Setelah sarapan selesai, Gibran dan Ayna bergegas untuk menurunkan barang barang nya ke bawah
Mobil Gibran sendiri sudah siap, beberapa bodyguard Langsung membawa dan memasukkan barang barang Gibran dan Ayna ke dalam mobil
"Gib, perlu papa antar ga?" Tanya Pratama
Gibran menggeleng "Ga perlu pa, papa ke kantor aja" ia masih sibuk memakai sepatu sementara Ayna sedang berpelukan dengan Wulan, ibu mertuanya itu terus saja memberikan wejangan rumah tangga kepada menantunya
"Mama bakalan kangen sama kamu, nanti kalau mama main main kesana boleh kan?" Tanya Wulan dengan wajah memelas
Ayna mengangguk "Boleh dong, bahkan Ayna bakal sering nungguin mama datang kesana nanti" Ayna kembali memeluk Wulan dengan begitu erat
Rasa damai Ayna dapatkan dari pelukan Wulan, setidaknya jika ia tidak mendapatkan kasih sayang dari Gibran, kasih sayang dari Wulan dan Pratama pun sudah cukup bagi Ayna
Kemudian Ayna melepas pelukannya dari Wulan, pasutri baru itu lantas bersalaman dengan kedua orang tua mereka
"Kalau Gibran kurang ajar sama kamu, jangan segan segan telfon papa ya Ay" ucap Pratama
Gibran diam saja, dia pun tak ingin macam macam dengan gadis itu, baginya tidak ada yang istimewa dari Ayna
"Siapp pa, kami berangkat dulu ya, assalamualaikum" ucap gadis itu lalu berjalan mengikuti Gibran masuk kedalam mobil
"Waalaikumsalam, hati hati sayang" balas mereka berdua
Di perjalanan, Gibran dan Ayna hanya diam saja, Ayna terus menatap ke jendela, melihat kendaraan berlalu lalang, seketika pikirannya melayang kepada teman temannya di BEM, sudah empat hari dia tidak ke kampus, dan masalah pernikahan mendadak nya ini, tidak ada yang tahu, apakah ia harus jujur, tapi tidak mungkin dia jujur
"Mas" Ayna mulai bersuara
"Hem" Gibran melirik ke arah Ayna sekilas
"Nanti disana kita tinggal berdua doang atau ada yang lain?" Tanya Ayna penasaran
"Berdua" jawab Gibran singkat
Ayna kesal, kenapa suaminya ini irit bicara, cuek dan sangat dingin sekali
"Oh cuma berdua" Ayna berpikir keras, pasti akan sangat canggung jika mereka hanya tinggal berdua saja, ia sudah membayangkan pasti tidak ada kehidupan didalam rumah itu
Sekitar 20 menit kemudian, mereka sampai di rumah yang akan mereka tempati, rumah dua tingkat tapi kelihatan sangat elegan, walaupun tidak semewah istana Pratama, tapi masih termasuk kategori rumah orang orang elit, simpel dan minimalis
Ayna turun dan hendak membawa barang barangnya namun Gibran melarang, ternyata di depan pagar sudah ada pria dengan usia sekitar 30 tahunan, ia memakai pakaian satpam
"Biar dia yang bawa barang nya" ucap Gibran pada Ayna
Gadis itu pun menurut, ia lantas tersenyum kepada pria itu dan mengucapkan terimakasih
Langkah kecil nya lantas mengikuti Gibran masuk kedalam rumah, mata Ayna berbinar saat melihat seisi rumah, benar benar seperti rumah impiannya dimasa depan, rumahnya di kelilingi dengan taman dan tumbuhan hijau, sangat asri
Ayna terus mengikuti Gibran naik ke lantai dua, disana terlihat ada dua kamar yang berseberangan, Gibran berhenti di depan pintu tepatnya di pertengahan dua kamar itu
Pria itu lantas membuka Pintu kamar sebelah kiri, Ayna masih terus mengikuti, nuansa kamar ini sangat mirip dengan kamar Gibran sebelumya di istana Pratama, susunannya pun tidak jauh beda hanya saja ruangannya sedikit lebih sempit dari yang di istana Pratama
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfectionist Husband
RomansaGibran Aditya Pratama, dosen konglomerat sukses nan tampan harus rela berpisah dengan kekasih nya karena terhalang oleh restu orang tua, Perjalanan cintanya dihiasi dengan kisah cinta yang begitu rumit Hingga akhirnya, perjodohan membuat Gibran terp...