4.Dibully

187 133 45
                                    

Happy reading

Kulangkahkan kakiku lebar dan terburu, salahku sendiri melupakan botol airku di kelas. Padahal tadi aku sudah menunggu anteng di halte bus. Tapi syukurlah daripada mendapat omelan sayang dari bunda. Percayalah bunda lebih menyayangi tuppewarenya daripada anaknya sendiri

"Syukurlah masih ada" aku bernafas lega. Botol airku masih utuh tak cacat sedikitpun

Lorong-lorong kampus sudah sepi, karena jam pulang sudah selesai sedari tadi. Pukul setengah sembilan malam, tapi walaupun begitu masih ada satu-dua mahasiswa di beberapa tempat kampus, aku harus segera pulang

Langkahku terhenti sejenak. Telingaku mendengar samar-samar teriakan perempuan di kamar mandi wanita, posisiku memang sekarang berada di depan kamar mandi wanita

Bukan, ini bukan suara laknat atau apalah itu. Tak lama setelah itu tiga gadis keluar dari kamar mandi, raut wajahnya menampik sedikit kesenangan disana

"Gue lega" ujar gadis yang satu-satunya memakai kacamata diantara dua temannya

Karena rasa penasaran yang sudah menyelimuti hatiku, akhirnya aku memutuskan melihat keadaan di dalam kamar mandi wanita. Aku takut yang barusan terjadi adalah pembullyan dan mungkin korban masih di dalam

Bingo! Dugaan ku tak salah. Ada satu gadis terduduk di pojok dinding, tangannya memeluk erat lututnya yang tertekuk. Kupastikan dia sedang menangis

"Kau tidak papa?" tanyaku memastikan sembari mendekat ke arahnya

Dia mengangkat kepalanya

"!"

Aku tak menyangka..

Dia gadis yang kutemui dua hari lalu

Gadis sombong itu

Segera kudekap tubuh dinginnya. Dia menangis semakin kencang kurasakan basah di pakaian dadaku. Membiarkan dia meluapkan segala rasa sedihnya

"Tenanglah.." tanganku yang menganggur kugunakan mengusap punggung sempit itu sembari mengucapkan kata-kata penenang

•••

"Kenapa?" aku menyodorkan 1 botol air mineral pada gadis yang sampai saat ini belum kuketahui namanya

"Tidak apa-apa" dia menegak botol tersebut hingga tersisa setengah

"Kau bisa menceritakannya saat siap. Kau bisa mempercayaiku" ujarku, entah dorongan dari mana aku merasa ingin melindungi gadis ini

Matahari sudah menyembunyikan dirinya, tergantikan bulan yang muncul menemani aktivitas manusia dengan tenang. Tentu bintang-bintang iku serta, menyinari cahaya remangnya di bumi

Lampu-lampu jalan menyala satu persatu. Kunang-kunang mulai keluar terbang menunjukkan sisi terangnya

Aku suka saat malam, hujan dan senja

"Terimakasih" perkataan gadis itu mengalihkan atensiku

Kulihat matanya sudah tak merah lagi, dan tubuhnya sudah tak menggigil

"Boleh aku tau namamu?" kurasa bertanya sekali lagi tak masalah. Dia nampak sudah tenang. Sedikit lucu tubuh mungil nya tenggelam dengan jaket yang kupinjamkan

"Keyra" aku tersenyum senang "Salam kenal!"

Dia tersenyum tipis "Hm, salam kenal juga"

Tak ada percakapan setelah itu, kami diam dengan pemikiran masing-masing, aku sibuk menghitung berapa jumlah bintang yang bergantung dilangit, cahaya remangnya begitu indah

"Apa yang kau sukai Keyra?" tanpa sadar aku bertanya padanya

Gadis itu hanya diam, mungkin tak mau membalas pertanyaanku

"Ohya aku ingat bahwa kau menyukai buku tebal mu itu"

"Undang aku jika suatu hari nanti kalian menikah" aku terkekeh geli, senang sekali menggodanya

Pasti dia memasang wajah kesalnya sekarang

"Tidak ada"

Aku menoleh padanya "Apanya yang tidak ada?"

"Aku tidak akan menikah"

"Hey jangan bicara seperti itu, mungkin sekarang kamu gak mikirin itu, tapi tetep aja mikir buat nikah itu penting"

"Gak ada yang kusuka" aku memperhatikan jari-jari kecilnya yang meremat botol dipangkuannya

Wajahnya semakin merunduk kedalam, aku yang faham memegang bahu sempitnya "Apa ada yang salah?"

Untuk kedua kalinya ia memelukku lagi, terisak pelan. Aku benar-benar tak mengerti, apa ucapanku salah?

Cukup lama kami berada di taman, Keyra sudah melepaskan pelukannya sedari tadi, sedangkan aku tak mau bertanya lebih banyak lagi, aku takut salah bicara. Udara malam semakin dingin menusuk pori-pori kulit, angin yang berhembus menggesek kulit-kulit daun suaranya menjadi penggiring kami berdua yang sama-sama diam. Kulirik sekilas gadis disampingku, aku harap dia sudah tenang

Aku membuka layar handphoneku yang menunjukkan pukal 10 malam saat ini

"Ayo kuantar pulang" aku berdiri dan mengulurkan tanganku pada Keyra

Kembali dengan wajah datarnya dan dia menjawab tegas "Tidak mau"

Singkat, padat dan menusuk, benar-benar kejam

Aku mengambil kembali uluran tanganku yang masih menggantung di udara

"Aku memaksa!, takkan kubiarkan gadis menyedihkan sepertimu pulang sendiri!"

"Dasar keras kepala!" cibirnya

Sadarkah bahwa dia lebih keras kepala dariku!

"Kita naik taksi. Maaf hari ini aku tidak membawa kendaraan sendiri"

"Kubilang tidak!" aku menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya, lama-lama sifat gadis ini membuatku naik pitam. Huh

"Maaf"

Kugendong paksa tubuhnya, dia meronta-ronta tak terima

"Akh sialan!! Turunkan aku brengsek!"

"Akh sialan!! Turunkan aku brengsek!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Tbc♡

EvanescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang