Epilog

216 20 11
                                    

"Papa pulang.."

Kongpob memasuki rumah yang anehnya terlihat sepi, biasanya selalu ada Arka yang berlari ke arahnya setiap kali Kongpob pulang. Pada kemana orang rumah?

"Halo.. apa ada orang?" Tidak ada jawaban yang Kongpob dapat,

"Arka..?" Masih tidak ada jawaban.

Apa mereka memang tidak ada di rumah? Tapi kalau mereka pergi, tidak mungkin pintunya tidak terkunci. Apa mungkin Arka tidur..

"Kejutaannnn! Selamat ulang tahun Papa!" Ujar Arka semangat saat Kongpob membuka pintu kamarnya,

"Ayo tiup lilinya Pa!"

Kongpob yang masih terkejut dengan apa yang sedang terjadi masih terdiam di tempatnya.

"Cepat Papa! Lilinnya keburu habis!"

"Ayo kita tiup lilinya sama-sama ya.." Ajak Kongpob. Kongpob kini memejamkan matanya, berdoa dalam hati lalu meniup lilin bersama dua orang yang dia sayang.

Kongpob menggendong Arka dan mencium pipi kananya, "Terima kasih ya sayang.. Papa sendiri tidak ingat hari ini ulang tahun Papa."

"Cium Dada juga, Papa!"

Kongpob melirik seniornya yang kini tersenyum padanya, "Selamat ulang tahun, Kongpob." 

Kongpob mendekatkan wajahnya ke arah sang senior, mencoba mencium pipinya namun seniornya mengelak, "Aku masih marah ya sama kamu." ucapnya ketus.

"Ayolah Kak.. hari ini ulang tahunku loh.."

"Ga."

Semalam Kongpob pulang sangat larut tanpa mengabari Arthit yang membuat yang lebih tua khawatir. Arthit bergadang menunggu Kongpob semalaman, dia mencoba menghubungi semua temanya namun tidak ada yang tahu keberadaan Kongpob.

Sebenarnya tidak jarang Kongpob pulang larut malam seperti itu. Hanya saja, malam kemarin spesial. Kongpob menyadari kalau Arthit ternyata menyiapkan sesuatu untuknya. Arthit ingin memberikan kejutan untuk ulang tahunya tepat saat tengah malam, tapi Kongpob merusak rencananya. Itu yang membuat seniornya marah sampai detik ini.

"Kuenya Arka buat sendiri loh Pa! Bareng Dada.."

"Oh ya? Wah.. kuenya pasti lebih enak karena kalian berdua yang buat."

"Arka juga punya hadiah buat Papa! Sebentar ya.." Arka turun dari pangkuan Kongpob dan mulai lari ke kamarnya.

"Apa aku juga akan dapat hadiah spesial darimu, Kak?" Bisik Kongpob.

Tanpa menjawab, Arthit memberikan sebuah amplop surat pada Kongpob. Sadar apa yang dia dapat, Kongpob tersenyum seraya membuka amplopnya, "Apa ini surat cin-"

"Jangan buka sekarang! Baca nanti saat kau sendiri." Kongpob mengangguk.

"Ini untuk Papa!" Arka kembali dengan hadiahnya lalu memberikannya pada Kongpob,

"Selamat ulang tahun Papa. Kalau Arka sudah banyak uang, Arka akan ajak Papa jalan-jalan. Arka sayang Papa." Baca Kongpob pada selembar kertas yang diberikan Arka, hati Kongpob seakan meleleh setelah membacanya. 

"Ada satu lagi hadiahnya Pa!" ucap Arka seraya memberikan hadiah keduanya.

"Apa ini? Pulpen?"

"Iya."

"Arka yakin ini bukan punya Arka? Ini untuk Papa?" 

"Itu buat Papa! Pulpen untuk Papa kerja. Arka pilih sendiri." Sangat jelas itu pilihan Arka sendiri. Kongpob dapat pulpen warna oranye dengan kelinci putih yang menempel di tutupnya.

REMORSEWhere stories live. Discover now