"Kau sudah sadar." Ucap seseorang saat Arthit baru saja membuka mata.
Arthit mencoba memfokuskan pandanganya yang masih samar dan melihat seorang wanita berdiri di samping ranjangnya.
"Saya Kaning, kakaknya Kongpob. Aku yang akan menjagamu sampai praktek magangmu selesai. Beberapa hari ini kau istirahat saja, aku sudah mengirim surat izin sakit ke perusahaan."
"Kak Kaning.. apa.. bayiku baik-baik saja? Kongpob mana?"
Kak Kaning menatapnya khawatir sebelum menjawab, "Kongpob tidak akan memintaku menjagamu kalau dia masih disini."
Arthit tidak mau percaya apa yang baru saja dia dengar. Kongpob.. sudah pergi? Tidak mungkin!
Arthit kembali memejamkan matanya, berusaha kembali tertidur dan berharap dia masih bermimpi, namun usahanya sia-sia. Dia benar-benar sudah bangun sekarang, dan Kongpob sudah benar-benar pergi. Bulir air mata mulai keluar dari ujung matanya.
Menyeka air matanya Arthit bertanya, "Kak Kaning.. apa kakak tau kemana Kongpob pergi?"
"Aku tidak tau."
Arthit tidak tau Kak Kaning berbohong atau tidak sekarang, tapi dia tidak bertanya lebih. Arthit merasa tidak punya hak untuk itu. Lagipula Arthit sendiri yang menginginkan hal ini di awal, dia hanya tidak menyangka Kongpob tidak mengizinkan Arthit melihat bayinya barang sebentar.
"Kak Kaning tidak perlu menjagaku, Kak. Aku bisa sendiri. Kak Kaning juga pasti punya kesibukan. Lagipula.. praktek magangku juga sebentar lagi selesai."
"Kau yakin?"
"Iya Kak."
"Ya sudah kalau gitu. Aku akan menjagamu sampai kau sudah boleh pulang. Setelahnya, kalau kau butuh apapun, hubungi aku. Aku akan memberimu nomor ponselku."
"Terima kasih, kak."
Saat Kaning meninggalkan Arthit sendiri, disitulah Arthit mulai menangis, dia sudah tidak bisa membendung air matanya. Arthit terus memikirkan betapa menyedihkan dirinya saat ini. Rasanya asing merasakan perutnya yang sudah kembali ke bentuk semula. Rasanya seperti kehilangan bagian penting dari dirinya. Arthit ingin bertemu dengan anaknya. Arthit ingin memeluk bayinya.
Apa yang harus Arthit lakukan sekarang? Kemana Arthit harus mencari Kongpob dan bayinya?
Arthit menghabiskan waktu 7 hari untuk pemulihan sebelum kembali menjalani praktek magangnya. Dia melihat kamar yang Kongpob sewa di samping kamarnya kini sudah kosong. Dia juga dapat kabar dari temannya bahwa Kongpob sudah pindah kuliah. Arthit mencoba menghubungi nomornya tapi kini sudah tidak aktif. Junior itu tidak meninggalkan apapun selain selembar note yang Arthit temukan di atas nakas samping ranjang pasienya.
Note itu bertuliskan, [Terima kasih sudah mengaja bayinya dengan baik. Bayinya lahir dengan sehat. Aku minta maaf atas semua yang sudah ku lakukan. Kami pamit, jaga dirimu baik-baik.]
Selesai praktek magang, kehidupan Arthit terasa hampa. Dia bahkan tidak tau untuk apa dia menjalani semua ini sekarang. Arthit benar-benar sebatang kara. Mama, Papa, Vina, Kongpob dan bayinya sudah meninggalkanya.
Tidak ada semangat dalam hidup Arthit. Dirinya menjalani hidup seadanya. Masih untung Arthit bisa menyelesaikan studinya tepat waktu walau kebanyakan waktunya dia pakai untuk bekerja dan mencari Kongpob.
Teman-teman menyadari adanya perbedaan dari diri Arthit, dengan itu mereka berusaha membuat Arthit terbuka pada mereka namun Arthit tetap bungkam. Bahkan sampai mereka wisuda pun Arthit tetap bungkam. Rasanya sedih melihat salah satu teman mereka menjadi seperti ini tanpa bisa melakukan apapun untuknya.
YOU ARE READING
REMORSE
FanfictionSOTUS Fanfiction tentang penyesalan Arthit dan Kongpob serta bagaimana mereka mengatasinya. Notes: bxb M-Preg Penggunaan kata-kata kasar. Some caracters belong to the original owner Bittersweet. All photos credit to the original owner.