11. Hari Baru
Malam pertama di masa lalu tidak semenyenangkan bayangannya. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya mengulang hal yang sudah dilewati? Yap membosankan.
Walaupun pilihan masa depan pun bukan menjadi alternative untuknya. Gita merasa masa lalunya tidak begitu diisi banyak hal karena semua hanya berkutat tentang Gilang Gilang dan Gilang.
Hembusan napas lolos begitu saja, ketika manik cemerlang Gita berkeliling pada area kamarnya, melihat disela-sela dinding berwarna toska, tertempel foto-foto pemuda berlesung pipi dalam segala kegiatan.
Mulai dari di kantin, di koridor, di taman, di lapangan, di perpustakaan bahkan ditempat parkir. Paket lengkap.
Dulu, Gita begitu menganggumi Gilang, mengabadikan setiap momen yang mungkin mirip dengan seorang penguntit. Tapi Gita masih ingat, bahwa semua kegiatan itu membuat dirinya bisa hidup. Bukan hanya sekedar hidup tapi juga bahagia.
Dulu, Gilang merupakan sumber bahagianya.
Dulu, Gilang adalah pemicunya untuk bisa berjuang.
Dulu.
Sebelum akhirnya Gita kembali lagi ke masa lalu dan tahu bahwa lelaki yang mati-matian ditakhlukannya memiliki rahasia yang menyakitkan.
Gita bangkit dari kasur, mendekat pada buku tebal berwarna orange yang terikat pita dengan warna serupa. Jemarinya membuka perlahan bagian depan buku untuk menemukan rentetan aksara pembuka yang membuatnya meringis kecut.
Pada dedaunan yang kala itu berduyung turun bersama hembusan angin, mengantarkan diriku untuk bertemu lekat dihadapanmu untuk pertama kali.
Pada tembok kelas yang tetap berdiri kokoh seperti tak tersentuh, menyaksikanku yang tersenyum malu memberikanmu sebuah kado valentine.
Pada deretan meja dan bangku yang berserak acak disekelilingmu, mengamini harapanku yang setinggi langit, berharap kamu akan menjadi salah satu sosok penting di masa depanku.
Hidupku mungkin akan terus berjalan walau tanpa kehadiranmu, tapi bersamamu aku yakin hidupku akan jauh lebih berwarna.
Jadi, Gilang Abidarma, biarkan aku haturkan doa setiap kala ku menutup mata dalam tidur, agar semesta merestui kita dalam jalinan takdir yang sempurna di masa depan nanti.
Aku mencintaimu dimasa kini, nanti dan selamanya.
Tertanda
Sagita Niadanti (your future wife, hehe)Semua deret kalimat itu terlalu ia hafal diluar kepala, terlalu dirasakan dalam benak, membuat dadanya ikut menyesak membacanya.
Tidak mau nekat membuka luka lama, Gita gegas menutup buku orange itu dan meletakkanya ke tempat semula –bergabung bersama tumpukkan album foto pemuda itu. Napasnya ia atur agar dukanya tak merembet menjadi tangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan dari Masa Depan | SUDAH TERBIT
FanfictionTakdir manusia begitu rumit, temasuk tentang masa lalu maupun masa depan yang begitu rahasia. Diusianya yang baru menginjak 29 tahun, Sagita Niadanti harus rela menerima kenyataan bahwa suaminya -Gilang Abidarma, ada main belakang dengan sahabatnya...