chapter 13

114 17 1
                                    

Setelah pertemuan yang canggung di ambang pintu, Arthit mempersilahkan tamunya masuk. Arthit tidak sempat menyapa ataupun memperkenalkan diri karena perhatian mereka kini teralihkan oleh Arka yang sangat senang dengan kedatangan mereka.

Melihat mereka saling melepas rindu, Arthit pergi ke dapur untuk membawa minuman dan camilan untuk tamunya. Arthit sebenarnya merasa tidak enak, dia sendiri adalah tamu di rumah ini, tapi dia bertingkah seakan dia adalah pemilik rumah.

Kenapa Kongpob tidak memberitahunya kalau keluarganya akan datang?

"Arka.. main sama Kak Neua nya di kamar Arka dulu boleh?" Arka dan anak perenpuan berumur sekitar 6 tahun yang dipanggil Neua itu beranjak dari duduknya, keduanya berlari menuju kamar Arka seperti yang diminta Oma mereka.

Saat ini di ruang tengah hanya ada Arthit, Kaning dan juga wanita yang Arka panggil dengan sebutan Oma, yang tak lain adalah Ibu dari Kongpob. Arthit tahu dia harus menjelaskan kenapa dirinya ada di rumah ini, namun Arthit merasa sangat canggung, dia tidak tahu harus mulai menjelaskan dari mana.

"Jadi, kalian saling kenal?" Tanya Ibunya Kongpob melirik Kaning dan Arthit bergantian.

"Um.. sebelumnya, perkenalkan nama saya Arthit. Saya.. senior Kongpob di perusahaan tempatnya praktek magang. Salam kenal Ibu Sutthilak." Arthit menunduk di akhir kalimatnya.

Kongpob tidak pernah mengenalkan Arthit pada orang tuanya. Bukan berati Arthit berharap untuk dikenalkan, tapi dirinya merasa malu. Setidaknya Arthit ingin mengucapkan rasa terima kasih karena Ibu dan Bapak Sutthilak telah membantu dirinya selama magang dulu.

"Ar.. Arthit? Apa kau.." Ibu Sutthilak tidak melanjutkan perkataanya, dirinya menatap Kaning seakan meminta penjelasan dari anaknya.

"Iya Bunda, seperti yang Bunda pikirkan. Dia Arthit."

Arthit tidak tahu apa yang terjadi sekarang. Apa Kongpob sudah memberitahu orang tuanya soal dirinya?

Kalau begitu.. akan bagaimana reaksi sang Ibu melihat ada Arthit disana? Melihat bahwa seorang Arthit yang sudah meninggalkan anak dan cucunya kini berada di rumah mereka?

Apapun yang terjadi nanti, kalaupun dirinya mungkin diusir dari rumah,  Arthit akan memakai kesempatan ini untuk meminta maaf dan berterimakasih pada mereka,

"Sebelumnya saya mau berterimakasih. Saya sangat berterimakasih pada Ibu, Bapak Sutthilak, Kak Kaning dan semua orang yang sudah membantu dan menjaga saya selama praktek magang saya beberapa tahun lalu. Maaf karena saya baru bisa-"

Ucapan Arthit terhenti saat Ibu dari Kongpob itu memeluk dirinya. Sang Ibu memeluknya erat sambil mengatakan ucapan syukur dan berterimakasih karena akhirnya mereka bisa bertemu. Sang Ibu juga menanyakan beberapa pertanyaan namun Arthit tidak bisa menangkap satu pun pertanyaan itu, dirinya terlalu terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.

Jujur, Arthit berpikir bahwa Ibu dari Kongpob ini akan marah padanya. Arthit sudah bersiap dengan makian ataupun tamparan yang akan dia dapat, Arthit juga sudah bersiap kalau dia akan diusir dari rumah ini. Tapi ternyata, sikap yang ditunjukkan Ibu Sutthilak ini sangat jauh dari dugaan Arthit, kini dirinya tidak bisa berkata apa-apa.

"Kau dari mana saja, nak? Kamu beneran Arthit kan? Kemana saja kamu selama ini? Kau baik-baik saja? Kau sekarang tinggal dimana?" Ibu Sutthilak membanjirinya dengan pertanyaan sesaat setelah melepaskan pelukanya, walau begitu kedua tanganya masih memegang lengan atas Arthit erat.

Arthit kini hanya menunduk, dirinya malu. Sangat malu. Dia merasa tidak pantas diperlakukan seperti ini. Kenapa Ibu dari Kongpob ini tidak memarahinya saja? Arthit mungkin akan merasa lebih baik karena memang itu yang pantas dia dapatkan.

REMORSEWhere stories live. Discover now