Mendengar perkataan bahwa dirinya 'jahat' dari dua orang tersayangnya membuat Kongpob sedih. Kongpob sadar dia sungguh mengecewakan mereka kali ini.
Kongpob tidak berani berkata apapun sekarang. Dia takut salah bicara dan membuat Arthit semakin emosi. Keduanya saling terdiam, terlarut dalam pikiran masing-masing, sampai Arthit yang lebih dulu membuka suara.
Arthit meminta mereka untuk pulang lebih dulu dan membicarakan tentang ini lain kali. Mereka tidak bisa meninggalkan Arka sendirian terlalu lama. Kongpob menurut, dan mereka pulang dalam diam.
Sesampainya di rumah, hal yang pertama Arthit lakukan adalah mengecek keadaan Arka. Melihat anaknya tertidur lelap membuat perasaan Arthit tenang. Arthit mengusap rambut Arka pelan sebelum dirinya pamit pulang, namun Kongpob mencegahnya.
Kongpob meminta Arthit untuk menginap lagi malam ini. Kongpob berkata dia sudah berjanji pada Arka, bahwa Arka akan bertemu dengan Arthit saat anaknya itu bangun di pagi hari. Mendengar itu Arthit menuruti kemauan Kongpob.
Selesai membersihkan diri, keduanya kini duduk di sofa, masing-masing memegang secangkir minuman hangat.
Mengusir suasana canggung, Kongpob mulai menceritakan bagaimana kronologi kejadian kemarin, bagaimana Arka bisa hilang, juga bagaimana caranya Kongpob bisa bertemu dengan Arka.
Mendengar ceritanya Arthit terkejut bukan main. Arthit tahu semua itu salahnya, dia tidak menyangka kalau Arka bisa dengan berani kembali ke dalam kereta seorang diri untuk mengambil bonekanya. Arthit tidak seharusnya meninggalkan Arka sendirian, dan lebih teliti lagi dengan barang bawaan mereka.
Arthit bersyukur karena orang yang Arka mintai bantuan adalah petugas kereta api. Bagaimana jika anaknya itu meminta bantuan pada orang jahat? Arthit tidak mau membayangkanya. Keduanya kini sepakat untuk mulai mengajari Arka tentang bagaimana transportasi umum beroperasi, juga bagaimana caranya bersikap jika bertemu dengan orang asing.
Keduanya terus bertukar cerita sampai entah bagaimana mereka mulai menceritakan tentang masa lalu. Arthit menceritakan apa yang terjadi padanya setelah Kongpob pergi. Kongpob tidak pernah menyangka Arthit mengalami semua itu. Selama ini dia membayangkan seniornya kembali hidup normal setelah kepergianya. Kongpob merasa bodoh sekarang.
"Kak.. maafkan aku. Aku tidak tahu kau mengalami semua-"
"Tidak apa. Sudah cukup cerita tentangku. Sekarang aku mau mendengar cerita tentangmu."
"Aku sudah menceritakan hal tentang Arka padamu. Apa ada hal lain yang ingin kau tau?"
"Apa yang kau lakukan saat pertama kali pindah kesini? Pasti sulit mengurus Arka sendirian, kan? Lalu bagaimana dengan kuliahmu?"
"Itu benar.. awalnya memang sulit, aku tidak tau apa-apa soal mengurus anak. Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan setiap kali Arka menangis.
Untungnya ada Bi Rika, saat Arka umur 4 bulan, pernah suatu hari dia tidak berhenti menangis. Bi Rika sampai datang ke rumah dan membantuku menenangkan Arka. Dia mungkin kasihan dengan keadaanku, dan dari sana mulai mengajariku bagaimana caranya mengurus bayi.
Aku juga selalu minta pendapat dari Bunda dan kedua kakakku. Saat Arka masih bayi, setiap kali Bunda atau kedua kakakku sedang tidak ada pekerjaan, mereka selalu datang kesini menemaniku dan Arka.
Bunda memintaku untuk lanjut kuliah jadi aku melakukanya. Tahun pertamaku tidak terlalu padat karena beberapa nilai bisa di transfer dari kampus sebelumnya. Aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan Arka dan belajar banyak dari Bi Rika sampai akhirnya bisa mengurus Arka sendiri.
Arka mulai masuk day care saat usia 25 bulan. Aku tidak punya pilihan karena saat itu jadwal kuliahku semakin padat. Aku tidak bisa terus-terusan mengandalkan Bi Rika untuk menjaga Arka."
YOU ARE READING
REMORSE
FanfictionSOTUS Fanfiction tentang penyesalan Arthit dan Kongpob serta bagaimana mereka mengatasinya. Notes: bxb M-Preg Penggunaan kata-kata kasar. Some caracters belong to the original owner Bittersweet. All photos credit to the original owner.