" Jangan kesini! Sesill ga mau dekat-dekat papah!"
Gita mengelus pipi putrinya, " Jangan begitu sayang, mama baru pulang karena kata dokter mama belum sembuh, bukan karena papah." Kata wanita itu memberi pengertian.
Masih tidak percaya, sang putri malah kini memandang Gita dengan sorot curiga, "Mamah membela Papah ya? Mama sudah tidak sayang lagi dengan Sesill?"
Baru saja Gita hampir membuka mulut, kala perkataan suaminya menyela.
" Iya, Mamah sayang sekali sama Papah. Jadi, Sesill sudah ga kebagian sayang lagi."
Ucap Gilang sambil mendekat, lalu mencium cepat pipi istrinya. Wajah pria itu terlihat meledek." HUWAAAA!!!!"
Tak perlu hitungan menit, Sesill yang berada dalam gendongan Gita histeris dengan tangis, membuat Gita bingung bukan kepalang. Kini Gilang menjadi pusat pelototan Gita, sedangkan si pria malah hanya menyunggingkan seringai seraya mengangkat bahu masa bodoh.
Ternyata mengerjai anak sendiri menyenangkan juga, batinnya.
" Sudah sayang, cup, cup, anak cantik ga boleh nangis. Papah tadi bercanda, Mamah sayang dengan Sesillia juga kok." Kata Gita sembari membawa Sesill ikut duduk di sofa. Memberi tepukan lembut di punggung anaknya agar segera selesai dari tangis.
Dengan segukan, mata bulat Sesill menatap mamanya lekat, "Mamah sayang sama Sesill?”
Gita akan mengangguk, namun si pipi bolong sialan yang sayangnya itu suaminya sendiri malah berulah lagi.
" Tapi sayangnya Mamah ke Papah jauh lebih besar daripada ke Sesill. Sayangnya Mamah ke Sesill hanya sisaan."
Dst.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan dari Masa Depan | SUDAH TERBIT
ФанфикTakdir manusia begitu rumit, temasuk tentang masa lalu maupun masa depan yang begitu rahasia. Diusianya yang baru menginjak 29 tahun, Sagita Niadanti harus rela menerima kenyataan bahwa suaminya -Gilang Abidarma, ada main belakang dengan sahabatnya...