Bab 11 mata yang cantik

4 0 0
                                    


"Tenang aja lain kali pasti Excell bisa masuk."

"Lu pikir lu sodaraan sama satpamnya?"

"Lu liat aj" katanya sambil merangkul Axcell.

"Apaan siih lu sok akrab." Kata Axcell sambil menyingkirkan tangan Alex tapi gak berhasil.

"Berat tau tangan lu." Tapi si punya tangan masih aja gak bergerak.

"Cell...kamu baik-baik aja kan?" Ibra mulai cemas karena Excell gak keluar kamar mandi.

"Tenang aja. Dia gak akan molor di kamar mandi. Lu pada kenapa pada ngekost?"

"Orang tua gue kerjaanya gak netap di suatu tempat. Gue dah males ngikutinnya. Jadi gue milih tinggal sendiri."

"Saya kabur" jawab Ibra sambil senyum.

"Buset lu gak di cariin apa sama keluarga lu?"

"Mungkin mereka belum mau nyari saya."

"Trus darimana lu bisa biayain hidup lu?"

"Kadang saya bantuin anak tetangga ngajar."

"OoO.." saat itu Excell keluar pas banget dengan petir dan kilat.

"Aaaakkkhhh" mereka bertiga reflek langsung teriak. Apalagi bolamata Excell beda warna pas kena kilat langsung keliatan terang.

"Astagfirullah, petir niih bikin gue jantungan. Cell Dimana softlent lu?" Axcell khawatir dan langsung mendekat ke Excell. Baru saat itulah kedua orang yang terkejutpun kembali sadar dan ikut mendekat.

"Mata gue udah perih banget. Lu lagiankan udah biasa liat mata gue."

"Mata kamu kenapa Cell?" Sebelah mata Excell bewarna biru langit yang cerah sedang sebelahnya bewarna hijau yang menyelubungi warna tembaga(amber)

"Oh... ini keturunan. Tapi di rumah cuma punya gue yang kayak gini. Yang lain warnanya coklat. Udah sebulanankan gue pulangnya malem. Jadi mata gue perih, pas gue copot lupa kalo ini bukan di rumah. Jadi gue buang aja. Di rumah masih ada kayaknya."

"Apakarna itu juga kamu jadi sering rebahan?"

"Hhmmm"

"Kenapa harus pake softlent?"

"Ngana(kamu) pikir....gue gak bakalan keganggu sama pertanyaan orang lain? Kalo cuma di ledekin maaah gue gak masalah, tapi kadang kalo main ke rumah orang lain. Pasti bilangnya gue kena kutukan. Males daah gue. Apalagi kalo nemu emak-emk kang gosip beeeeh.."

"Tapi aku fikir mata kamu cantik kok."

"Iyaaalaaah gue juga ngerasa mata gue cantik kok. Kalo cuma di sekitaran komplek rumah maah gak masalah. Tapi kalo udah di tempat-tempat tertentu yang orangnya pada parnoan. Itu yang bikin gak nyaman. Apalagi kalo orang itu punya masalah yang dipendem."

"Niih..tadi katanya lu mau pinjem." Alex menyodorkan Hpny ke Excell.

"Oh.. ok..makasih" Excell pun langsung menelpon seseorang.

"Assalmualaikum. Ayah?? Bisa jemput aku gak? Oh.. aku di rumah temen. Abis ngerjain tugas kelompok. Iya, gak di tempak Axcell. Alamat?" Excell pun menatap wajah Ibra. Ibra pun paham dan meminta Hpnya untuk menjelaskan alamatnya.

"Siapa yang bakalan jemput?"

"Gak tau? Tergantung siapa yang bawa mobil."

"Lex gue titip motor. Besok lu tolong bawain."

"Kay"

"Lu beneran kabur dari rumah Ibra?" Tanya Excell setelah Ibra menjelaskan alamat dan menyelesaikan panggilan.

"Hmm"

"OoO..."

"Aku cuma pengen tau lingkungan yang belum aku liat."

"OoO.."

"Waktu itu aku lagi jalan mau ke terminal. Kebetulan Alex lewat, sebenernya Alex udah agak jauh ninggalin. Tapi gak tau kenapa dia balik dan ngasih tumpangan. Jadi sekalian aja aku ikut."

"OoO.."

"Kenapa ngeliatin mata gue terus siih?"

"Mata kamu cantik"

"Ini kenang-kenangan dari nyokap. Cantikan? Agak aneh siiih emang, malah kalo liat kelamaan jadi pusing."

"Iya.. seperti orang yang mabuk, hanyut, dan tenggelam di dalamnya gak bisa keluar lagi." Ucap Ibra sambil tersenyum.

"Makannya lu pada jangan liatin mulu. Karena sekali lu masuk lu gak bakal bisa lepas dari mata itu." Axcell mengusap mata Alex dan Ibra supaya mereka gak focus ke mata Excell. 

"Kok bisa?"

"Gue pertama kali ngerasainnya. Waktu masih kecil pas ujan. Ngeliatin mata Excel pake lilin. Gue gak inget apa yang gue lakuin. Tapi beberapa orang bilang gue nyekek Excell orang-orang pada berusaha ngelepasin. Tapi gak ada yang berhasil. Sampe gue di pukul di kepala baru gue sadar. Yang ke dua, Kwill. ngeliatin mata Excell dia tiba-tiba nyekek lehernya sendiri. Kita kira becanda, tapi sampe ayahnya Excell pulang kerja langsung di pukul kepalanya. Baru dia sadar. Itu juga pas  pulang ujan-ujanan. Yang ketiga tukang sate. Dia nusuk telapak tanganya sendiri tapi masih gak sadar. Kita yang ngeliat udah ngeri ternyata tuh tukang sate punya pegangan dan peganganyan mau ngerebut badan tukang sate. Sadarnya gara-gara kita pukulin rame-rame. Masih ada beberapa orang tapi gak begitu parah."

"Apa itu yang bikin lu pake softlenst?"

"Gaaak laaah. Karena sekolah doang. Lagiankan orang-orangkan rada aneh kalo liat mata orang lain beda warna. Mana sebelah kanan sama kiri beda pula. Yang ada di sangkah gue pake softlens."

Best FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang