Bagian 1. Berubah

1.8K 110 6
                                    

01. Berubah

Sesosok wanita bersetelan blus putih dipadukan rok spandek selutut terlihat keluar dari mobil fortuner silver

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesosok wanita bersetelan blus putih dipadukan rok spandek selutut terlihat keluar dari mobil fortuner silver. Setelah yakin mengambil semua pernak-pernik desain yang setengah jadi dari bangku penumpang, dirinya kemudian berjalan menutup rapat garasi dari arah luar.

Sagita Niadanti, perempuan berusia 29 tahun menikmati hidupnya yang sibuk dan merepotkan. Kesibukannya sebagai arsitek di kantor swasta dan merangkap sebagai ibu rumah tangga serta istri yang siaga. Walaupun banyak waktu dan pikiran yang tersita untuk pekerjaan, Gita terus berusaha untuk selalu ada bagi suami dan putri semata wayangnya jika mereka sedang membutuhkan.

Suaminya yang bekerja sebagai owner perusahaan elektronik lebih memiliki waktu luang. Sebagian kegiatan yang seharusnya dikerjakan bergantian, seringkali di serahkan seluruhnya pada Gilang Abidarma. Termasuk mengantar jemput anak perempuannya –Sesilia Abidarma, di sekolah TK setiap hari.

Gita merasa sangat beruntung memiliki suami seperti Gilang, walaupun mereka menikah muda, tak menjadikan keduanya bersikap kekanakkan dan saling menyalahkan. Selama 5 tahun rumah tangganya berjalan, Gita merasa bahagia hidup bersama dengan lelaki itu.

Mereka dipertemukan 10 tahun yang lalu lewat kebetulan atau memang takdir Tuhan yang sudah digariskan? Tapi yang pasti mereka menikah atas dasar cinta. Bukan karena perjodohan paksa atau perjanjian di atas kertas.

Gilang memberi leluasa diri Gita untuk bisa berkembang dan terus menggali potensi diri walaupun mereka sudah berkeluarga serta memiliki seorang putri. Awal mula Gita kembali masuk menjadi arsitek pun karena dukungan Gilang yang merasa istrinya menjadi kurang ceria.

Namun akhir-akhir ini semua berubah, Gita tidak tahu kenapa, tapi segala hal yang menjadi bahan pembicaraannya dengan lelaki itu akan berakhir dengan pertengkaran.

Langkah cepat wanita itu perlahan melambat saat mencapai pintu, menghela napas banyak barulah Gita menggerakan engsel pintu. Setidaknya untuk hari ini, Gita berharap tidak ada pertengkaran dengan permasalahan sepele lagi.

“ Baru pulang jam segini? Di kantormu memang ngga menyediakan jam atau gimana?”

Suara bariton yang sangat Gita kenal menghentikan langkah wanita itu. Ternyata harapan Gita tidak terkabul, Gilang –suaminya, sudah terduduk tegak di sofa ruang tamu.

“ Kita bahas besok aja ya, Mas.” Alih Gita tidak mau memperpanjang masalah.

Sungguh dirinya sudah capek seharian ini berkutat dengan desain klien yang banyak revisi, tidak bisakah Gilang mengalah sekali saja dan membiarkan dirinya tidur lebih awal tanpa perlu bertengkar terlebih dahulu?

“ Kamu sadar ngga, Git? Sudah semingguan ini kita bertengkar dengan masalah yang sama, kamu ngga bosen?”

Wajah tampan suaminya itu sudah mengeras, dan Gita tidak suka itu. Gita menghela napas, mengisi stok kesabaran lebih banyak.

Perempuan dari Masa Depan | SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang