preview bagian 27 : epilog

611 36 1
                                    

Adakalanya manusia akan berlaku bodoh seperti apa yang akan aku dan Karendra rencanakan. Bukannya menjadi manusia lebih baik, kami malah mengulang rencana yang sama –membuat kehancuran untuk pasangan pengantin baru itu. Kami sengaja melupa dengan keberuntungan yang didapat, dan menenggalamkan diri pada kubangan dosa yang sama.

Namun, kini saat kudapati suasana riuh di sepanjang jalan menuju pantai, aku akhirnya bisa menghela napas begitu lelah. Pada akhirnya selalu sama, aku akan mati. Jika dulu aku dibunuh, maka hari ini aku akan bunuh diri.

Suara kepakan sayap burung-burung khas pantai menjadi pembuka kala aku turun dari bis yang membawaku kesini. Sebuah surat usang yang dulu sempat aku tulis satu hari selepas aku terbangun dari kematian, kini kupegang dengan erat.

Sebuah surat yang mulanya ingin aku berikan untuk Gita, namun tidak pernah terealisasi sampai saat ini.

Menyopot heels yang membuat jalanku cepat lelah, kutenteng sepatu dan menelusuri tepi pantai biru yang berkilauan itu dengan senyum tipis. Surat usang itu aku lepas perlahan, agar terbang kemudian jatuh dan menyaru dengan air laut. Agar tidak hanya ingatanku yang mengerti tentang isi didalamnya, namun samudera juga ikut menjadi saksi dan mengaminkan kebaikan kepada mereka.

Mungkin Gita tidak akan pernah membaca surat itu sampai kapanpun, namun semesta selalu tahu takdir setiap manusia baik dari dulu hingga sekarang. Tak terkecuali.

Jadi Git, aku pamit ya.

*** 

Berawal dari masa depan, ia datang memberi tahu bahwa takdir telah digariskan

Dst.

Perempuan dari Masa Depan | SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang