seorang anak.

"S-serius Mas? Aku bisa hamil?" Tanya Kaluna dengan mata yang berkaca-kaca.

"Serius, aku udah ambil cuti buat nemenin kamu. Kita bakal ke Belanda buat lakuin semua proses supaya kamu bisa hamil, temen aku bilang dia punya kenalan dokter kandungan terkenal di Belanda."

"Kapan kita berangkat?"

"Besok. Nanti malam kita kemasin barang sama baju, kemungkinan kita menetap di Belanda selama satu bulan."

"Terus Kakak sama Adik?" Tanya Kaluna bingung.

Kalau mereka menetap satu bulan di Belanda, bagaimana dengan kedua anak mereka? Apalagi si bungsu yang tidak bisa di tinggal sedikit pun oleh Kaluna.

"Ibu mau jagain mereka, ada Kak Gi juga yang ikut jagain."

Kaluna mengangguk, Wira tersenyum dan kembali memegang tangan Kaluna, mata elang nya tak pernah lepas dari mata istrinya itu.

"Kita berjuang ya Kaluna, apa pun hasilnya nanti kita nggak boleh kecewa. Kita terima apa yang udah Tuhan kasih, oke?"

Kaluna menangis saat mendengar ucapan Wira, laki-laki yang selalu menenangkan
ketika ia sedih, laki-laki yang selalu menerima segala kekurangannya, laki-laki yang benar-benar mencintai dirinya, dan Kaluna bersyukur untuk itu.

Baba's Kiddos [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang