chapter 10

112 16 1
                                    

"Aku sudah punya anak."

"Haha, lelucon yang lucu Kongpob."

"Aku tidak sedang bercanda."

"Kau pikir aku ini sangat bodoh sampai percaya dengan cerita konyol mu itu? Kalau pun kau sudah punya anak, menurutku kau tidak perlu harus sampai pindah kampus dan pindah rumah ke daerah yang sangat jauh seperti ini."

Setelah kejadian kemarin, Kongpob akhirnya memutuskan untuk memberitahu pada M kebenaranya. Dia merasa tidak enak jika harus terus menutupi keberadaan Arka dari temannya, terutama M, teman yang sudah bersamanya sejak sekolah menengah pertama. Karena itu, saat tau kalau M belum kembali ke kota, sepulang magang Kongpob mengajaknya bertemu kembali di cafe yang sama.

Masalahnya sekarang, teman lamanya itu tidak percaya pada apa yang dikatakan Kongpob.

"Kau mau aku memperlihatkan padamu foto anakku?"

"Mana?"

Kongpob merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel dari sana. Dia mencari foto Arka dan menunjukkan foto tersebut pada temanya.

"Hahaha. Kau ini benar-benar lucu Kongpob." M tertawa terbahak, Kongpob tidak mengerti apanya yang lucu, "Tapi ngomong-ngomong, aku tidak menyangka kau masih punya perasaan pada Kak Arthit?"

"Hah?"

"Foto ini, bukanya ini foto masa kecil Kak Arthit? Kau tidak bisa membodohiku Kongpob."

Astaga!

"Terserah kau M, yang jelas aku sudah memberitahumu kebenaranya. Kalau gitu aku pamit ya, aku harus menjemput anakku, udah sore."

"Kau masih saja dengan lelucon anak mu itu?"

"Kau mau bertemu anakku? Supaya kau percaya?"

"Oke! Ayo!"

Keduanya kini pergi menuju daycare Arka. M yang menganggap perkataan Kongpob hanya lelucon tidak terlalu memperhatikan perjalanan mereka. Selama perjalanan, dirinya hanya fokus pada ponselnya. Membalas pesan dari seseorang yang jauh disana.

Sampai akhirnya mereka berdua berdiri di depan sebuah daycare barulah M sadar,

"Kongpob? Kita beneran kesini? Kau mau menjemput siapa?"

"Sudah kubilang menjemput anakku."

"Papa..!" Arka berlari dan dengan antusias memeluk Papanya. Melihat ada seseorang disamping sang Papa, Arka melirik ke arah M sekilas, lalu kembali pada Papanya.

"Paman ga ikut lagi, Pa?"

"Paman harus kerja sayang. Sini, Papa mau kenalin Arka ke temen Papa."

Disisi lain M terpaku ditempatnya. Dari awal saat dirinya melihat seorang anak keluar dari pintu daycare, lalu memanggil teman dekatnya itu dengan sebutan 'Papa' membuat rahangnya seakan menyentuh tanah. Tidak hanya itu, wajah sang anak yang menurutnya sangat mirip seperti salah seorang seniornya, tidak membantu dirinya.

Jadi, perkataan Kongpob bukan lelucon?

Sekarang M tidak tahu harus berbuat apa. Bahkan saat anak itu mulai memperkenalkan dirinya, M masih tidak bisa berbuat apa-apa. Matanya terus menatap anak itu dari atas ke bawah, seakan ragu apakah anak ini benar anak temannya atau bukan.

Arka yang merasa tidak nyaman karena ditatap seperti itu mulai protes, "Papa! Paman ini kenapa?"

"Tidak tahu sayang." Kongpob terkekeh, ekspresi M sangat lucu baginya. "Kita pulang yuk? Arka mau beli apa dulu gak sebelum pulang?"

"Engga. Arka mau pulang aja."

"Tumben. Gimana tadi sekolahnya sayang?"

"Tadi Arka bikin vas bunga!"

REMORSEWhere stories live. Discover now