17. Rainy Nights
Setelah sesi saling menangis berjalan, selanjutnya hanya hening yang menggantikan. Gita masih mengontrol napas dengan tidak nyaman pasca tangis besarnya. Entah karena suara hujan yang sedang mengguyur deras di luar sana, atau orang-orang di luar kamar sedang berpura-pura tidak tahu, tapi yang pasti setelah kurang lebih lima menit suara tangis Gita terdengar, tidak ada satupun orang yang masuk ke kamar, termasuk mamihnya.
Mereka berdua melepaskan diri dengan canggung. Dengan sisa isak yang masih bertengger di wajah, Gita melirik lelaki yang kini hanya menundukkan kepala menyembunyikan wajah.
" Kenapa Mas Gilang minta maaf?" tanya Gita memecah hening.
Sudah malas mengganti sapaan untuk lelaki itu. Mau dikata sok caper atau apa, Gita sudah tidak memikirkan itu.
Gilang masih mempertahankan tundukan kepalanya, " Ngga tau” jawabnya lirih.
" Aku cuma merasa perlu minta maaf sama kamu, Git."
Dengan pelan Gilang menaikan tundukan, untuk menatap wajah Gita yang sembab, " Terus kamu juga, kenapa minta maaf? Memangnya kamu salah apa?" balik Gilang bertanya.
Jemari Gita bergerak menyeka ujung matanya yang mulai mengeluarkan tangis lagi, dalam benak terdalamnya Gita ingin berterus terang saja pada Gilang, tentang dirinya yang berasal dari masa depan dan sedang merasakan penyesalan yang amat sangat.
Namun, Gita tidak bisa, ia takut hal itu membuat Gilang atau orang lain dalam bahaya karena keteledorannya.
“ Aku merasa bersalah, Mas. Aku merasa sudah melakukan hal menyakitkan ke kamu di kehidupan sebelumnya," kata Gita berusaha membuat alasan yang masuk akal. Namun entah kenapa, ekspresi Gilang yang semula mendung berubah menjadi tawa kecil.
“ Sagita, mungkin kita baru bertemu beberapa kali tanpa disengaja, tapi entah kenapa setiap melihat kamu, dalam hatiku muncul rasa ngga nyaman dan rasa bersalah yang begitu besar. Aku seperti merasakan penyesalan yang akupun ngga tahu itu apa. Aku kecewa dengan diriku sendiri, seandainya memang benar aku pernah menyakiti kamu."
Perempuan berambut pirang itu mengerjap dengan manik yang berkilau ditempa cahaya. Masih bingung dan tidak menyangka dengan perkataan yang terlontar dari Gilang.
Jadi, Gilang juga merasakan perasaan bersalah walaupun sebenarnya Gilang tidak melakukan apapun? Apakah ini efek perjalanan waktu Gita dewasa ke Gita masa lalu?
" Sagita, kamu percaya ngga jika mungkin dikehidupan sebelumnya kita pernah saling bertemu? Mungkin dengan wujud berbeda, dan tanpa sadar aku nyakitin kamu?” lanjut Gilang mengungkapkan kerisauannya yang serupa dengan khayalan.
Iya, Gita tahu jika perkataan Gilang benar adanya, namun menimpali jawaban yang serupa akan membuat keadaan semakin rumit dan tidak terkendali.
Jadi Gita lebih memilih menjawabnya dengan perkataan masuk akal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan dari Masa Depan | SUDAH TERBIT
FanfictionTakdir manusia begitu rumit, temasuk tentang masa lalu maupun masa depan yang begitu rahasia. Diusianya yang baru menginjak 29 tahun, Sagita Niadanti harus rela menerima kenyataan bahwa suaminya -Gilang Abidarma, ada main belakang dengan sahabatnya...