"Aku suka liat senja disini, dan aku pengen kamu liat senja yang sama denganku"
Aku memandang wajah Keyra yang menurutku lebih indah dari hamparan bunga di sekitar kami
Kami duduk di hamparan rumput liar yang halus, tepat di depan mata kami keindahan alam disajikan, pemandangan matahari yang mulai bersembunyi di antara gunung dan awan putih berubah menjadi jingga, itu sangat indah, tapi sudut mataku tak bisa berhenti menatap Keyra yang terlihat lebih cantik, sinar orange menyelimuti wajahnya
Keyra mengangkat tangannya seolah ingin menggapai langit jingga di atas sana
"Semesta sedang menghukumku, dan aku sedang menikmati hukumannya"
Aku hanya diam mendengarkan Keyra
"Abra kamu percaya dengan bereinkarnasi?"
"Bereinkarnasi?" tanyaku dan Keyra mengangguk menatapku
"Tidak"
Keyra beralih dari menatapku kini kembali melihat bentangan langit jingga di atas kami
"Aku harap itu ada, entah kita terlahir kembali sebagai bunga atau hewan tapi aku harap kehidupan selanjutnya lebih baik dari saat ini"
"Kau tau kenapa aku tak mau mempunyai teman?"
"Aku pernah tanpa sengaja membunuh sahabatku sendiri"
"Dan aku berharap dia sudah terlahir kembali entah diantara hamparan bunga matahari ini atau yang lain. Dia pantas untuk hidup yang lebih baik"
Aku memegang bahu gadis itu
"Keyra.., ada yang ingin kamu ceritakan?
Keyra menggeleng "Aku belum berani menceritakannya"
Tanganku bergerak menangkup wajah gadis itu dan mengelus kedua pipi halusnya, entah mengapa wajahku terus mendekat padanya hingga bibirku mendarat di keningnya
Satu kecupan hangat, sebelum indahnya senja tergantikan oleh gelapnya malam
"Lain kali aku janji mengajakmu melihat senja di pantai"
-⚘
"Makannya lahap banget pake uang siapa?"
Aku melirik sinis Fika dan Dito yang dengan lahap memakan ayam goreng di depanku
"Salah siapa kalah batu gunting kertas"
"Bra kalo mau ikut makan gapapa kok, jangan sungkan-sungkan" ujar Dito mengusap bibirnya yang belepotan
Aku menghela nafas memandang dompetku yang isinya tinggal beberapa lembar saja, dasar Fika membeli makanan gak mikirin kondisi dompet orang "Kita disini buat ngerjain tugas, kok malah makan-makan disini"
"Sebelum mengerjakan tugas kita harus mengisi energi dulu"
"Betul itu!" sahut Dito
"Sebelum bersedih-sedih maka kita harus bersenang-senan-ukhh!!"
"Mampus, makan sambil ngomong!" ujarku tapi tanganku bergerak untuk mengambilkan air pada Fika
Aku melirik gadis di samping Dito, tepatnya dia pas di depanku "Dan kenapa lo ada disini?"
Bukannya menjawab gadis itu malah tak menghiraukanku sedikitpun dan malah asyik mengunyah makanannya
"Gue yang ajak kak Olva buat ikut bareng, siapa tau dia bisa bantu kita ngerjain tugas, iya kan kak?"
Olva mengangguk
Aku menatap Olva tak yakin "Dia aja gak pernah kuliah selama 2 bulan lebih"
"Seenggaknya gue lebih senior ya dari lo"
Oh ya aku lupa kalo Olva mengambil bidang studi yang sama dengan kami yaitu administrasi bisnis
"Bra kalo lo gak mau makan ayamnya, gue makan ya"
Aku mengambil piringku untuk menyelamatkan makananku dari Dito "Enak aja!"
Dito cemberut lalu kembali pada tempat duduknya. Fika memandang Dito yang sedang minum "Apa anak pintar selalu makan banyak ya??"
Aku meregangkan badanku yang terasa kaku dan pegal, tak terasa hari sudah mulai gelap. Disampingku ada Dito yang sibuk dengan laptopnya dan Olva yang membantunya
"Gila kak Olva pinter banget!" seru Fika
"Begitulah" dibalas senyum sombong oleh sang empunya
"Kalian gak laper? cemilan yang tadi udah abis semua"
Aku mengedipkan mataku tak percaya "Fik kita baru aja makan lo"
"Gue laper" sahut Dito
Fika langsung menatapku "Bra lo yang beli cemilan ya"
"Kok gue?"
"Karena lo yang paling sedikit kerjanya" Aku hanya nyengir, memang diantara mereka aku yang paling sedikit mengerjakan, kebanyakan aku hanya menonton
"Iya-iya!"
"Gue ikut deh Bra"
"Abra mau kemana?" Tanya bunda saat aku dan Fika sampai diujung tangga
"Nyari cemilan tante" jawab Fika
"Tumben sekali, biasanya kalo anak gadis malah takut makan cemilan kalo malem gini"
Fika menyengir, melihat itu hanya bunda menggeleng "Yaudah ati-ati ya"
"Siap tante!"
"Gak naik motor?" tanya Fika saat kita melewati motor yang terparkir di teras rumah
"Jalan kaki aja, minimarket kan gak jauh dari rumah gue"
Fika tampak berpikir sejenak "Naik motor aja""Fika jalan kaki aja biar sehat, jangan males-males lu"
Fika hanya diam tapi tetap mengikutiku. Angin malam berhembus pelan melewati kami, membuat anak rambut poni Fika ke belakang mengikuti arah angin, jalan masih ramai karena ini belum larut malam
"Bra ada yang pengen gue omongin" ucap Fika memecahkan keheningan diantara kami
"Hm?"
"Gue suka Dito"
Aku tercengang mendengar perkataan Fika, bagaimana bisa di antara pertemanan terselip perasaan lain disana
"Lo serius?"
Fika mengangguk "Gue takut Dito punya pacar"
"Dito itu tampan, pintar, dan dia ngertiin gue"
"Lo gak inget kalo di antara kita gak boleh ada perasaan?. itu bisa merusak pertemanan"
Fika berjalan mendahuluiku "Gue gak mau cuman berteman"
•
•
•
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent
RomanceBulan september, dimana hujan dengan habis-habisnya menghampiri negara Indonesia, di halte bus Abra bertemu seorang gadis yang tampak terjebak hujan sepertinya Gadis dengan buku tebal ditangannya -----❀ "Semesta sedang menghukumku, dan aku sedang me...