Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.
Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡
Walaupun dengan perasaan tak berupa lagi, Junkyu tetap memenuhi tugasnya. Sekarang dia sedang menyiapkan makan malam, awalnya sendirian tapi tak lama Hyunsuk datang.
"Kyu, maaf..."
"Maaf, lagi sibuk kak." Potong Junkyu.
Hyunsuk ngangguk. "Ah iya, apa aku boleh bantu?"
"Lebih baik masak buat keluarga kakak sendiri bukan? Karena saya hanya memasak untuk suami dan anak-anak saya." Ujar Junkyu sebelum pindah ke sisi lain.
Hyunsuk menghela nafas berat, dia tahu kok kalo dia salah tapi apa boleh dirinya diperlukan seolah menjadi satu-satunya penjahat dalam takdir ini?
Kedua lelaki dewasa itu saling memunggungi, Junkyu sesekali mengusap ujung matanya. Rasanya semakin perih saat dia terbayang perut Hyunsuk yang ternyata sudah besar, mungkin berkisar usai enam atau tujuh bulanan.
Junkyu kembali merasa pedih, ternyata suaminya sudah selama itu mengkhianati dia.
"Bunda." Junkyu segera menormalkan ekspresi nya, lalu menatap putranya.
"Kenapa kak?"
"Kakak bantu yah."
"Eiyy, emang bisa?" Yoshi dan Junkyu terkekeh.
"Kan sambil belajar, biar kakak tahu sulitnya hidup gak segampang ngerebut suami orang." Hening.
Junkyu tidak tahu jika putranya sudah paham sejauh ini tentang keburukan keluarga nya sendiri, walaupun ucapan itu bukan untuk Junkyu tapi hati Junkyu ikut mencelos.
"Mami kok nangis?" Yoshi melirik Jaehyuk yang juga datang ke dapur, dia langsung menempeli Junkyu.
Bukan takut, justru dia akan berusaha melindungi sang Bunda.
"Ah.. gakpapa kok, ini kan lagi potong bawang." Jawab Hyunsuk.
Yoshi berdecih cukup keras, hingga membuat Jaehyuk menatap kearahnya.
"Maksud lo apa?" Yoshi gak ngegubris. "Lo budeg atau emang gak di didik etika hah?"
"Jae, jangan gitu !!"
Yoshi seketika berbalik, menatap Jaehyuk dengan wajah datar namun penuh ancaman.
"Oh ya? Bukannya dari sini kita udah tahu yah mana yang gak diajarin etika?" Seru Yoshi, Junkyu tak menggubris dan lanjut masak.
"Apa maksud lo?"
Kedua anak remaja itu sudah saling beradu tatap, Hyunsuk berusaha menahan putra nya sedangkan Junkyu tidak perduli karena dia percaya kalo Yoshi gak bakal bertindak bodoh.
"Ya... Harusnya lo sadar sendiri sih, atau mau gue sadarin?" Tanya Yoshi. "Lo." Yoshi menunjuk wajah Jaehyuk.
"Lahir dan tumbuh bersama orang salah, karena apa? Karena nyokap lo dengan tega ngehancurin kebahagiaan keluarga orang lain, harusnya dari situ lo udah paham kalo emang pinter." Ujar Yoshi.
Tangan terkepal Jaehyuk siap melayang, tapi Yoshi tidak menghindar. Sedikit lagi sampai, ada lengan lain yang menahan tangan Jaehyuk.
"Kalian apa-apaan sih? Ini dapur, bukan tempat tarung." Ujar Jihoon. "Kalian juga, sebagai seorang ibu harusnya melerai !!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ai to Kanashimi
Fanfiction[selesai.] Saat merah tak lagi membara layaknya cinta, maka putih tidak lagi berarti suci. Mulai: 23 Nov 22 Selesai: 03 Jan 23 Warning ⚠️ BXB Basaha Senyaman nya Terdapat kata-kata Kasar Lokal Ini cerita fiksi hasil dari khayalan saya sendiri dan sa...