Sepulang dari mall, Kongpob langsung memandikan Arka. Proses mandi ini pun tidak selalu mulus, terkadang Arka yang menangis tidak mau mandi, atau Arka yang tidak mau selesai mandi karena keasyikan bermain air.
Saat ini Arka menangis karena tidak sengaja menghirup air saat Kongpob tidak sengaja tidak menutup hidung Arka saat membasahi rambutnya.
Kongpob menyadari ini salahnya, dia tidak bisa fokus setelah kejadian di toko kue tadi. Pertemuan singkat itu berhasil membuat pikiran dan hatinya tidak karuan. Kongpob membenci dirinya sendiri.
Setelah membujuk Arka dengan kue yang tadi mereka beli, akhirnya Arka mulai tenang. Sambil memakan kue itu di meja makan, Arka sesekali bernyanyi lagu yang baru dia pelajari di day care saking senangnya. Kongpob membiarkan Arka makan sendiri sedang dia mengerjakan pekerjaan rumah yang tidak sempat dia kerjakan pagi tadi.
Kenapa setelah 3 tahun lebih Kongpob harus kembali bertemu denganya? Ditambah lagi tidak hanya dia yang bertemu denganya, tapi juga Arka! Kongpob hanya berharap Arka bisa melupakan pertemuan singkat itu.
Kongpob merasa dia sudah cukup menjauh dari orang itu. Kongpob pindah dari kota asalnya, meninggalakan orang tua, teman dan pendidikanya demi menghindari dia, tapi kenapa mereka malah bertemu lagi disini?
"Itulah kapal api yang sedang berlayar.. Asapnya yang putih.. menga.. menge.. menga..pung? Papaaa!"
"Apa Arka? Papa lagi nyuci baju kamu ini." Jawab Kongpob sedikit berteriak,
"Apa lagi kelanjutan lagunya?"
"Lagu apa?" Kongpob yang sedang mencuci tidak fokus pada lagu yang dinyanyikan anaknya,
"Itulah kapal api yang sedang berlayar.. asapnya yang putih..? Apa lagi?!"
"Mengepul di ud-"
"Shhhh! Papa diem!"
"Asapnya yang putih mengepul di udara..." Akhirnya Arka menyelesaikan lagunya, dia tersenyum senang seraya menjilati jari tanganya yang penuh krim kue.
Jangan salahkan Kongpob karena dia sudah memberinya sendok, tapi Arka memutuskan makan dengan tanganya langsung membuat kue terasa lebih enak.
Kongpob yang kini sedang mencuci piring lagi-lagi pikiranya teralihkan oleh bayangan seseorang. Wajah pria yang ditemuinya tadi tidak jauh berbeda dengan wajahnya 3 tahun yang lalu.
Dia masih.. orang yang sama yang bisa membuat hatinya berdebar kencang. Sudah lama sejak terakhir kali Kongpob merasakan perasaan seperti ini.
Setelah berpisah denganya, Kongpob selalu berpikir, apa yang akan terjadi padanya jika suatu hari mereka bertemu lagi? Akan kah hatinya tetap berdegup kencang? Akankah perasaanya masih sama? Atau perasaan yang dulu sudah hilang seiring berjalanya waktu?
Sekarang Kongpob tahu jawabanya; perasaanya masih sama.
Walaupun begitu, tidak ada yang bisa Kongpob lakukan dengan perasaanya. Semua ini mungkin balasan dari apa yang sudah dia lakukan.
"Papaaa..."
Sepertinya Kongpob memang tidak diberikan waktu untuk memperbaiki perasaanya bukan?
"Kenapa sayang? Kue nya udah abis?" Kongpob berjalan menuju balkon dengan baju yang siap untuk dijemur, namun melihat keadaan Arka dengan muka yang belepotan, juga baju yang dipenuhi krim kue padahal baru saja selesai mandi, Kongpob menyampingkan cucianya dan menghampiri anak kesayanganya itu lebih dulu.
"Yaampun Arka.. Ini Tukki juga sampe berubah warna jadi merah gini.." Kongpob menurunkan Arka dari kursinya dan mulai membersihkan meja yang sangat berantakan,
"Arka tadi kasih makan Tukki juga, kata Tukki kuenya enak!"
Kongpob tidak menjawab. Dia hanya sibuk mengelap meja,
"Pa.. nama kue nya apa Pa?" Tanya Arka.
"Red velvet, sayang."
"Red vevlet?"
"Red velvet."
"Red vevlet! Oke! Besok Arka mau minta Bu Guru untuk buatin kue red vevlet buat snack kita!"
"Papa ga yakin Bu Guru akan buatin, nak."
"Kenapa? Bu Guru gatau cara buatnya ya Pa?"
"Udah ah, sekarang cuci muka yuk, abis itu gosok gigi terus bobo ya, nanti besok kesiangan sekolahnya."
"Oke Papa!"
..
Setelah duo ayah dan anak itu pergi, perhatian Shiela kembali pada teman lamanya. Pemandangan yang dia lihat sulit dipercaya,
"Arthit, hei.. kamu nangis?"
Mendengar suara Shiena, Arthit langsung menyeka air mata dengan punggung tanganya, dan tersenyum kecil.
"Haha engga, tadi aku kelilipan."
"Oh.." Shiela sebenarnya tidak percaya, tapi dia biarkan temanya itu membohonginya.
"Ngomong-ngomong.. kau dengar kan tadi? Anak itu memanggilnya dengan sebutan Papa, aku kira tadi dia Kakaknya."
"Hmm.."
"Tambah lagi, dia masih memakai seragam. Dia anak kuliahan berarti kan? Bukanya itu aneh?"
Perkataan Shiena membuat Arthit tersadar, Kongpob seharusnya sudah lulus kuliah. Tapi lagi-lagi karena dia, karena perpisahan mereka 3 tahun lalu, sepertinya Kongpob mengulang pendidikanya dari awal sehingga dia belum lulus saat ini.
"Shiena, kamu tau ga seragam itu dari universitas mana?"
"Hm.. Tidak banyak universitas yang ada disini. Kalo tidak salah sih, seragam kaya gitu dari Universitas X. Kenapa?"
"Ga kenapa-napa."
Universitas X. Awal nya Arthit datang ke kota ini hanya untuk urusan pekerjaan. Tapi melihat situasi sekarang, tujuan Arthit kini berbeda.
Arthit sudah memutuskan, walaupun Kongpob membencinya, walaupun perkataan Kongpob tadi menyakitinya, tapi Arthit tidak akan menyiakan kesempatan kali ini.
Kesempatan terakhir untuk memperbaiki segalanya.
YOU ARE READING
REMORSE
FanfictionSOTUS Fanfiction tentang penyesalan Arthit dan Kongpob serta bagaimana mereka mengatasinya. Notes: bxb M-Preg Penggunaan kata-kata kasar. Some caracters belong to the original owner Bittersweet. All photos credit to the original owner.