Bagian 12. Bala Bantuan

601 81 4
                                    

12. Bala Bantuan

[One week later]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[One week later]

Suasana yang sunyi juga pengharum ruangan yang khas membuat Gilang menghembuskan napas lelah. Jemarinya terus memilin jari manisnya yang tersemat cincin pernikahan. Dengkuran halus dari putri semata wayangnya di sofa membuat perasaannya makin nyeri tak terbendung.

 Dengkuran halus dari putri semata wayangnya di sofa membuat perasaannya makin nyeri tak terbendung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harusnya Gilang tidak pernah mengajak Gita pergi ke puncak waktu itu. Harusnya Gilang tidak pernah mencoba mencetuskan api, sehingga Gita tidak akan semarah dan sekalut itu. Harusnya Gilang tidak pernah ada didunia ini sehingga sekarang pasti Gita masih baik-baik saja.

Tok tok tok!

Suara ketukan dari jendela kamar rawat Gita mengalihkan atensi pria berlesung pipi itu. Menomorduakan rasa sendu yang selalu menghinggapi hati, Gilang menoleh, disana ada wajah Miguel terpampang sembari memberi gesture menyuruhnya untuk keluar. Gilang menghela napas sembari menyeka sudut matanya yang berembun. Lelaki itu bangkit dari kursi untuk membopong sang putri yang tengah tertidur nyenyak.

Baru sedetik, gerakan tidak nyaman Sesill menggeliat terasa dalam bahu Gilang, tak lama mata sekelam malam serupa dengan Gilang membuka.

" Papa mau kemana? Nanti Mama sendiri disini." Racau Sesill, berusaha berontak agar bisa kembali menemani sang mama.

" Sesill pulang dulu ya ke rumah Oma, besok pagi Papa akan jemput Sesill lagi." Bujuk Gilang sembari menimang putrinya dengan telaten, mengelus dengan gerakan berulang di punggung bocah itu agar bisa kembali tidur.

" Tapi nanti Mama sendiri, Pa." Protes Sesill.

Nadanya bergetar, dan Gilang tahu bahwa putrinya sedang mode ingin menangis.

Sesill memandang sosok mamanya dengan raut sedih, setelah berhari-hari tangisnya menderai sampai kelelahan, bocah itu masih tetap berharap dengan angan kecilnya, bahwa Gita akan segera kembali bangun dengan senyum serupa mentari seperti sebelumnya.

" Papa yang akan jaga Mama ya sayang. Sesill pulang ke rumah Oma dulu, nanti kalau Mama sudah bangun, Papa akan jemput Sesill lagi." Kata Gilang menahan getir.

Perempuan dari Masa Depan | SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang