chapter 6.1

123 13 0
                                    

4 tahun yang lalu.

4 tahun yang lalu, Kongpob melakukan hal bodoh yang sangat dia sesali hingga saat ini.

Saat masa orientasi di tahun pertama, Kongpob bertemu kembali dengan seseorang yang dia temui saat menunggu giliran wawancara masuk universitas. Seorang senior yang mengajak berbicara anak SMA yang gugup dan membuatnya menjadi tenang, juga membantunya memantapkan pilihan untuk mengambil jurusan teknik.

Senior itu ternyata ketua ospek untuk angkatan Kongpob. Perubahan aura dan sifatnya yang sangat berbeda dengan senior yang ia temui saat wawancara, awalnya membuat Kongpob terkejut. Tapi walau begitu, dia masih menghargai senior tersebut. Senior itu pun sepertinya tidak mengenali Kongpob. Namun bagi Kongpob, dia tidak akan pernah lupa akan orang itu.

Hari demi hari di masa orientasi terlewati, pada masa itu pula Kongpob mengetahui sifat asli sang ketua ospek yang ternyata masih sama. Masih sama seperti senior yang dia temui saat wawancara. Dia bukan senior yang kejam, dingin dan sulit didekati seperti yang sering dia tunjukan semasa orientasi, semua itu hanya image yang dibangun seniornya selama menjadi ketua ospek.

Mengetahui bahwa kamar asrama mereka berhadapan, juga seringnya berinterasi dengan senior tersebut, membuat Kongpob mulai menumbuhkan rasa.. yang mungkin tidak seharusnya tumbuh.

Rasa yang sebenarnya Kongpob sendiri tidak mengerti. Rasa yang biasanya dia rasakan pada seorang wanita, justru kini dia rasakan pada senior tersebut. Setiap gerakan atau perubahan kecil yang terjadi pada sang senior, tidak luput dari perhatian Kongpob. Dia tidak ingin melewatkan semua itu.

Tanpa Kongpob sadari, kekaguman yang ia rasakan pada sang senior kini telah berubah. Berubah menjadi dimana saat mereka bertemu, hal yang ingin Kongpob lakukan adalah menyentuhnya, memeluknya dan melakukan hal lain yang biasa dilakukan oleh sepasang kekasih. Kongpob bahkan menjadi egois, dia tidak mau orang lain kenal dan dekat dengan seniornya lebih dari dirinya. Pertemuan singkat sudah tidak cukup baginya. Dia ingin menghabiskan waktu berdua lebih banyak dari biasanya.

Entah mungkin karena sikap nya yang mudah terbaca, tapi suatu hari senior tersebut pernah bertanya padanya, bertanya apakah Kongpob punya perasaan pada sang senior. Saat itu Kongpob tidak menjawab dan membuat seniornya kesal.

Sebenarnya Kongpob ingin sekali berkata "Iya." namun ia sadar dia tidak bisa melakukan itu, karena sang senior tidak merasakan hal yang sama. Dia takut jika dirinya berkata 'iya', seniornya akan pergi darinya.

Saat Kongpob bahagia dengan perasaan barunya, sang senior pun berbahagia dengan perasaanya bersama seorang wanita. Iya, Kongpob tahu bahwa sang senior sudah memiliki kekasih. Itulah sebabnya dia hanya menyimpan perasaan untuk dirinya sendiri. Melihatnya bersama dengan wanita itu membuat Kongpob sakit, namun apa yang bisa dia lakukan?

Kongpob hanya bisa jujur akan perasaanya saat senior disampingnya sudah tertidur lelap. Malam itu sang senior menginap di kamarnya karena kamar sang senior banjir akibat  pipa air di kamar senior itu bocor. Malam itu Kongpob mengutarakan isi hatinya, isi hati yang tidak bisa dia ungkapkan saat senior nya membuka mata.

Walaupun isi hatinya itu tidak pernah sampai pada seniornya, Kongpob tetap merasa lega. Seperti ini saja sudah cukup baginya. Dia tidak bisa memaksakan perasaanya pada sang senior dan hanya bisa mengubur perasaanya dalam-dalam, berharap perasaan itu akan hilang dengan sendirinya.

Keinginan Kongpob terhadap sang senior yang sudah dia kunci dalam-dalam, kembali terbuka pada malam itu.

Malam dimana sang senior dengan keadaan mabuk berat, menyerahkan dirinya pada Kongpob. Malam dimana Kongpob sendiri pun minum lebih banyak dari biasanya.

Malam itu Kongpob sedang berkumpul dengan teman sekolah menengah, merayakan keberhasilan salah seorang teman yang mendapatkan beasiswa ke luar negeri.

Saat sedang asyik minum, Kongpob merasakan lengan atas nya ditarik dengan keras oleh seseorang. Kongpob menoleh ke arah orang itu dan betapa terkejutnya dia saat mendapati orang yang menarik tanganya tidak lain adalah senior nya sendiri.

REMORSEWhere stories live. Discover now