Bagian 20. Sebuah Ingatan (2)

380 62 13
                                    

20. Sebuah Ingatan (2)

 Sebuah Ingatan (2)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


2016 (past)

Farah menatap wajah keruh Gilang  dalam keremangan bar, dengan hembusan napas yang berat perempuan itu mendekat. Disana Farah bisa melihat mata Gilang  yang memerah. Ada isak kecil yang keluar sesekali, namun Farah masih diam tidak berkata apapun.

“ Far, lo bilang Gita ngga akan mengkhianati gue, tapi kenapa gue lihat foto dia tidur bareng Karen? Gue sakit banget Far, kenapa dia setega itu sama gue.”

Gilang  menunduk sembari menghentakan kepalan tangannya ke dadanya sendiri secara berulang-ulang. Farah menghela napas, ternyata pembuktian perkataan perempuan sialan itu baru terealisasi setelah Gita dan Gilang  menikah.

“ Far, gue harus bisa balas perbuatan Gita, lo harus tidur bareng gue sekarang!” sungut Gilang  dengan kesadaran yang tinggal setengah.

Saat lengan kokoh Gilang  terulur mencoba menyentuh wajah Farah, perempuan itu langsung menepisnya.

“ Jangan ngadi-ngadi ya lo bahlul, gue ngga bakal tanggung-tanggung buat junior lo bengkok kalau lo berani nyentuh gue.”

Bibir Gilang  mencebik, " Kenapa semua orang jahat sama gue? Gue Cuma ingin Gita aja, tapi Gita malah khianatin gue. Dan waktu gue tanyain, dia ngga ngaku juga, Far. Padahal buktinya udah sejelas itu!”

Farah menyampirkan tasnya, bersiap menyeret Gilang  untuk pulang, percuma juga meladeni laki-laki mabuk seperti Gilang.

“ Sekarang lo pulang dan bicara empat mata sama Gita. Lo sama dia udah nikah njir, jangan kaya bocil dah lo yang percaya gituan terus ngambek, dan akhirnya kabur kaya gini.”

Gilang  melepas cekalan Farah kemudian menenggak kembali birnya.

“ Gue ngga mau, gue maunya ciuman mesra aja sama lo. Gue bisa buktiin ke Gita, kalau gue juga bisa berkhianat.” Kekeuh Gilang.

Keadaan Farah begitu lelah setelah seharian bertemu klien yang begitu banyak, kini ia harus dihadapkan dengan lelaki dewasa yang mabuk macam Gilang  membuat batas kesabarannya habis.

Dengan sebal tangannya menggeplak kepala itu sampai si empu akhirnya tertidur dan kolaps. Sejenak, Farah lumayan kaget, padahal biasanya Gilang punya kadar resisten yang tinggi terhadap alcohol.

Baru saja dirinya ingin mnyampirkan lengan Gilang  untuk dipapah, tangan besar lain menghentikan pergerakannya.

" Lho Karen?" tanya Farah terkejut, tidak menyangka akan bertemu dengan biang kekesalan Gilang disini.

“ Uhm, kalo lo ngga keberatan, biarin gue aja yang nganter Gilang balik. Gue ngerasa bersalah sama dia, gara-gara foto jaman kuliah yang ngga tau asal-usulnya itu mereka jadi ribut begini.”

Farah perlahan melepaskan pegangan kemudian mengalihkan beban ke Karendra, " Oh, boleh kok Ren, gue malah yang makasih ini. Gue yakin lo ngga bersalah, dan lo juga termasuk korban dari perbuatan licik orang lain.”

" Anyway, ngapain lo sendirian disini?" tanya Farah sembari mengedarkan pandang. Barangkali menemukan seseorang yang familiar.

Karendra mengangguk, " Bar ini termasuk salah satu property asset gue," sahutnya dengan senyum.

Farah ikut tersenyum kemudian mengangguk, " Oh gitu, lo mau bawa si sialan bin lebay ini pakai mobil gue atau gimana?”

“ Pake mobil gue aja, kayaknya lo juga lagi capek banget. Lo bisa balik duluan aja, Far.” Jawab Karendra.

“ Oh God, thank you so much! Lo emang malaikat Ren!” seru Farah dengan wajah lega.
“ Ya udah, gue pamit balik duluan ya. Walaupun lo sebel sama dia, jangan dibuang juga ya dipinggir jalan.” katanya berselimut tawa. Yang dibalasi tawa serupa oleh Karendra.

Sepeninggal Farah, Karendra dengan kesusahan membawa Gilang  yang sudah kolaps karena tidak sadarkan diri menuju mobilnya. Dalam hening, Karendra menatap Gilang dengan pandangan yang tidak terbaca. Dalam matanya bergelindan emosi yang begitu banyak. Sampai ketika mereka melewati jalan yang lengang, Karendra akhirnya menepikan mobilnya.

Sunyi menyergap, hanya suara hewan malam yang kadang terdengar atau gemerisik angin yang tak sengaja berbenturan dengan ranting pohon. Kala Karendra kemudian mendekat ke sosok yang berbaring itu, mulutnya mendekat ketelinga Gilang  untuk membisikkan sesuatu secara berulang-ulang.

Memberikan sugesti yang dengan harapan akan tertancap ke dalam benak Gilang  sampai kapanpun. Melakukan metode yang sama dengan apa yang pernah dilakukan Farah Adisti.

' Gilang dan Farah berciuman mesra, Gilang dan Farah berciuman bibir mesra, Gilang dan Farah berkhianat. Gilang dan Farah berciuman mesra di bar, Gilang dan Farah berciuman mesra di bar. Gilang akhirnya bisa membalas dendam, Gilang berkhianat dengan Gita. Gilang menkhianati Gita, Gilang mengkhianati dan menyakiti Gita.'

Angin sejenak lewat dan senyum Karendra mengembang dengan amat lebarnya.

Angin sejenak lewat dan senyum Karendra mengembang dengan amat lebarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

A/N :

Wkwkwk

Perempuan dari Masa Depan | SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang