"SUDAH KUBILANG BERHENTI BERBICARA SEPERTI ITU!" Arthit memarkirkan mobilnya di pinggir jalan lalu menatap Kongpob kesal.
Kongpob bisa melihat raut wajah Arthit yang marah juga nafasnya yang cepat. Kenapa dia semarah ini Kongpob tidak mengerti.
"Bapak mau saya berbicara seperti apa?"
"Susah sekali ya untukmu bisa bicara denganku seperti dulu? Kau benar-benar sebenci itu padaku, Kongpob?"
"Aku tidak pernah benci padamu." Jawabnya dalam hati.
"Aku mau bertemu Arka."
Sudah lama Arthit ingin mengatakan hal ini. Dia ingin sekali bertemu Arka. Semenjak pertemuannya dengan Arka di mall hari itu. Arthit tidak bisa berhenti memikirkannya. Arthit ingin bertemu denganya lagi, memeluknya, mengobrol denganya, bermain denganya, dan hal lain yang biasanya hanya bisa dia bayangkan selama 3 tahun ini.
Arthit bisa saja mencari tahu tentang Kongpob dan berusaha diam-diam menemui Arka sendiri, tapi dia tidak melakukan itu. Sudah cukup kesalahanya di masa lalu dan dia tidak ingin membuat Kongpob semakin membencinya. Jika ia ingin bertemu Arka, dia harus bertemu dengan cara yang baik, dengan izin dari Kongpob juga.
Karena itu Arthit selalu berusaha mendekati Kongpob untuk meminta izinya, namun juniornya itu selalu menempel pada teman wanitanya yang membuat Arthit kesal.
Perjalanan kunjungan industri ini pun bukan sebuah kebetulan, sebelum Pak Khao memintanya untuk mengajak anak magang, Arthit sudah meminta izin Pak Khao lebih dulu untuk mengajak mereka. Arthit sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi.
Disisi lain Kongpob terkejut mendengar permintaan Arthit. Arthit.. tau tentang Arka? Iya Kongpob tau mereka pernah bertemu sekali di mall, tapi Kongpob tidak menyangka Arthit sampai mengingat nama anaknya.
Kenapa Arthit tiba-tiba meminta hal ini? Kenapa dia harus menemui Arka? Apa dia lupa dia sendiri yang mengatakan tidak ingin melihat wajahnya?
Kongpob bukanya tidak mau mempertemukan Arka dengan Papa yang satunya. Dia hanya takut, takut akan bagaimana reaksi Arthit saat bertemu denganya nanti. Kongpob takut Arthit tidak bisa menahan amarahnya dan memaki Arka, Kongpob tidak sanggup jika harus melihat Arka dimaki olehnya. Cukup Kongpob saja, biar Kongpob saja yang menanggung semua amarah dan umpatan dari seniornya, jangan Arka.
"Izinkan aku bertemu Arka, Kongpob." Pinta Arthit. Matanya menatap lurus manik Kongpob. Orang yang ditatap memalingkan wajahnya. Dia tidak bisa menatap mata itu lama-lama. Tatapan Arthit masih memberikan efek yang sama padanya, Kongpob tanpa sadar mungkin akan menuruti keinginan seniornya.
"Kenapa saya harus mengizinkanmu bertemu denganya?"
"Aku tahu aku salah. Aku minta maaf. Aku tidak berharap kau akan memaafkanku semudah itu, tapi tolong izinkan aku bertemu Arka. Aku ingin bertemu denganya."
"Bagaimana saya bisa percaya kau tidak akan berbuat hal buruk padanya?"
"Dia anakku! Bagaimana aku bisa berbuat hal buruk padanya?!" Arthit sedikit menaikkan volume suaranya kesal.
Kak Arthit.. mengakui Arka sebagai anaknya? Kenapa? Kenapa tiba-tiba? Haruskah aku percaya padanya? Bahwa dia tidak akan melakukan hal buruk pada Arka?
"Jika kau tidak mengizinkan tidak apa. Kau mungkin belum percaya padaku. Tapi setidaknya, izinkan aku membelikan sesuatu untuk Arka. Tidak usah khawatir, aku tidak akan berbuat macam-macam. Kau bisa ikut denganku, kita beli bersama sekarang."
Arthit membawa Kongpob ke sebuah toko kue dan memesan red velvet untuk Arka. Lagi-lagi Kongpob terkejut Arthit masih mengingat pertemuan singkat mereka. Arka pasti senang sekali Kongpob membawa kue red velvet kesukaanya.
YOU ARE READING
REMORSE
FanfictionSOTUS Fanfiction tentang penyesalan Arthit dan Kongpob serta bagaimana mereka mengatasinya. Notes: bxb M-Preg Penggunaan kata-kata kasar. Some caracters belong to the original owner Bittersweet. All photos credit to the original owner.