Hadiah dari Mama

117 3 0
                                    

Tisu yang di gunakan Gibran untuk membersihkan darah di dahi Ayna ternyata tidak cukup, Pria itu lantas memanggil salah satu waiters cafe tersebut dan meminta kotak p3k untuk membersihkan luka istrinya

"Mbak" panggilnya

Waiters wanita itu kemudian datang menghampiri meja mereka

"Iya mas ada yang bisa saya bantu?" Tanya waiters itu

"Mbak disini ada kotak p3k ga? Kalau ada saya boleh minta tolong ambilin?" Tanya nya pada waiters itu, namun bukannya menjawab, si waiters malah memperhatikan wajah Gibran sambil tersenyum sendiri

Ayna yang memperhatikan situasi itu hanya bisa tersenyum simpul, ketampanan Gibran memang membuat orang orang tersihir, sebagai istri Ayna tidak cemburu, ia malah senang karena ia adalah gadis yang beruntung karena bisa menjad istri dari pria tampan ini

"Mbak, itu suami saya nanya loh" Ayna mencoba menyadarkan waiters itu sambil menepuk lengannya

"Eh, ma maaf, saya kurang fokus, tadi mas nya minta apa ya?" Ucap nya terbata bata, wajah wanita itu memerah karena menahan malu, sementara Gibran hanya geleng geleng kepala melihat tingkah mbak waiters ini

"Saya minta kotak p3k, tolong dibawain ke sini mbak" ucap Gibran sekali lagi

"Ah iya, sebentar saya ambilkan" wanita itu langsung bergegas mengambil apa yang diminta oleh Gibran, Ayna memandang lekat pria di depannya ini dengan tatapan penuh kekaguman

Terkadang Gibran sangat membuat Ayna kesal, tapi semakin lama, Gibran menunjukkan sisi lembut nya, walaupun Ayna tidak tahu apakah itu tanda Gibran mulai mencintai nya, tapi gadis itu mulai terbiasa dengan status nya sebagai istri seorang dosen tampan dan rupawan

Gibran yang sadar diperhatikan oleh Ayna lantas berbalik juga memandang Ayna dengan penuh tanda tanya, baru kali ini gadis itu memperhatikan nya dengan terang terangan

"Kenapa kamu ngeliatin aku kayak gitu?" Tanya Gibran, ia berusaha tidak bersikap salah tingkah di depan Ayna

"Ga ada sih, cuma ngerasa beruntung aja" jawab Ayna santai

"Beruntung karena?"

"Beruntung punya suami kayak pak Gibran"

"Kenapa beruntung? Bukannya aku sering ngomel dan marahin kamu?" Sebenarnya Gibran senang mendengar hal itu namun ia juga penasaran kenapa Ayna mengatakan demikian

"Ya dulu aku juga kesal karena mas Gibran marah marah Mulu, cuma semakin kesini aku sadar, kalau mas Gibran ngomel ini itu juga demi kebaikan aku" jelas Ayna lagi

Gibran hanya mengangguk dan tersenyum simpul, ternyata istri mungilnya ini sudah mulai dewasa dan paham dengan sifat nya yang tegas, ditengah pembicaraan itupun kotak p3k yang diminta Gibran datang dan tanpa basa basi Gibran langsung mulai mengobati Ayna

Ia meneteskan sedikit alkohol di kapas dan mengusapkannya di luka Ayna, gadis itu kembali meringis karena merasakan perih yang menjalar di luka nya

"Awww....." Ringis gadis itu

"Tahan Ayna" Gibran sebenarnya tidak tega, namun ia berusaha tidak peduli dengan ringisan Ayna, ia tetap lanjut mengoleskan alkohol itu hingga merata ke luka di dahi istrinya

"Mas sakit, udah ga usah pake alkohol lagi" rengek Ayna yang seperti sudah ingin menangis

Gibran yang mendengar suara Ayna yang hendak menangis langsung mengehentikan tangannya yang tadi masih terus mengusap luka Ayna, ia melihat wajah Ayna yang memerah karena menahan sakit dan semakin membuat nya tidak tega

"Lagian kamu juga habis ngapain sih, ceroboh banget sampai bisa kebentur gini" ternyata pujian Ayna tadi tidak merubah kebiasaan suaminya ini, Gibran kembali ke mode omel nya

My Perfectionist HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang