Bagian 19. Sebuah Ingatan (1)

422 61 7
                                    

19. Sebuah Ingatan (1)

 Sebuah Ingatan (1)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


2010 (past) 

Lampu disko yang berkelip tiada henti membuat pandangannya pusing. Pun dengan suara jedag jedug dari loudspeaker membuat telinganya pengang dan tuli mendadak. Gita menyayangkan dengan mentalnya yang lemah kala berhadapan dengan minuman laknat bernama alkohol.

Semua hal yang bisa dilakukan dengan mudah saat sadar akan menjadi 1000x lipat lebih sulit dan membingungkan saat dirinya kehilangan kesadaran. Sampai kadang Gita tidak ingat dengan apa yang dilakukan, apa yang sudah terlewati dan lupa saat membuka mata.

Maka dari itu si setan bernama Damian itu sering sekali mewanti-wanti dirinya untuk tidak mencicip minuman laknat ini.
Seharusnya malam perayaan kelulusan geng andalas tidak membuat prinsip yang dipegangnya selama ini akan diingkari begitu saja.

Padahal kekasih berpipi bolongnya sudah melarang Gita untuk tidak mencoba whiski -serta sudah menyiapkan minuman non alkohol khusus untuknya, tapi Gita terlalu gengsi untuk menenggak minum yang berbeda sendiri.

" Ay, jangan gini dong, nanti aku dibabat habis sama Bang Dam.” keluh Gilang  saat melihat wajah penuh senyum lebar milik kekasihnya.

Baru dua tenggak, tetapi perempuan pirang itu sudah hampir kolaps.

" Aku anter kamu pulang sekarang," putus Gilang , tangannya menggamit pinggang kecil Gita dari belakang, namun belum dirinya utuh berdiri, Gita bergerak berontak.

“ Ngga mau! Aku kan masih pengen havefun disini Kak Gilang sayang~~”

Gilang  menghela napas, " Sagita, nanti Bang Dam bakal__"

“ Ck! Apasih dikit-dikit dam dom dam dom mulu, kan ada kamu disini," sungut Gita sembari mengelus pipi kekasihnya dengan pelan.

Enough, Sagita. Kamu jelas udah mabuk.” kekeuh Gilang , tangannya sudah kuat mencekal pinggang gadisnya. Namun baru beberapa langkah berjalan, dirinya dicegat oleh Karendra yang tengah enjoy meminum gelas birnya.

" Lovebirds ini ngga asik banget dah, baru aja pestanya dimulai, ngapain buru-buru pengen balik?” cengir Karendra dengan wajah menyipit tidak suka kearah Gilang, apalagi dengan pose intim mereka, Karendra tak sadar menggeram.

“ Tuh kan! Kak Karen aja satu suara sama aku tauk!”

“ Ssst diem kamu, aku ngga mau denger kamu ngomong lagi.” Potong Gilang  pada kekasihnya, kemudian menyorot tajam kearah Karendra.

Baru saja dirinya hampir melangkah, ponsel disaku celananya bergetar, membuat sang empu akhirnya menggamit badan lemah Gita menggunakan satu tangan, sedangkan tangan lainnya mencoba menggeser dial jawab.

" APAAN, FAR?" kesal Gilang , namun belum ada suara sama sekali saat bunyi sambungan terputus setelahnya.

" Anjing!" umpatnya reflek.

Perempuan dari Masa Depan | SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang