Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.
Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡Masa berkabung diakhiri hari ini, memang sengaja dibuat agak lama karena pihak keluarga Junkyu lebih dulu menunggu hasil pemeriksaan forensik.
Dan tadi malam hasilnya keluar, dengan hasil itu maka telah terbukti bahwa Junkyu memang mengakhiri semuanya sendiri. Apalagi ada tulisan tangan milik Junkyu, yang bisa dijadikan bukti kuat.
Hyunsuk yang sedari awal tertuduhpun, sekarang sudah tidak lagi tersudut. Walaupun pada kenyataannya, Hyunsuk tetaplah pihak bersalah dimata orang-orang yang menyayangi Junkyu.
"Penutupan peti akan segera dilakukan."
Suho mendekati peti sang putra, dia menunduk hanya untuk menatap wajah pucat Junkyu yang sudah kaku.
"Sayang, maaf yah kalo ayah gak bisa jadi orangtua terhebat buat kamu. Maaf juga ayah jarang menanyakan beban yang kamu pikul, maaf... Maaf karena ayah telat untuk menjadi seorang pahlawan, maaf Kyu."
Tangis lelaki paruh baya itu kembali tumpah, dirinya bak sebatang kara sekarang. Suaminya sudah lama meninggal, dan sekarang sang putra semata wayangnya malah ikut juga meninggalkan dia.
Kepergian Junkyu sangat membuat Suho terpuruk, pasalnya sebelum kabar kematian anaknya dia terima, semalamnya Junkyu masih bercanda ria dengan dirinya walaupun hanya lewat sambungan telepon.
Tak banyak sikap dan kata yang membuat Suho curiga, yang dia dengar hanya beberapa kali Junkyu menitipkan anak-anaknya.
"Ayah bakal berusaha jagain anak-anak kamu dengan baik, bahkan lebih baik dibanding kamu." Ujar Suho yakin.
Mendengar ucapan tegas Suho, membuat Jihoon tercekat lalu menatap sang mertua. Tatapan tajam yang sulit diartikan, namun sangat mudah dirasakan.
Seperti nya Jihoon takut, lelaki itu takut jika anak-anaknya dibawa sang mertua. Tapi belum sempet maniknya berkedip, tatapan Jihoon kembali diisi oleh sosok baru.
Kali ini Yoshi ikut menghampiri peti mati Bunda nya, anak remaja itu menggenggam tangan sang kakek erat.
Suho yang masih menangis, kembali harus terseguk karena sikap dewasa cucu sulungnya.
"Maaf kakak udah ngajak Bunda buat nyerah, tapi maksud kakak bukan nyerah yang kayak ginih." Isakan Yoshi keluar.
Saat tangan kirinya menggenggam tangan keriput sang kakek, tangan kanan si sulung digenggam oleh sang adik.
Iya, sekarang Asahi juga ikut berdiri disamping peti. Anak itu tidak mengucapkan apapun, bahkan sedari awal diumumkan kematiannya Junkyu Asahi tidak menunjukkan ekspresi apapun.
Baginya, dia harus lebih kuat untuk saat ini. Bukan sok jago, tapi kakaknya sedang rapuh, jika dia ikut rapuh maka siapa yang akan jadi sandaran adik-adiknya? Asahi hanya ingin mengantar Junkyu dengan tenang, tanpa rasa khawatir karena telah meninggalkan putra-putranya yang masih kecil.
"Kakak minta maaf, kakak janji bakal jagain adek-adek gimanapun caranya." Ujar Yoshi, dia lebih dulu menguatkan genggamannya. "Bunda, kakak bakal pastiin siapapun yang udah ngerebut kebahagiaan keluarga kita, maka mereka juga gak berhak bahagia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ai to Kanashimi
Fanfic[selesai.] Saat merah tak lagi membara layaknya cinta, maka putih tidak lagi berarti suci. Mulai: 23 Nov 22 Selesai: 03 Jan 23 Warning ⚠️ BXB Basaha Senyaman nya Terdapat kata-kata Kasar Lokal Ini cerita fiksi hasil dari khayalan saya sendiri dan sa...