7

605 82 2
                                    

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡








Ini sudah hari kedua sedari Yoshi mendengar kejadian malam itu, dia masih belum melihat wajah papanya.

Suasana rumah juga masih berusaha dipertahankan untuk tetap hangat dan Yoshi tahu dengan jelas, jika Bunda nya sangat berjuang untuk keadaan rumah sekarang.

Junkyu juga tidak pernah sekalipun memperlihatkan wajah sendu atau raut sedihnya, jika anak-anak yang lain bertanya tentang keberadaan papanya, Junkyu pasti hanya memberi pengertian jika sang papa sibuk.

Yoshi bukan lagi anak kecil, apalagi setelah kejadian itu. Kejadian yang membuatnya benci pada sosok lelaki yang selama ini dia panggil papa, benci akan semua keegoisan dunia yang seolah terus menekan hati Bunda nya.

"Kakak, ayo dihabiskan sarapan nya nak !!" Yoshi mengerjap.

Dia melirik adik-adiknya yang sudah selesai makan, kemudian dengan cepat anak lelaki itu menghabiskan isi piringnya yang memang tinggal sedikit.

"Kalian berangkat sekolah nya di anter pak sopir yah !! Nanti kalo pulang juga pak sopir yang jemput." Kening Yoshi mengerut.

"Sejak kapan kita pake sopir?" Tanya Yoshi, kemarin mereka masih diantar oleh Bunda nya.

"Sejak hari ini." Jawab Junkyu. "Bunda gak bisa buat terus anter-jemput kalian, jadi papa yang nyediain sopir." Lanjutnya.

"Papa?" Tanya Yoshi, Junkyu hanya mengangguk ringan.

"Sudah-sudah, ayo kalian siap-siap berangkat !!"

Yoshi tak lagi banyak omong, dia ikut menggiring adik-adiknya.

"Kita berangkat yah Bunda." Pamit Yoshi.

"Hati-hati yah, ingat kalian harus jadi anak yang baik oke !!" Pesan Junkyu sembari memberikan kecupan pada ketiga anaknya.

"Siap Bundaaa hehe." Jawab Doyoung.

"Tolong hati-hati yah pak !!" Pinta Junkyu pada sopir baru itu.

"Baik, pak." Jawab si sopir.

Setelah memastikan mobil yang ditunggangi anak-anaknya pergi, Junkyu kembali masuk kedalam rumah.

Junkyu ngehela nafas capek, sudah dua hari ini dada dan bahunya seolah ditimpa beban cukup berat. Lelaki itu menatap anak bungsunya, kemudian mendekat.

"Ruto, mainnya diruang main dulu yah !! Bunda mau beras-beras, bolehkan?"

"Um, boleh Bunda."

"Terimakasih, sayang."

"Sama-sama Bundaaa." Jawab si anak yang kini sudah lari menuju kamar bermainnya.

Junkyu kembali membuang nafas berat, dia menatap bingkai foto besar diruang keluarga itu. Bibirnya tersenyum pahit, getir hatinya tak lagi bisa dia sembunyikan.

Ai to Kanashimi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang