"Iyaa Menikah" jawab Pratama santai, ia memberikan dua pilihan yang menguntungkan untuk dirinya
Walaupun Gibran memilih untuk menjadi pemimpin perusahaan, ia akan tetap di jodohkan dengan Ayna, karena Pratama dan Hardi sebelumnya sudah sepakat menjodohkan putar putri mereka, dan begitu juga sebaliknya, jika Gibran memilih perjodohan, kelak dimasa depan nanti, dia juga akan menggantikan posisi ayahnya sebagai direktur karena Gibran adalah satu satunya anak laki laki Pratama
"Pa, Ini konyol banget, cuma gara gara aku diizinin jadi dosen, aku juga harus nikah sama wanita yang sama sekali ga ku kenal" Gibran masih tidak habis pikir, menurutnya menikah adalah hal yang sakral dan tidak bisa dilakukan tanpa cinta
"Kenapa tidak? Kamu anak papa dan papa masih punya hak atas kehidupan dan masa depan kamu" Pratama tidak akan menyerah untuk berdebat dengan Gibran
'Oh Shit, kenapa malah gue yang tertindas sih' batin Gibran lalu melirik Pratama dengan kesal
"Tapi itu terserah kamu, papa ga bakal maksa, kalau kamu ga mau terima perjodohan ini, besok berarti kamu harus menggantikan papa di kursi direktur ini"
Gibran mulai berpikir, apakah ia akan memilih pekerjaan yang dia suka atau menjalankan perusahaan ayahnya, terjadi perang batin dalam jiwanya, keduanya pilihan yang berat
Membayangkan akan bekerja dengan karyawan segudang dan mengurus berkas berkas serta proyek perusahaan sudah membuat Gibran sakit kepala, belum lagi harus rapat dan lembur yang menyita waktu istirahatnya, dan dia sendiri tidak ada pengalaman dalam memimpin perusahaan, jangankan perusahaan sebesar Pratama Group, perusahaan kecil saja tidak pernah ia jelajahi
Namun menikah dengan gadis pilihan orang tuanya juga tidak mudah, Gibran hanya ingin menikah dengan wanita yang ia cintai, menghabiskan waktu berdua dengan sang istri hingga akhir waktu adalah impiannya sejak dulu
Gibran mengacak rambutnya kasar "Beri aku waktu buat berpikir pa"
Pratama tersenyum singkat, dia yakin Gibran sekarang sedang bingung dengan pilihan yang ia tawarkan
"Oke, papa kasih kamu waktu dua hari untuk berpikir, ingat Gibran, ketika papa tua nanti, kamu bakal tetap jadi pemimpin perusahaan, jadi bersiaplah dari sekarang"
'Arghhh sialll" umpat nya dalam hati
***
Menyusuri jalan di pagi hari dengan motor kesayangannya, Ayna berangkat ke kampus dengan penuh semangat, karena hari ini adalah hari pertama nya untuk bimbingan skripsi
20 menit kemudian, Ayna sampai di kampus, sebelum ke ruangan dosen pembimbingnya, Ayna menyempatkan ke Sekretariat BEM Fakultas nya
Ayna adalah aktivis kampus yang sangat aktif dalam organisasi, saat ini ia pun menjabat sebagai sekretaris Umum di BEM Fakultas, namun akhir akhir ini karena kondisi ayahnya menurun, ia jarang datang ke sekre, dan hari ini ia kembali untuk menjalankan tugasnya
"Assalamualaikum" Ucap Ayna ketika masuk ke sekretariat
Disana sudah ada Jihan, Fahri dan Bima, ketiga sahabat karib itu juga tergabung dalam BEM, Fahri sebagai Gubernur Fakultas, Bima wakilnya dan si cantik Jihan sebagai Bendahara
"Aynaaaaa..." Jihan kegirangan saat melihat Ayna datang
"Sorry ya gais, gue akhir akhir ini jarang datang ke sekre, kondisi papa drop banget sampe harus di rawat di rumah sakit" Ucap Ayna lalu duduk bersama dengan sahabatnya
"Santai aja kali Ay kayak sama siapa aja, terus gimana keadaan papa Lo?" Tanya Fahri
"Alhamdulillah udah lumayan membaik, tapi masih dalam perawatan juga, jadi belum dibolehin pulang "
"Heem sorry ya Na, kita belum sempat jengukin papa Lo" ucap Jihan
Ayna menggeleng "Ga papa, gue tau kalian juga sibuk"
Bima sejak tadi hanya diam memandang Ayna, sesekali ia memperhatikan Fahri ketika berbicara dengan Ayna
"Bim, Lo kenapa diem, tumben ga ngebacot?, kemarin Ayna ga ada di cariin Mulu, giliran udah di depan mata malah diem diem aja" Jihan keheranan melihat Bima yang terlihat polos dari biasanya
"Whatt, Lo ternyata nyariin gue Bim, kenapa? Lo kengen ngebully gue sama Fahri?" Tanya Ayna dengan cengiran tengilnya
"Ga juga, pede banget sih Lo, gue lagi sariawan makanya diem" Alibi Bima
Sontak Ayna dan Jihan tertawa renyah, Fahri hanya geleng geleng kepala melihat kelakuan teman teman absurd nya ini
"Oh iya, gue bimbingan dulu ya, ntar siap bimbingan gue ke sini lagi" Ayna merapikan penampilannya dan bersiap untuk masuk ke ruang dosen pembimbingnya
"Jahat lu Na, masa bimbingan ga nungguin gue" ucap Jihan sedih
"Ya elu gue suruh ngajuin judul selalu aja ditunda tunda, ya gue duluan lah, waktu adalah uang Ji, gue mau lulus cepet biar bisa kerja, cari cuan"
"Semangat yaa Naa, semoga revisian Lo banyak" Celetukan Bima membuat Ayna sangat kesal
"Dasarr, Awas Lo Bim"
Ayna pergi meninggalkan sahabat nya, ia berjalan dengan terburu buru sambil berusaha menetralkan degup jantungnya yang tidak karuan
Ruangan yang bertuliskan Prof. Juwita Saraswati menjadi tujuan Ayna, Bu Juwita adalah dosen pembimbing yang ditunjuk untuk membantu Ayna dalam pembuatan skripsi nya
"Assalamualaikum Bu" Ayna masuk dan langsung disambut dengan senyuman hangat oleh Juwita
"Waalaikumsalam, silahkan duduk Ayna" Juwita dan Ayna sudah saling kenal karena beberapa kali Ayna mendapat kelas yang diajar oleh Juwita
Selanjutnya bimbingan pun dimulai, Ayna memperhatikan semua arahan dan koreksi yang di jelaskan oleh Juwita
"Baik mungkin itu saja yang harus kamu perbaiki, dan perbanyak referensi jurnal ya, biar kamu bisa lebih paham dengan penelitian sebelumnya dan cari jurnal yang sejenis dengan variabel kamu" Jelas Juwita mengakhiri bimbingan nya
"Baik Bu, insyaAllah akan saya cari lagi referensi lain, dan maaf buk, boleh saya tau kapan bimbingan saya selanjutnya?" Ayna sebenarnya takut menanyakan ini tapi dia tidak mau bimbingan nya tersendat karena tidak ada jadwal
"Heem sebenarnya Minggu depan saya ada workshop dan penelitian juga di luar kota, dan kemungkinan saya tidak di kampus sampai 2 bulan kedepan"
Ayna meringis, 2 bulan tidak bimbingan, sungguh waktu yang sangat lama
"Jadi bagaimana Bu? Apa saya harus menunggu sampai ibu pulang dulu?"
Juwita tersenyum melihat Ayna, dari raut wajahnya Ayna berharap jika dia bisa bimbingan dengan rutin
"Tidak perlu nak, saya akan meminta fakultas untuk menunjuk dosen pembimbing dua buat kamu, jadi selama saya diluar kota, kamu bisa bimbingan dengan beliau"
Mendengar itu Ayna langsung tersenyum lebar "Alhamdulillah, baik Bu, Terimakasih banyak Bu" saking senangnya Ayna sampai menyalami tangan Juwita
"Iya sama sama, selama saya diluar kota, saya mau kamu tetap mengejar progres rancangan penelitian kamu, kalau bisa saat saya pulang nanti kamu sudah siap untuk seminar proposal"
Ayna mengangguk mantap "baik buk, saya usahakan, sekali lagi terimakasih banyak buk"
Setelah pamit dengan Bu Juwita, Ayna lantas kembali ke sekretariat sambil memikirkan kira kira siapa yang akan menjadi dospem 2 nya nanti? Semoga saja sebaik dan seramah Bu Juwita...
Cerita hanya fiksi belaka, kalau ada kesalahan dan ketimpangan didalamnya, author kiyowo mohon maaf :)
Ditunggu komentarnya ya readers
Salam hangat dari yang masih pemula
balonajaib🍄
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfectionist Husband
RomansaGibran Aditya Pratama, dosen konglomerat sukses nan tampan harus rela berpisah dengan kekasih nya karena terhalang oleh restu orang tua, Perjalanan cintanya dihiasi dengan kisah cinta yang begitu rumit Hingga akhirnya, perjodohan membuat Gibran terp...