Sudah hampir satu bulan aku mengenal Keyra sejak kami bertemu di halte bus saat hujan. Keyra sudah tak kasar padaku seperti dulu. Kami selalu pulang bersama dan terkadang Keyra mengajakku ke toko buku untuk membeli beberapa buku yang ingin ia baca
Aku pernah bertanya apa ada hal lain yang ingin ia beli selain buku dan dia dengan tegas menjawab 'tidak ada'
"Hai..."
Aku menghampiri Keyra yang seperti biasa di perpustakaan ditempat yang sama duduk dan sendirian, aku duduk bersebrangan dengannya, Keyra menatapku, kali ini dia tersenyum
"Hai juga" dan membalas sapaanku
Aku tersenyum senang, kenapa betina ganas ini begitu manis, dan kenapa hatiku hangat hanya dengan perlakuan sederhana darinya, maksudku dia hanya menyapaku kembali, tidak ada yang spesial dan aku senang akan hal itu
"Tumben sekali menghiraukanku" cibirku untuk menutupi kesenangan hatiku. Keyra hanya menggeleng pelan dan melanjutkan membaca novel. Aku menangkup wajahku dengan kedua tangan, bibirnya yang merah muda, hidungnya yang kecil, dan bulu mata yang panjang, tapi aku baru menyadari semakin hari kulit Keyra tampak semakin pucat
Aku memperhatikan wajah Keyra dari dekat "Kantung matamu sangat hitam"
Keyra memundurkan wajahnya dari ku "Dari dulu memang seperti ini"
"Kulit pucat, kantung mata hitam, terlihat seperti zombi"
Keyra menatapku tajam "Apa aku terlihat mengerikan?"
Aku mengangguk "Sangat mengerikan" aku berbohong, tentu saja ia tidak mengerikan sama sekali. Ku pikir responnya seperti Fika yang akan langsung mencari cermin dan berteriak histeris saat aku mengatainya jelek, ternyata tidak dia hanya bersikap tak acuh
"Kenapa tidak mencari cermin?"
Gadis itu mengedipkan kelopak matanya dua kali "Untuk apa?"
"Berteriak histeris"
Terdengar sedikit tawa dari bibir pucat itu "Kenapa aku harus berteriak?"
Aku mengedikkan bahu dan menegakkan punggungku "Entahlah, kenapa menanyakan hal perempuan padaku"
"Dasar bodoh" aku melotot mendengarnya, apa apaan mulut pedasnya itu
Aku malas menanggapi dan keterdiaman pun terjadi diantara kami jangan tanyakan Keyra sedang apa tentu saja membaca buku kesayangannya
"Kamu baca apa?" tanyaku penasaran dengan buku tersebut
Keyra berhenti membaca dan menatapku
"Buku" balasnya
"Aku tau tapi buku tentang apa?" siapapun pasti tau kalau yang dia baca adalah buku
Keyra memberikan novelnya padaku, sebuah novel berwarna hitam dengan gambar bulan sabit terlilit benang merah di pojok bawah
Aku membaca judul novel tersebut "Life after death" spontan aku menatap Keyra yang menatapku juga
"Untuk apa membaca buku seperti ini?"
Keyra mengambil kembali bukunya "Untuk berjaga-jaga siapa tau besok adalah hari kematian"
"Kita itu masih muda untuk apa memikirkan hal itu sekarang?"
"Aku cuman penasaran dan takut"
"Kita dilahirkan hanya untuk mengalami kematian, semua orang akan merasakannya apa yang perlu ditakutkan? itu fase kehidupan Keyra"
"Lalu setelah kematian apa yang terjadi?"
Aku mengusap pelan rambut panjang Keyra "Aku, kamu, kita dan semua orang gak ada yang tau"
Keyra hanya diam jadi aku berinisiatif membuka suara "Kamu membacanya setiap saat, seharusnya sudah menamatkannya dari dulu"
"Aku mulai membacanya dua tahun lalu dan sudah menamatkannya dari dulu" jawabnya tanpa melihatku
"Apa yang menarik dari buku yang dibaca berkali-kali?"
"Aku membacanya bukan karena menarik, aku hanya ingin"
Lagi, Keyra membuatku penasaran padanya, tatapannya padaku saat mengatakan hal itu begitu terlihat sakit dan putus asa
Aku menjauhkan buku itu dari wajah Keyra, spontan dia menatapku kesal
"Bacakan padaku bagian yang menarik pada buku itu"
Jemarinya bergerak memindahkan halaman demi halaman, mencari bagian yang ia suka dari buku yang dia baca, bibirnya terangkat
"Jorsan terbangun dari mimpi buruknya, ia memandang tubuhnya dari cermin dan menemukan dia bukan sosok yang sama seperti dalam mimpinya. Apa ini dirinya?"
"Jorsan mengamati kedua mata, pipi, tangan dan kakinya tak ada luka lebam sama sekali. Dalam mimpinya Jorsan adalah anak pengemis yang selalu dipukul saat meminta sesuap nasi di jalanan dan dia meninggal tertabrak mobil saat berusaha menyelamatkan anak kucing"
"Jorsan berusaha mengingat masa lalunya, itu bukan mimpi dan yang sekarang adalah nyata, ujar Jorsan"
"Ingatan kehidupanku yang dulu masih ada, dan aku yakin ini hidupku yang sekarang, seorang pelukis terkenal"
"Kehidupan masa kecilnya yang sekarang masih teringat jelas, tapi dia tak punya ingatan saat dewasa di kehidupan masa lalunya, karena Jorsan meninggal saat berusia 8 tahun. Sekarang usia Jorsan sangat tua, tapi tubuhnya masih tegap, bila diibaratkan dengan bunga ia sudah layu namun masih indah, siapa yang tau mungkin di kehidupan selanjutnya Jorsan adalah bunga"
Bibirnya terhenti dan Keyra menutup bukunya "Aku sudah selesai membacanya"
"Itu sangat sulit dimengerti" tanggapku, karena aku benar-benar tak faham apa yang terjadi dengan Jorsan
Keyra tersenyum lembut padaku "Kamu harus membacanya lebih dari satu kali maka kamu akan lebih mengerti"
Aku bangkit dari dudukku dan menarik pergelangan tangan Keyra dia menatapku dengan tatapan bertanya "Ayo ada hal yang ingin aku lakukan"
•
•
•
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent
RomanceBulan september, dimana hujan dengan habis-habisnya menghampiri negara Indonesia, di halte bus Abra bertemu seorang gadis yang tampak terjebak hujan sepertinya Gadis dengan buku tebal ditangannya -----❀ "Semesta sedang menghukumku, dan aku sedang me...