Ceritanya sih, BonChap:)

1.3K 110 35
                                    

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡








"Saya gak punya banyak waktu, sekarang kamu tinggal pilih saja !! Ikut saya atau keluarga kamu?"

Lelaki mungil itu meremat gelasnya, dia tidak tahu harus berbuat apa sekarang.

"Waktu mu hanya satu menit untuk berpikir !!" Ujar lelaki itu sambil melirik jam tangannya.

"Kak, aku hamil." Lirih sosok kecil itu, lelaki didepannya hanya mengangguk santai.

"Kamu mau saya buang atau perjuangankan?"

"Maksud kakak?"

"Kalo mau saya perjuangkan, berarti ikut saya untuk selamanya." Ujarnya tegas. "Kalo mau saya buang, silahkan kembali ke keluarga mu !! Tapi, jangan harap kamu bisa melihat wajah anak kita."

Lelaki mungil itu langsung menyentuh perut ratanya, dia mengelus pelan.

"Tapi kak...."

"Cepat putuskan !! Waktumu tidak banyak lagi."

"Aku gak mungkin ninggalin mami."

"Berarti kamu milih saya tinggalin?" Lelaki itu menggeleng. "Hah~ kamu tahu maksud saya apa dan kamu sendiri yang sukarela menyerahkan semuanya, sekarang mau kamu apa? Saya memaafkan masalalu dan hidup bahagia bersama?"

Lelaki beraut dingin itu terkekeh mengejek, tangannya menyugar surai hitam miliknya kebelakang.

"Saya bisa seperti itu." Lelaki mungil didepannya seketika menatap dia penuh harap. "Asal... Hidupkan lagi Bunda saya dan kembalikan kebahagiaan masa kecil saya !! Bisa?"

Si manis kembali menunduk, dia tidak berharap kisahnya akan serumit ini. Apa yang salah dengan cinta miliknya? Apa dia sangat tidak pantas untuk bahagia?

Masa kecilnya dia habiskan dengan banyak gunjingan, masa remajanya membuat dia tak punya teman dan sekarang, masa dewasanya malah memberikan dia tekanan.

"Waktu mu sudah habis, saya tidak perduli dengan keputusan mu sekarang. Harusnya kamu tahu, kalo semua yang tadi saya katakan, itu bukan cuma gertakan."

Setelah berujar, lelaki tinggi itu berdiri dan siap untuk pergi, namun seruan tunggu menahan langkah nya.

"Aku... Ikut kakak."

Mendengar keputusan itu, membuat bibir tipisnya merekah licik.

"Pilihan yang tepat, kamu langsung turun aja !! Supir udah nunggu buat anterin kamu kerumah baru kita."

"Tapi.. barang-barang aku...."

"Saya sudah siapkan semua nya yang baru, kamu tinggal duduk manis sambil menunggu anak kita lahir !!"

"Kakak udah nyusun semua ini?"

Kekehan ringan terdengar menakutkan, belum lagi suasana yang hening juga mendukung.

Ai to Kanashimi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang