21. Fakta Tersembunyi
(4 month ago)
" Ngga ada diskon nih?" tanya Farah sewaktu memilih beberapa furniture yang ingin ia beli dibrosur yang Gilang berikan. Wajah perempuan itu terlihat bersinar entah karena apa. Sudah lama pernikahan Farah dan Justin berlangsung, dan Gilang bisa mengamati perubahan salah satu sobatnya itu yang kini lebih bahagia.
" Diskon-diskon mulu, gue bisa untung darimana kalo begitu caranya,” sahut Gilang. Mulutnya masih pedas seperti saat mereka bertengkar di masa kuliah, tidak ada yang berbeda.
Tangan Farah memainkan brosur panjang seperti dikipaskan ke wajah Gilang, "Dih, ini nih yang katanya temen? Temen tokai baru bener!"
Gilang berdecak,"Temen ya temen, bisnis ya bisnis, tolol! Itu beda konteks."Tak terima jika disalahkan.
“ Ck! Ngga asik njir, mendingan si El kemana-mana kalo gini. Biasanya juga El yang ngelayani pelanggan, napa sekarang jadi lo?” Sungut Farah tidak terima karena diskon yang diinginkan tidak dikabulkan.
“ Lo pikir costumer yang beli cuma lo doang? Lo ngga sepenting itu buat dinomorsatukan, Far.”
Farah mengatur napas untuk tidak menampol wajah tampan yang sayangnya bermulut pedas itu.
Gilang yang ada di depannya menaikkan alis bingung, tumben sekali si rubah betina itu tidak menimpalinya dengan sungutan yang sama.
" Justin dimana? Tumben kagak ikut?" tanya Gilang memecah keheningan.
Pasca perkataan Gilang terakhir, Farah hanya mendengus kemudian memakukan atensi kearah brosur lagi. Entah memang sedang fokus memilih atau salah satu cara untuk mengabaikan Gilang.
" Oh itu, dia bentar lagi nyusul kok, ini masih ada pekerjaan dikantor yang perlu dikerjain dulu." Jawabnya cuek.
Gilang menghela napas kemudian memakukan pandang kearah jendela kaca yang menampilkan tatanan ibukota yang padat merayap. Pikirannya melalang buana, akhir-akhir ini dia sering mendapatkan suatu mimpi yang sama berulang kali.
Awalnya Gilang pikir itu hanya sebuah bunga tidur yang tidak begitu penting, mimpi yang hanya sesekali datang kemudian di tidur berikutnya akan ada mimpi lain yang berbeda.
Tapi sayang, mimpi itu terus datang dengan wujud yang sama, berulang kali, dan selalu menimbulkan efek kejut dan ketakutan dibenak Gilang. Jadi, dibanding sebuah mimpi, Gilang lebih percaya itu adalah sebuah petunjuk.
" Far, akhir-akhir ini kayaknya gue dapet sebuah petunjuk lewat mimpi,"
Gerakan membuka brosur Farah terhenti, kemudian dirinya mendongakan kepalanya menghadap Gilang dengan dahi mengernyit. " Apa lo bilang? Petunjuk? Lo kira lo pemuka agama yang suci dan bisa dapat petunjuk lewat mimpi? Jangan ngayal njir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan dari Masa Depan | SUDAH TERBIT
FanfictionTakdir manusia begitu rumit, temasuk tentang masa lalu maupun masa depan yang begitu rahasia. Diusianya yang baru menginjak 29 tahun, Sagita Niadanti harus rela menerima kenyataan bahwa suaminya -Gilang Abidarma, ada main belakang dengan sahabatnya...